Oleh : Theresia Wopari )*
Untuk mewujudkan kondusifitas di Bumi Cendrawasih, aparat keamanan memperkuat operasi siaga tempur untuk menumpas gerombolan Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua, hingga mereka tak bisa berkutik lagi untuk melakukan aksi brutal hingga pembunuhan yang dapat meneror warga sipil. Aksi penumpasan tersebut juga didukung penuh oleh masyarakat karena mereka percaya bahwa TNI dan Polri merupakan sahabat warga sipil Papua untuk melindunginya dari ancaman KST.
Gerombolan KST Papua semakin membuat gaduh dan meresahkan masyarakat, terlebih usai penyanderaan pilot Susi Air Capt Philip Mark Merthens beberapa waktu yang lalu di Nduga, Papua Pegunungan yang hinggasaat ini masih terus berlanjut.
Saat operasi penyelamatan pilot, TNI juga terus gencar melakukan operasi siaga tempur yang bertujuan untuk menumpas KST tersebut sebelum semakin brutal dan memakan banyak korban warga sipil. Operasi tersebut ditingkatkan menjadi siaga tempur oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebagai salah satu cara untuk melindungi keselamatan rakyat Papua yang tidak bersalah, namun terus mengganggu masyarakat setempat.
Terlebih lagi, ketika penyelamatan pilot Susi Air pada 15 April 2023 lalu membuat insiden duka yang dirasakan oleh personel TNI/Polri lantaran gugur di medan perang akibat ulah KST yang sudah di luar batas hingga termasuk dalam kategori pembunuhan dan memberikan teror yang merugikan manusia.
Dengan adanya operasi siaga tempur yang dilakukan oleh TNI, masyarakat mendukung penuh dan percaya bahwa mereka dapat melindung warga sipil serta operasi ini tidak akan menyakiti penduduk Papua, khususnya di daerah yang menjadi ranah operasi siaga tempur tersebut. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa aksi KST telah melampaui batas dan penyerangan tersebut merugikan masyarakat.
TNI yang dibantu Polri bersiaga untuk mengamankan Bumi Cendrawasih dari serangan KST dengan menambahkan jumlah anggota TNI sebanyak 890 orang untuk diterjunkan dalam operasi siaga tempur. Operasi tersebut juga didukung oleh Satgas Damai Cartenz, gabungan Polri dan TNI. Deputi V KSP (Kantor Staf Presiden) bidang Hukum, Keamanan, dan HAM Jaleswari Pamodhowardani menyebutkan bahwa KST pantas ditangkap lantaran sudah mengganggu ketenangan masyarakat sipil.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menegaskan bahwa Pemerintah tak boleh diam dalam menghadapi para pemberontak seperti KST yang brutal. Menurutnya, menumpas KST ini sangat mudah, akan tetapi dalam pelaksanaanya juga harusmengedepankan pelindungan warga sipil untuk meminimalisir korban yang berjatuhan. Untuk itu, TNI dan Polri perlu menyiapkan strategi khusus dalam operasi siaga tempur itu.
Seperti yang diketahui, operasi siaga tempur yang dilaksanakan oleh gabungan TNI dan Polri membuahkan hasil, Laksamana Muda (Laksda) Julius Widjojono mengklaim bahwa saat ini, kondisi KST sudah terjepit dan kita sudah tidak bisa percaya lagi dengan mereka. Pasalnya, gerombolan KST menyerang lebih dulu kepada orang-orang kita. Bahkan, dalam penumpasan KST tersebut, Julius menduga sudah ada beberapa anggota KKB yang tewas saat baku tembak dengan pihak TNI di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan.
Di sisi lain, seperti yang diketahui bahwa Pratu F telah dievakuasi dari jurang dengan kedalaman 140 meter dalam kondisi aman, terbukti bahwa tim berhasil mengevakuasi jenazah. Artinya bahwa, indikasi KST yang mulai terjepit ini terbukti lantaran tidak ada potensi serangan balik dari KST tersebut. Selain itu, dipastikan bahwa menurut Julius gerombolan KST Papua ini sudah bubar kocar-kacir.
Sebelumnya, memang terjadi peristiwa pada tanggal 15 April lalu saat 36 prajurit TNI saat dalam misi menyelamatkan pilot pesawat Susi Air Philip Mark Mehrtens, salah satu anggotanya gugur yakni Pratu F.Para prajurit tersebut ketika dalam perjalanan menuju titik operasi, tiba-tiba mendapatkan serangan dari berbagai arah oleh gerombolan KST. Hingga menjatuhkan korban sebanyak 5 orang.
Sementara itu, prajurit Pratu F merupakan korban kelima yang telah gugur di lokasi karena terpaksa menyelamatkan diri dengan melompat ke jurang dari tebing yang memiliki ketinggian sekitar 140 meter lantaran dalam posisi terdesak dan sudah dikepung oleh KST di Nduga, Papua.
Saat ini aparat keamanan berkomitmen untuk menjaga dan melindungi masyarakat Papua, khususnya warga sipil dari serangan KST yang masih menjadi problematika di Bumi Cendrawasih. Namun, sebenarnya tidak perlu khawatir karena memang KST saat ini telah diamankan oleh aparat keamanan TNI dan Polri demi mewujudkan kondusifitas di Kawasan Timur.
Upaya untuk bisa melawan KST Papua juga dilakukan oleh masyarakat Papua sendiri, bukan hanya terus diupayakan oleh para aparat keamanan saja. Warga di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah bahkan turut mengangkat senjata dengan melengkapi diri merekamenggunakan busur panah. Hal tersebut terjadi setelah KST melakukan penyerangan selama 2 hari di wilayah mereka sehingga membuat warga menjadi gerah karena terus dijadikan tameng.
Dengan dukungan penuh dari masyarakat setempat, aparat keamanan semakin perketat wilayah operasi siaga tempur untuk menumpas Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua demi terciptanya kondusifitas dan memberi perlindungan bagi warga sipil Papua hingga nantinya berhasil menumpaskan pemberontak yang mengganggu ketertiban dan keselamatan warga Papua.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bandung