Oleh : Angelica Kaloke )*
Lagi-lagi Kelompok Separatis dan Teroris (KST) membuat ulah dengan membakar sekolah di Papua. Masyarakat sangat geram karena pembakaran ini bukan untuk pertama kalinya. KST harus ditindak tegas karena membakar sekolah sama saja menghalangi anak-anak Papua mendapatkan pendidikan yang layak dan membuktikan bahwa mereka tak ingin warga Papua lebih maju.
Papua kembali bergejolak setelah KST kembali menyengsarakan warga dengan membakar gedung sekolah. Keberadaan kelompok separatis ini bagai duri dalam daging karena mereka selalu berulah dan korbannya adalah masyarakat sipil yang tak berdosa.
Ulah KST sangat mengesalkan karena warga di Bumi Cendrawasih terkena imbasnya. Kelompok pemberontak tersebut hanya segelintir rakyat, dan mayoritas masyarakat Papua membenci mereka karena tak mau memerdekakan diri.
Tanggal 17 Agustus 2023 terjadi pembakaran di gedung SMA Negeri 1 Ilaga, Papua. Mereka juga membakar perpustakaan sekolah sampai hangus dan rusak berat. Hal ini dinyatakan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo.
Kombes Pol Benny melanjutkan, aksi tersebut dilakukan KST untuk mengganggu stabilitas keamanan. Sedangkan pelaku pembakarannya adalah KST pimpinan Titus Murib. Saat ini aparat melakukan pengamanan ketat agar tidak ada lagi serangan maupun pembakaran oleh KST.
Masyarakat Papua sangat geram karena KST lagi-lagi melakukan pembakaran sekolah. Peristiwa ini bukan untuk pertama kalinya, karena sejak tahun 2021 lalu KST sudah 17 kali membakar gedung sekolah. Pembakaran terjadi di gedung SD, SMP, hingga SMA.
Bulan April tahun 2021 lalu, anggota KST di bawah pimpinan Sabius Walker ketahuan membakar gedung sekolah, dan mereka juga tega membunuh 2 orang guru. Pembakaran yang terus berulang membuat masyarakat Papua marah karena mereka merusak fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.
Kelakuan KST sungguh ingin menjerumuskan anak-anak Papua, karena mereka bisa gagal menuntut ilmu, saat tidak ada pengajar dan tempat untuk belajar. KST terbukti anti pada pendidikan dan menolak segala program yang diberi oleh pemerintah (karena membenci pemerintah Indonesia). Padahal pendidikan adalah demi kebaikan anak-anak Papua.
Jika ada pembakaran sekolah dan perpustakaan maka terbukti KST lebih suka berkungkung dalam kegelapan dan kebodohan. Peristiwa itu juga menampakkan bahwa mereka anti kecerdasan dan kemajuan. Hal ni menunjukkan kualitas mereka dan menampakkan bahwa kelompok ini lebih suka disebut terbelakang. Padahal orang yang tidak cerdas cenderung lebih mudah dibohongi oleh orang lain yang licik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey menyesalkan aksi pembakaran fasilitas pendidikan di Ilaga oleh kelompok sipil bersenjata. Ia menilai aksi ini tidak hanya merampas hak masyarakat untuk mendapatkan rasa aman, tetapi juga akses layanan pendidikan.
Frits melanjutkan, serangan kelompok sipil pada fasilitas publik telah melenceng dari latar belakang gerakan mereka. Gerakan kelompok ini bukan lagi mengarah pada perjuangan politik, melainkan pada perbuatan kriminal.
Oleh karena itu Frits mendukung penuh agar KST dibasmi. Penyebabnya karena mereka selalu merugikan masyarakat Papua, dengan meneror, menyerang, dan membakar gedung sekolah.
Kemudian, pemberantasan KST patut dijadikan fokus utama bagi aparat yang bertugas di Papua. Setelah dibentuk Satgas Damai Cartenz yang terdiri dari gabungan anggota TNI dan Polri, mereka langsung bergerak cepat untuk memberantas KST hingga ke markasnya. Tujuannya agar anggota organisasi teroris ini cepat tertangkap.
Aparat juga makin meningkatkan kewaspadaan dan berpatroli, terutama di daerah yang rawan di Papua, seperti di Intan Jaya dan Yahukimo. Mereka melakukan razia dan mencegah agar jangan sampai kerusuhan terulang kembali. Selain itu, Satgas Nemangkawi juga makin rajin melakukan penyerangan dan penangkapan terhadap para anggota KST.
Sementara itu, masyarakat bisa membantu pemberantasan KST dengan memberi informasi kepada aparat. Ketika ada transaksi atau kejadian yang mencurigakan, mereka bisa cepat-cepat menelepon anggota TNI, sehingga kejahatan KST bisa dicegah. Jangan malah mengabaikannya.
Masyarakat juga mendukung pemberantasan KST dari tanah Papua, karena mereka sudah lelah ditakut-takuti. Teror KST dilakukan selama lebih dari 20 tahun dan sudah memakan banyak kerugian finansial, korban luka-luka, dan korban jiwa. Oleh karena itu, semua pihak harus kompak dalam melawan KST.
Dengan kolaborasi dari masyarakat dan aparat keamanan maka KST akan cepat diberantas dan mereka bisa dihapuskan dari Papua. Warga memahami bahwa selama ini KST sangat merugikan karena membakar sekolah dan membuat berbagai kerusakan, serta penyerangan. Oleh karena itu mereka bekerja sama untuk memberantas KST.
KST sudah melewati batas karena tega membakar gedung sekolah dan perpustakaan. Padahal anak-anak Papua sangat membutuhkan pendidikan demi masa depan mereka. Masyarakat Papua geram karena KST sudah berkali-kali melakukan pembakaran, dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. KST harus diberantas hingga ke akarnya demi keselamatan dan masa depan anak-anak Papua.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Lampung