Jakarta, suarapapuanews– Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I bertumbuh sebesar 5.01%. Pertumbuhan ini patut untuk diapresiasi karena program pemulihan ekonomi nasional dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pada masa awal pandemi situasi benar-benar suram, terutama perekonomian. Roda ekonomi negara berjalan amat lambat karena minimnya aktivitas di luar rumah. Banyak usaha yang gulung tikar karena masyarakat memegang erat dompetnya. Padahal jika roda ekonomi tidak melaju akan jadi bahaya karena bisa menyebabkan resesi.
Namun masyarakat tidak usah takut karena pemerintah bekerja keras untuk memperbaiki situasi buruk ini agar tidak berkepanjangan. Salah satunya dengan pemberian bantuan sosial, dan uangnya dianjurkan untuk belanja. Tujuannya agar roda ekonomi berjalan lagi.
Usaha pemerintah selama dua tahun mulai membuahkan hasil ketika Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik sebesar 5,01%, pada kuartal pertama tahun 2022. Kenaikannya cukup banyak karena saat kuartal keempat tahun 2021, pertumbuhan ekonominya hanya 0,96%.
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menyatakan bahwa kenaikan sebesar 5,01% amat bagus karena melebihi masa sebelum pandemi, bahkan juga melebihi pertumbuhan ekonomi tahun 2019. Hal ini juga terlihat dari naiknya nilai PDB (produk domestik bruto).
Dalam artian, usaha-usaha pemerintah untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi sudah berhasil. Mungkin dulu ada yang mencibir mengapa masyarakat selalu diberi bantuan sosial, padahal dalam beberapa bulan sudah terlihat hasilnya. Bantuan sosial membuat perputaran uang sehingga menyehatkan finansial negara.
Jika pertumbuhan ekonomi terus mengalami kenaikan maka amat bagus karena keadaan finansial masyarakat berangsur-angsur membaik. Mereka tidak lagi hanya membeli kebutuhan primer, tetapi juga kebutuhan sekunder dan sesekali kebutuhan tersier. Keadaan ini baik sekali karena bisa menggerakkan roda perekonomian sehingga ada kenaikan di bidang ekonomi.
Sementara itu, ekonom Josua Pardede menyatakan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terjadi karena kenaikan mobilitas masyarakat. Dalam artian, walau masih ada PPKM tetapi tidak seketat tahun lalu. Pemerintah patut diapresiasi karena perlahan-lahan membebaskan aktivitas masyarakat dan tidak melakukan lockdown ketat, karena akan berpengaruh buruk ke bidang perekonomian.
Masyarakat sudah beraktivitas di luar rumah tetapi tetap taat protokol kesehatan dan menghindari kerumunan. Mereka tetap belanja dan mayoritas beralih ke online shopping. Pasar online mendukung pasar konvensional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia makin kuat.
Adanya pertumbuhan ekonomi akibat naiknya belanja masyarakat juga menunjukkan perubahan kebiasaan ke online shopping. Makin banyak marketplace yang menawarkan barang-barang dengan harga murah, bahkan ada juga gratis ongkos kirim. Para pedagang di pasar juga menawarkan layanan antar sehingga masyarakat tidak perlu repot pergi ke lapaknya dan takut berdesak-desakan.
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka belanja ketika ada diskon sangat dimanfaatkan oleh penjual, karena mereka berlomba-lomba menawarkan potongan harga. Walau margin keuntungannya menipis tetapi yang penting jumlah pembeli jadi naik. Para pedagang juga belajar internet marketing dengan serius.
Ketika pasar online dan offline kembali semarak maka amat bagus karena perekonomian Indonesia bertumbuh dengan pesat. Kita tidak perlu takut akan terjeblos dalam resesi karena buktinya masih banyak orang kaya, masih banyak pula yang memborong belanjaan walau kondisinya biasa-biasa saja. Semuanya tidak lagi takut berbelanja karena keadaan finansialnya membaik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia naik drastis dan angkanya melebihi dari masa sebelum pandemi. Masyarakat patut mengapresiasi pemerintah yang telah mengeluarkan strategi jitu, sehingga kondisi finansial negara makin baik. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk selalu taat Prokes agar tren pengendalian Covid-19 dapat terjaga dan program pemulihan ekonomi dapat terus berlanjut.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(AD/AA)