Suarapapuanews, Jakarta– Investasi merupakan hal yang masih digadang-gadang oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, kini pemerintah juga tengah mematangkan persiapan untuk investasi berkelanjutan.
Presidensi G20 Indonesia melalui Forum on International Policy Levers for Sustainable Investement yang telah diselenggarakan pada 13 Juni 2022 lalu, menyusun kebijakan pendukung yang dapat mendorong pembiayaan dan investasi berkelanjutan.
Forum yang diselenggarakan secara hybrid di Bali tersebut dihadiri oleh anggota G20, undangan dan organisasi internasional dengan 64 delegasi yang berpartisipasi secara luring dan 54 delegasi yang berpartisipasi secara daring. Forum tersebut bertujuan untuk membahas kebijakan pendukung yang mendorong pembiayaan serta investasi berkelanjutan.
Kebijakan pendukung tersebut akan mendorong investasi berkelanjutan yang mendukung transisi penurunan emisi gas rumah kaca dan ekonomi yang tahan terhadap perubahan iklim.
Materi yang didiskusikan dalam forum tersebut ada empat isu, yakni pertimbangan penyusunan mekanisme dan alat penetapan harga emisi efektif yang mendukung transisi ekonomi rendah emisi karbon dengan presentasi dari Kanada, Uni Eropa serta Belanda. Selanjutnya, alat non-harga yang mendukung transisi ke iklim rendah karbon dengan presentasi dari RRC, Amerika Serikat serta Korea Selatan.
Kemudian, kebijakan pembiayaan transisi energi yang berkelanjutan dan untuk menjembatani kesenjangan dalam pembiayaan teknologi transformatif dengan pembicara dari Argentina, Jerman dan Indonesia.
Terakhir, diskusi pada forum tersebut juga membahas terkait dengan pemahaman terhadap implikasi distribusi dari pendukung kebijakan umum yang diarahkan kepada pergerakan pembiayaan transisi dengaa presentasi dari Brazil dan Inggris serta pengalaman masing-masing negara.
Bersama dengan dibagikannya pengalaman negara-negara dan praktik terbaik mereka, beberapa organisasi internasional dan knowledge partners turut menyampaikan pemaparan mengenai isu terkait.
Pesan inti dari forum tersebut dirangkum menjadi sebuah masukan untuk pertemuan 3rd G20 Finance Ministers and Central Bank Governors yang akan diadakan pada Juli di Bali.
Presidensi G20 Indonesia berkomitmen untuk memastikan aksi bersama dan membawakan hasil yang konkrit dalam Sustainable Finance Working Group (SFWG) untuk mencapai Agenda 2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Kesepakatan Paris.
Sebelumnya, perlu kita ketahui bahwa istilah investasi berkelanjutan atau yang dikenal sebagai sustainable investment telah dimulai di negara berkembang, khususnya Eropa. Hal ini rupanya telah menarik minat banyak investor baik institusi maupun individual.
Nilai aset dana kelolaan yang mengusung tema berkelanjutan di Asia tercatat melonjak dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi 71 Miliar US Dollar di Triwulan 1 2022, walaupun angka tersebut masih cukup jauh bila dibandingkan dengan Eropa yang telah mencapai 2,2 Triliun US Dollar di periode yang sama.
Nyatanya, generasi milenial di dunia lebih tertarik pada investasi yang berkelanjutan atau memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan. Salah satu alasan yang menarik para investor khususnya generasi muda terhadap investasi yang berkelanjutan adalah harapan agar perusahaan dan kegiatan bisnis dapat mengelola sumber daya alam secara ramah lingkungan serta memperhatikan kesejahteraan sumber daya manusia, sehingga diharapkan di masa depan generasi ini dapat tetap menikmati sumber daya alam yang ada dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik.
Investor muda saat ini lebih mudah dalam memilih instrumen investasi yang berbasis konsep berkelanjutan, karena konsep ini telah mulai tersedia di pasar. Investor pemula juga dapat memulai berinvestasi melalui reksa dana berbasis environment, social, and governance (ESG).
Permintaan akan investasi berbasis ESG di Indonesia juga mulai menunjukkan tren kenaikan. Per Desember 2021, dana kelolaan reksa dana berbasis ESG di BNP Paribas AM mencapai Rp 5,2 triliun atau naik signifikan dibanding tahun 2019 yang hanya sekitar Rp 1 Triliun. Pertumbuhan juga terjadi di sisi produk di industri reksa dana di Indonesia di mana pada tahun 2021 tercatat ada 15 produk reksa dana berbasis ESG. Kriteria ESG ini digunakan untuk memilih emitten dengan penerapan praktik bisnis sesuai standar ESG yang baik.
Pemerintah tidak main-main terhadap regulasi investasi, karena investasi merupakan salah satu motor penggerak ekonomi nasional, sehingga besar atau kecilnya investor haruslah tetap dilayani, sehingga pemerintah yang menyiapkan investasi berkelanjutan haruslah mendapatkan dukungan dari masyarakat.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers
(AD/AA)