Oleh : Salmon Kadepa )*
Peresmian empat Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua yakni Provinsi Papua Pegunungan Tengah, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Barat Daya sangat disyukuri masyarakat. Dengan adanya DOB baru maka akan mendorong berbagai potensi di Papua. Tak hanya bahan tambang atau hasil bumi, tetapi juga pariwisata.
Permintaan rakyat Papua tercapai ketika pemerintah meresmikan 4 daerah otonomi baru. Pulau Papua yang luasnya lebih dari 400.000 KM2 terlalu besar jika hanya memiliki 2 provinsi (Papua dan Papua Barat). Oleh karena itu perlu dilakukan pemekaran wilayah agar masyarakatnya lebih sejahtera, karena pengaturannya lebih mudah (berkat dekatnya jarak ke kantor pemerintah provinsi).
Tanggal 11 November 2022, 3 provinsi baru telah berdiri di Papua. Para penjabat gubernur juga sudah dilantik, yakni Ribka Haluk sebagai penjabat Gubernur Papua Tengah, Apolo Sapanfo sebagai penjabat Gubernur di Papua Selatan, dan Nikolaus K sebagai penjabat di Provinsi Papua Pegunungan Tengah. Kemudian ada M Musa’ad sebagai penjabat Gubuernur Papua Barat Daya dan provinsi ini disahkan pada Desember 2022.
Empat DOB baru mampu mempercepat pembangunan di Indonesia Timur, khususnya Papua. Penambahan DOB juga akan mendorong potensi daerah-daerah di Papua. Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin menyatakan bahwa Provinsi Papua Selatan sangat berpotensi sebagai lumbung pangan di Indonesia timur. Di sana ada sentra padi, perikanan, dan peternakan.
Dengan peresmian Provinsi Papua Selatan maka akan mendorong provinsi tersebut untuk benar-benar menjadi lumbung pangan di Indonesia timur. Selain memakmurkan petani maka juga mengamankan persediaan bahan pangan, tak hanya di Papua tetapi juga di Nusa Tenggara dan daerah-daerah lainnya.
Penambahan DOB akan melancarkan potensi Provinsi Papua Selatan karena ada dana APBD dari pemerintah pusat. Dengan dana tersebut maka akan dibangun infrastruktur di wilayah itu, dan melancarkan distribusi padi dan bahan pangan lain. Masyarakat Papua yang diuntungkan karena distribusi lancar dan mereka tidak pernah kekurangan bahan pangan.
Dengan dibentuknya DOB, maka peta potensi wilayah masing-masing provinsi juga turut bertransformasi. Garda depan optimalisasi anggaran berupa pemekaran wilayah sudah diluncurkan, maka upaya lanjutan untuk mewujudkan kesetaraan pembangunan juga harus segera dikejar. Yang paling utama yakni memetakan ulang potensi masing-masing provinsi sebelum meluncurkan strategi praktik untuk pembangunan.
Provinsi Papua sebagai wilayah induk dikenal dunia dengan kekayaan bawah tanahnya berupa pertambangan (emas dan tembaga), kini harus mengubah citra tersebut. Provinsi Papua pasca pemekaran terdiri dari sembilan kabupaten yang terletak di wilayah pesisir utara Papua. Kesembilan provinsi tersebut minim potensi pertambangan.
Walaupun beberapa riset dari Pusat Teknologi dan Konservasi Energi BPPT (2012), memetakan beberapa titik potensi pertambangan nikel yang terletak di Kabupaten Mamberamo Raya, namun hingga 2022 potensi tersebut masih belum beroperasi secara komersial.
Melirik dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua pasca pemekaran (hanya 9 kabupaten/kota), potensi ekonomi Provinsi Papua kini banyak ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Di mana share dari sektor ini terhadap PDRB masing-masing wilayahnya berkisar antara 15 hingga 20 persen (BPS, 2022).
Dengan melihat kontribusi dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mendominasi di Provinsi Papua, maka jelas citra ekonomi lokal Provinsi Papua pasca pemekaran kini tidak lagi bertumpu pada kilauan mineral bawah tanah, tetapi potensi hijau di daratan dan lautan sesuai dengan topografi mayoritas wilayah Provinsi Papua yang terhampar di wilayah pesisir.
Sementara itu, politisi asli Papua Barnabas Suebu menyatakan bahwa Sungai Memberamo yang ada di Papua sangat potensial. Di daerah aliran Sungai Memberamo terdapat 300.000 hektare hutan sagu. Sagu-sagu itu tumbuh subur di sepanjang sungai, terutama di bagian hilir dan rawa-rawa.Selama ini, sagu hanya dijadikan makanan utama bagi penduduk lokal.
Kalau saja sagu-sagu ini dikonversi menjadi bio etanol maka akan menghasilkan lebih dari 4,5 juta liter per tahun. Bio etanol merupakan sumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Ia dapat dipanen kapan saja sepanjang sagu-sagu tersebut ditanam. Potensi pohon nipahnya juga sangat besar. Hasil sadapannya juga dapat diolah menjadi bio etanol berkualitas tinggi.
Dengan penambahan DOB maka pemerintah daerah yang baru bisa membuat pabrik bio etanol agar ada pengolahan sagu yang sangat potensial. Dengan kucuran dana APBD maka pembuatan pabrik akan cepat selesai. Masyarakat Papua tak hanya bisa mengkonsumsi sagu tetapi sekaligus mengolahnya menjadi barang yang bernilai jual tinggi.
Penambahan DOB di Papua sangat bermanfaat karena bisa mendorong potensi di berbagai wilayah di Bumi Cendrawasih. Misalnya potensi alam berupa sagu, padi, dan juga peternakan. Provinsi Papua Selatan yang baru diresmikan bisa menjadi lumbung pangan di Indonesia timur. Masyarakat Papua bisa mengolah sumber daya alamnya sehingga menjadi barang yang bernilai jual tinggi, dan tidak ada lagi warga yang berada di bawah garis kemiskinan.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bandung