Jakarta, suarapapuanews– Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah kunci untuk mencegah penularan Covid-19. Kebiasaan ini harus tetap dilakukan walaupun kasus Covid-19 di Indonesia sudah mengalami penurunan.
Seiring penurunan jumlah kasus positif Covid-19 global, Direktur Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO) Michael Ryan, mengatakan 2022 akan menjadi titik balik pandemi untuk berubah statusnya menjadi endemi. Endemi sendiri berarti penyakit yang berjangkit di suatu daerah pada suatu golongan masyarakat. Endemi adalah sebuah keadaan dimana suatu penyakit muncul secara konstan di dalam suatu populasi atau lokasi geografis tertentu, contohnya adalah malaria, dan demam berdarah dengue (DBD).
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bahwa perilaku manusia sangatlah vital dalam menentukan besar penularan penyakit di dunia. Perilaku manusia berkaitan erat dengan mobilitas hingga aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Sehingga pandemi Covid-19 secara tidak langsung melatih kita untuk menyesuaikan diri dalam merubah perilaku dalam waktu singkat.
WHO pada Mei 2022, telah memperbaharui rekomendasi perilaku masyarakat dalam beraktivitas. Sesuai dengan prinsip “Patuhi Bersama, Terlindungi Bersama” dalam menyesuaikan kondisi Covid-19 secara global, rekomendasi perilaku masyarakat menurut WHO adalah sebagai berikut:
Pertama, berinisiatif untuk mendapatkan vaksinasi secara tepat dan lengkap. Kedua, menjaga jarak minimal serta menjauhi kerumunan. Ketiga, menggunakan masker dengan benar yang menutupi mulut dan hidung terutama ketika sulit menjaga jarak, dan berada di ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang minim.
Rekomendasi keempat adalah rajin membersihkan tangan dengan hand sanitizer, sabun, dan air mengalir. Kelima dengan menerapkan etika menutupi mulut dan hidung ketika batuk dan bersin. Menutupi mulut ketika batuk ini bisa menggunakan siku ataupun tissue. Bila menggunakan tissue, maka buanglah segera dan segera mencuci tangan.
Rekomendasi keenam, adalah segera memeriksakan diri atau melakukan isolasi mandiri jika merasa bergejala mirip Covid-19. Prof. Wiku menjelaskan rekomendasi perilaku hidup bersih yang berkelanjutan diharapkan dapat hidup berdampingan dengan rasa kepercayaan diri masyarakat dalam menerapkannya.
Untuk menyambut era baru setelah pandemi Covid-19, Lembaga Dunia untuk Kesejahteraan Anak (UNICEF) juga merekomendasikan untuk terus melakukan penguatan infrastruktur kesehatan. Bentuk penguatan infrastruktur kesehatan misalnya dengan menambah jumlah tenaga kesehatan yang berkualitas, lalu perbaikan sistem pencatatatan dan pelaporan kasus (surveilans). Selanjutnya, vaksinasi Covid-19 dapat menjadi program imunisasi rutin dengan didukung aspek logistik dan pasokan alat-alat kesehatan dengan lebih baik.
Rekomendasi-rekomendasi tersebut sudah sepatutnya dilaksanakan dengan kesadaran penuh oleh masyarakat. Tanpa kesadaran dari masyarakat dan bila beberapa masyarakat masih enggan untuk melaksanakan rekomendasi tersebut, akan sangat disayangkan bila tidak ada dampak positif dari pelaksanaannya.
Pelaksanaan implementasi lapangan juga harus dipantau dengan tepat. Aktivitas hidup bersih dan sehat yang telah dilaksanakan masyarakat akan menjadi sia-sia bila tidak didukung oleh fasilitas pendukung kesehatan yang memadai. Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang sejalan dengan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan PHBS, maka kasus aktif Covid-19 tidak akan bertambah kembali lagi.
Sebagai pelengkap setelah melaksanakan PHBS, masyarakat juga harus tetap untuk menjaga kesehatan dengan tidur cukup, tetap terhidrasi dengan baik, memakan makanan yang bergizi, dan aktif berolahraga. Dengan tetap menjaga kesehatan, tubuh kita akan lebih fit dan bersemangat dalam melakukan aktivitas.
Mari kita bersama-sama menyongsong kehidupan baru tanpa Covid-19. Kehidupan dimana kita bisa kembali hidup normal tanpa masker, dapat beraktivitas secara langsung tanpa menggunakan perangkat digital, dan hidup yang bahagia tanpa dihantui berbagai efek negatif dari Pandemi Covid-19.
)* Penulis adalah Kontributor untuk Pertiwi Institute
(DK/AA)