Suarapapuanews, Jakarta– Penangakapan teroris dilakukan oleh tim Densus 88 di Riau beberapa waktu silam. Upaya preventif ini dilakukan agar Indonesia tetap aman dan perdamaian terjaga.
Terorisme adalah tindakan kriminal yang paling jahat, karena selain meracuni pikiran kadernya, juga tega mengambil nyawa orang lain yang tidak bersalah. Pemberantasan terorisme di Indonesia terus dilakukan, terutama oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Mereka memiliki misi mulia untuk mengenyahkan para teroris dan menjaga perdamaian di negeri ini.
Tanggal 14 September 2022 terjadi penangkapan terhadap 8 orang teroris di Dumai, Riau. Kedelapan teroris tersebut berinisial RP, JW, II, MZ, AJ, MNZ, ITZ, dan MA. Kepala Bagian Danops Densus 88 Kombes Aswin Siregar menyatakan bahwa dilaporkan telah dilakukan penegakan hukum terhadap 8 tersangka Anshor Daulah (AD) di Dumai, Riau. Mereka ditangkap di lokasi berbeda.
Kombes Aswin Siregar melanjutkan, R merupakan amir (pemimpin) AD di Riau dan terhubung dengan grup di aplikasi chatting dengan pengusaha lokal Abu Yusha (Jawa Tengah). Mereka berkolaborasi dengan tujuan membentuk struktur dan memperlancar jihad.
R dan komplotannya melakukan survei i’dad (latihan fisik untuk persiapan perang jihad) di area perkebunan sawit Bagan Keladi di Dumai Barat, Riau. Mereka juga pernah melakukan i’dad ala militer di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada awal tahun 2020. Sedangkan beberapa anggota komplotan teroris merupakan pelaku penyerangan Polda Riau tahun 2018 lalu.
Masyarakat terkejut karena ada penangkapan teroris di Riau, dan sadar bahwa penyebaran jaringan terorisme makin masif. Mereka mendukung penuh penangkapan teroris agar tercipta perdamaian di seluruh Indonesia. Jangan sampai negeri ini hancur-lebur gara-gara serangan teroris dan pengeboman di sana-sini, yang bisa menghancurkan fasilitas umum sekaligus mematikan mental rakyat Indonesia.
Ketika ada penangkapan teroris maka terus didukung oleh masyarakat, karena terorisme tidak bisa diterima di Indonesia. Mereka selalu mengambil jalan kekerasan seperti pengeboman, sehingga amat berbahaya. Selain itu, persiapan penyerangan juga tidak main-main karena ada latihan fisiknya, sehingga bisa dibayangkan akan seperti apa perang yang terjadi ketika para teroris sudah latihan terlebih dahulu.
Sementara itu, Kombes Ada Yaya Suryana, Juru Bicara Divisi Humas Polri, menyatakan bahwa ada 5 tersangka teroris lagi yang ditangkap di Riau. Mereka berinisial AF, E, S, SA, dan WI. Total ada 13 teroris yang berhasil dicokok oleh Tim Densus 88 Antiteror.
Penangkapan teroris dalam sehari sangat diapresiasi oleh masyarakat, karena ada lebih banyak yang dicokok oleh Tim Densus 88 Antiteror. Apalagi mereka masuk dalam jaringan AD yang berbahaya, yang telah melakukan berbagai teror yang mengerikan. Di antaranya penusukan terhadap Mantan Menteri Keamanan Wiranto.
Masyarakat pro Tim Densus 88 karena jaringan teroris AD berafiliasi dengan ISIS, yang merupakan induk dari terorisme dan radikalisme sedunia. Makin banyak teroris yang ditangkap maka makin bagus karena perdamaian di Indonesia akan tercipta. Jika tidak ada terorisme dan radikalisme maka negeri ini akan penuh toleransi dan tidak ada pengeboman maupun penyerangan yang mengerikan.
Penangkapan teroris juga terjadi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Seorang teroris berinisial FSI dicokok dan masyarakat sempat takut karena ia memiliki KTP dengan alamat Denpasar Barat, Bali. Warga ketakutan akan terjadi pengeboman, seperti pada peristiwa bom bali 21 tahun lalu.
Kepala Dusun Bumi Asri, Kabupaten Lumajang, Sri Wirayanti, menyatakan bahwa ia telah mengimbau masyarakatnya agar tetap tenang, karena sudah ada aparat yang menangani. Namun mereka tetap wajib untuk waspada akan terorisme.
Kekhawatiran masyarakat akan terorisme sangat dimaklumi karena pengeboman di Bali sangat membekas dan menimbulkan trauma, dan meski peristiwanya sudah lama sekali, masih diingat oleh banyak orang. Namun mereka belajar untuk lebih tenang dan menyerahkan pengurusan teroris ke Tim Densus 88 Antiteror.
Jika ada penangkapan teroris, baik di Riau maupun di Lumajang, maka sangat didukung oleh masyarakat. Mereka memuji tindakan Tim Densus 88 Antiteror yang bergerak cepat dalam memberantas terorisme di Indonesia.
Masyarakat terus mendukung aparat untuk pemberantasan teroris karena mereka merindukan perdamaian di Indonesia. Ketika tidak ada terorisme dan radikalisme maka negeri ini akan aman dari sweeping, teror, dan ancaman bom yang bisa merusak perdamaian. Teroris juga wajib dicegah untuk menyebarkan hoaks dan propaganda, agar masyarakat awam tidak terjebak karenanya.
Penangkapan teroris di berbagai wilayah Indonesia amat diapresiasi masyarakat karena menandakan bahwa Tim Densus 88 Antiteror berkomitmen penuh untuk memberantas terorisme di negeri ini. Perdamaian di Indonesia wajib dijaga dan jangan sampai negara ini kacau gara-gara ulah kelompok teroris.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa institute
(AF/AA)