Oleh : Veronica Lokbere )*
Kekejaman yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua memang merupakan hal yang sangat pantas untuk dikecam karena mereka sangat biadab dan bahkan penuh akan muslihat yang licik. Mereka tidak segan untuk memanfaatkan perempuan dan anak-anak sebagai tameng hidup untuk melancarkan aksinya.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laksamana Yudo Margono mengungkapkan bahwa KST Papua memang sebuah kelompok yang sangat kejam, sadis dan juga licik. Bagaimana tidak, pasalnya mereka memanfaatkan perempuan dan anak-anak untuk bisa menyergap prajurit TNI pada misi upaya pencarian Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens di Nduga, Papua Pegunungan.
Kelicikan yang dimiliki oleh KST Papua dengan memanfaatkan perempuan dan anak-anak tersebut, membuat aparat keamanan dari personel gabungan TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Badan Intelijen Negara (BIN) sempat panik dan kewalahan menghadapi kelompok tersebut.
Panglima menambahkan bahwa sebanyak 36 prajurit TNI yang menjalankan operasi dalam misi pencarian Pilot Susi Air pada hari Sabtu, 15 April 2023 lalu, sebenarnya telah menerima informasi mengenai keberadaan sang pilot, yakni berada di wilayah Mugi-Mam, Kabupaten Nduga.
Setelah mengetahui letak atau posisi dari penyanderaan sang Pilot Susi Air yang dilakukan oleh KST Papua, lantas kemudian Panglima Yudo menegaskan bahwa dirinya akan terus melakukan pencarian dengan secara kondusif agar bisa meminimalisasi korban.
Namun ternyata, belakangan operasi yang hendak dilakukan oleh aparat keamanan dalam misi penyelamatan Pilot Susi Air tersebut diketahui oleh pihak KST Papua sehingga memicu terjadinya kontak tembak antara aparat keamanan dan kelompok separatis tersebut. Ketika kontak tembak tersebut, pihak kelompok separatis ini memanfaatkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan penyergapan kepada prajurit TNI sehingga membuat aparat keamanan menjadi panik.
Serangan tersebut membuat Pratu Miftahul Arifin terkena tembakan hingga jatuh ke jurang sedalam 15 meter. Pasukan operasi lantas dalam posisi bertahan menghadang serangan. Panglima TNI menambahkan bahwa dengan adanya sergapan yang dilakukan dan kontak tembak yang terjadi, membuat salah satu dari prajuritnya menjadi korban hingga terjatuh ke dalam jurang.
Yudo mengatakan saat itu prajurit dalam posisi dikeroyok, khususnya dari perempuan dan anak yang dilibatkan KST. Kondisi ini membuat prajurit menjadi panik. Sebagai informasi, KST melancarkan penyerangan terhadap prajurit TNI di wilayah Mugi-Mam, Kabupaten Nduga pada Sabtu (15/4) sekitar pukul 16.30 WIT.
Mengenai hal itu, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Herman Taryaman mengatakan para prajurit awalnya melakukan pencarian pilot Susi Air. Selanjutnya mereka tiba-tiba diserang KST.
Meski dengan segala kelicikan yang dilakukan oleh KST Papua, aparat keamanan masih bisa bertahan dengan cukup baik sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban berjatuhan. Maka dari itu, apresiasi tinggi patut diberikan kepada aparat keamanan, utamanya mengenai bagaimana komitmen dan usaha keras mereka untuk bisa melakukan misi penyelamatan pilot Susi Air.
Bukan hanya itu, seluruh aparat keamanan dari personel gabungan TNI, Polri dan BIN pun terus berupaya untuk melakukan penegakan hukum kepada kelompok separatis dan teroris Papua.
Upaya licik yang dilakukan oleh KST Papua tersebut sebenarnya semakin menambah rentetan dari banyaknya bukti nyata bahwa kelompok pimpinan Egianus Kogoya memang terus melancarkan aksi yang sangat biadab, karena mereka sama sekali tidak segan untuk membunuh dan bahkan juga memperkosa warga sipil yang sama sekali tidak berdosa.
Kelompok Egianus Kogoya menjadikan anak-anak dan kaum perempuan sebagai tameng hidup untuk melindungi kelompoknya, termasuk saat akan ditangkap oleh aparat keamanan TNI Polri. Menjadikan anak-anak dan perempuan sebagai tameng untuk berlindung pada HAM, namun hal tersebut tak bisa dipungkiri bukti rentetan kekejaman dan kesadisan membunuh dan memperkosa warga sipil, serta menembak maupun menyerang Aparat TNI Polri menunjukkan Egianus Kogoya adalah pelanggar HAM sesungguhnya.
Seperti diungkapkan Danrem 172/PWY Brigjen J.O. Sembiring bahwa KST pimpinan Egianus Kogoya beserta kolompoknya menggunakan anak-anak dan kaum perempuan sebagai tameng, yang bertujuan agar pelanggaran HAM selalu ditujukan kepada Aparat TNI Polri.
Ditambahkan, saat ini, prajurit TNI Polri sudah terlatih, dan bisa membedakan mana yang perlu dilakukan dan mana yang tidak perlu dilakukan. HAM menjadi pedoman Prajurit dalam bertugas, karena itulah pijakan prajurit dalam pelaksanaan tugas di lapangan, khususnya dalam penegakan hukum tahun 2023 di wilayah Nduga dan sekitarnya yang saat ini sedang berlangsung.
Tatkala melancarkan segenap aksi biadab dan sadisnya, KST Papua bahkan sangat kejam dan licik karena mereka dengan tega memanfaatkan dan menggunakan perempuan serta anak-anak untuk dijadikan sebagai tameng hidup, yang mana nantinya mereka bisa mengintimidasi aparat keamanan dan melakukan penyergapan pada aparat keamanan serta menuding balik dengan menggunakan seolah-olah ada pelanggaran HAM yang dilakukan personel TNI, Polri dan BIN.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta