Oleh : Mita Ramadhani
Gempa di Cianjur masih menyisakan duka bagi para korban yang mengungsi. Sulitnya akses jalan juga menjadi tantangan tersendiri bagi para relawan yang hendak mengirimkan bantuan ke beberapa daerah.
Terlebih masih ada beberapa daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Untuk itu, Badan Intelijen Negara (BIN) turun tangan dalam upaya pemberian layanan kesehatan oleh Tim Medis dari Medical Intelligence (MI) BIN kepada korban gempa di Desa Pameungpeuk, Cijedil, Kecamatan Cigunang, Kabupaten Cianjur.
Ketua Tim Dokter Medical Intelligence, Sri Wulandari mengatakan kehadiran tim medis MI BIN bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa yang memiliki kesulitan dalam mengakses sarana kesehatan.
Pihaknya melihat, selain membutuhkan dukungan untuk memenuhi masalah logistik dasar, para korban juga mempunyai persialan terkait kesehatan. Untuk itulah MI hadir melalui door to door.
Guna mengantisipasi kemungkinan tingkat kerawanan kesehatan korban, Tim MI BIN juga menyiagakan unit ambulance beserta dua orang dokter dan 7 orang tenaga medis terlatih. Selain itu, juga disediakan obat-obatan pendukung sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas untuk pengobatan berjalan.
Layanan kesehatan door to door MI BIN mendapat sambutan positif dari masyarakat terdampak gempa Cianjur. Masyarakat sangat terbantu mengingat pelayanan kesehatan saat ini sulit mereka dapati, utamanya di daerah yang tidak bisa dijangkau oleh tim kesehatan.
Bantuan layanan kesehatan mutlak dibutuhkan, apalagi selama lebih dari seminggu, ribuan pengungsi mulai mengalami masalah kesehatan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, telah melaporkan bahwa sekitar 2.000-an pengungsi mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Lalu disusul diare dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Anggita tim medis dari RS PELNI, Yan Fernandez Sembiring, menyatakan bahwa dari segi kesehatan warga di pengungsian memerlukan perhatian khusus mengingat setiap orang memiliki keluhan yang berbeda. Saat itulah penting bagi tim medis unttuk memahami bahwa kondisi pasien ketika melakukan penanganan di posko pelayanan kesehatan setempat.
Pihaknya juga menemukan beberapa kasus seperti bayi dengan pneumonia berat dan korban bencana dengan luka yang tidak terawat. Tentu saja sangat penting bagi tim kesehatan untuk bisa menentukan apakah korban masih bisa ditangani di posko pelayanan kesehatan setempat atau perlu dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Tidak hanya lansia, anak-anak yang berada di pengungsian juga mulai mengalami diare dikarenakan faktor kebersihan yangg minim, serta demam karena pola tidur dan gizi yang kurang seimbang.
Tim Kemanusiaan BIN bekerja sama dengan tim kemanusiaan lannya ingin memastikan dapat menjangkau semua wilayah pelosok yang belum mendapatkan bantuan. Meski puluhan personel harus berjalan kaki menuju kawasan yang sulit diakses.
Salah satu daerah yang sulit dijangkau adalah kampung Cibereum Kaler, Desa Cibereum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Di hari kedelapan mereka mengungsi, persediaan untuk bertahan hidup kian menipis, sementara kondisi kesehatan juga telah menurun.
Iyum (54), warga RT 2 / RW 1 kampung Cibereum Kaler bersama dengan suami dan dua anak yang masih kecil, terpaksa tinggal di pengungsian mandiri ala kadarnya karena bangunan rumahnya sudah hancur.
Iyum mengatakan, selama 8 hari mengungsi, rata-rata pada sakit. Dirinya mengaku sedang batuk dan meriang dan belum sembuh. Iyum akhirnya dapat bernafas lega, di mana keberadaan layanan kesehatan dan bantuan logistik dari Tim Kemanusiaan BIN bersama Medical Intelijen (MI) ini. Bantuan tersebut meringankan beban para penyintas gempa.
Juru Bicara BIN, Prabawa Adjie mengatakan sudah menjadi komitmen BIN untuk selalu berada di garda terdepan dalam menjaga keselamatan masyarakat. Banyak anak-anak maupun orang tua yang terjangkit penyakit ringan seperti flu, batuk dan pilek. Pemicunya, karena tenda yang bersifat darurat, sehingga ketika malam mereka kedinginan.
Dalam misi kemanusiaan ini, BIN telah mendirikan Posko Bantuan di Jalan lintas Labuan-Cianjur, tepatnya di desa Cijedil, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dari lokasi tersebut, BIN mengirimkan bantuan logistik ke desa-desa terdampak gempa Cianjur. Di posko ini pula BIN menampung setidaknya 300 pengungsi di tenda-tenda yang terus bertambah.
Di posko tersebut, Ajie juga menyebutkan bahwa BIN bekerja sama dengan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) dari Jabodetabek untuk melakukan trauma healing kepada anak-anak. Trauma Healing tersebut memiliki tujuan agar anak-anak yang menjadi korban gempa di Cianjur dapat tersenyum kembali dan melupakan bencana yang telah terjadi.
Kedatangan tim medis di Cianjur tentu diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan terhadap para pengungsi, sehingga pengungsi yang mengalami masalah kesehatan bisa mendapatkan layanan kesehatan secara cuma-cuma.
*Penulis adalah Kontributor Pertiwi Institute