Arzan Malik Narendra)*
Keketuaan Indonesia dalam perhelatan KTT ASEAN 2023 dinilai mampu mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Hal tersebut bertujuan sebagai upaya untuk bisa segera beralih dari pemanfaatan energi fosil kepada energi yang jauh lebih bersih dan terbarukan.
Indonesia telah secara resmi menerima estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja dan akan menjadi Ketua penyelenggaraan KTT ASEAN Summit pada tahun 2023. Penyerahan tersebut dilangsungkan pada Upacara Penutupan KTT ke-40 dan ke-41 pada 13 November 2022 lalu. Secara simbolis, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) telah menerima palu dari Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hun Sen sebagai sebuah penanda bahwa Tanah Air telah menjadi Ketua ASEAN.
Setelah menerima tongkat estafet tersebut, kemudian Presiden Jokowi mengucapkan bahwa menjadi sebuah kehormatan bagi Indonesia untuk bisa kembali dipercaya menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2023. Dirinya kemudian bertekad akan membawa ASEAN menjadi kawasan yang jauh lebih stabil dan damai serta mampu menjadi jangkar stabilitas bagi dunia.
Tepat pada tahun 2023 ini, untuk kelima kalinya bahkan Indonesia kembali lagi dipercaya dan juga didapuk untuk memegang keketuaan ASEAN. Perlu diketahui bahwa pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Summit 2023 ini, Indonesia mengusung tema besar, yakni ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, yang mana bermakna bahwa bangsa ini sangat ingin untuk terus mendorong dan bahkan menjadikan negara kawasan ASEAN tetap penting dan juga relevan di mata dunia.
Mengenai hal tersebut, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi menyampaikan bahwa KTT ASEAN ke-42 yang akan diselenggarakan pada bulan Mei 2023 mendatang akan mengesahkan beberapa kesepakatan sekaligus. Salah satu kesepakatan penting yang terus didorong adalah mengenai pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle / EV).
Pada pertemuan High Level Task Force on Economic Integration negara-negara di kawasan ASEAN telah bersepakat untuk terus mengembangkan adanya ekosistem kendaraan listrik di ASEAN khususnya, yang mana akan segera disahkan tatkala KTT berlangsung.
Bukan hanya itu, namun sebenarnya Indonesia juga memiliki beberapa prioritas lain dalam menjalankan perannya selaku Ketua ASEAN 2023. Setidaknya terdapat 3 (tiga) pilar dalam tema besar keketuaan Indonesia. Ketiganya yakni ASEAN Matters, Epicentrum of Growth dan implementasi Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pacific / AOIP).
Kemudian, Menlu Retno menambahkan bahwa pada pilar Epicentrum of Growth, Indonesia sendiri terus berupaya untuk bisa memastikan adanya penguatan akan ketahanan energi dalam mendukung transisi dari energi fosil yang memang tidak bisa diperbarui untuk menuju kepada energi yang jauh lebih bersih dan juga terbarukan, antara lain adalah dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik regional.
Dalam upaya untuk melakukan pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut, Retno Marsudi menegaskan bahwa Pemerintah Republik Indonesia (RI) terus melibatkan banyak sekali pemangku kepentingan (stakeholders). Menurutnya, adanya pelibatan banyak pemangku kepentingan adalah hal yang sangat penting karena tentunya upaya besar tersebut tidak akan bisa jika dilakukan oleh beberapa pihak saja.
Sementara itu, Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Sidharto Suryodipuro menyatakan bahwa adanya upaya pengembangan ekosistem kendaraan listrik di negara kawasan bisa dimulai dengan memberlakukan terciptanya standar kendaraan listrik di ASEAN.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sejatinya Indonesia memiliki keunggulan yang komparatif, dalam artian keunggulan Tanah Air pada bidang tersebut bahkan bisa dibandingkan dengan negara lain dan juga secara kompetitif pun bangsa ini optimis pada bidang kendaraan listrik.
Bagaimana tidak, pasalnya Indonesia sendiri merupakan negara yang menjadi salah satu kawasan dengan ekonomi terbesar di ASEAN. Kemudian kumpulan negara-negara ASEAN sendiri merupakan salah satu yang memiliki perekonomian besar di dunia, sehingga tentunya negara-negara ASEAN sendiri sudah barang tentu mampu untuk menciptakan suatu standar sendiri.
Sejauh ini, produsen kendaraan listrik adalah China, Korea Selatan atau Amerika Serikat. Berkaca dari negara-negara tersebut, ternyata sistem kerja mereka adalah mereka memiliki standar sendiri yang berbeda-beda.
Namun, akan menjadi sangat berbeda hasilnya apabila dengan kompak, negara-negara di Asia Tenggara atau ASEAN mampu untuk menciptakan standarnya sendiri. Bahkan sangat berkemungkinan nantinya standar mengenai kendaraan listrik yang diterapkan di negara kawasan ASEAN akan bisa diikuti oleh negara lain.
Maka dari itu, pengembangan ekosistem kendaraan listrik memang bukanlah sebuah hal yang mustahil dilakukan oleh ASEAN, yang mana prosesnya sudah mulai dilakukan oleh Indonesia selaku Ketua KTT ASEAN pada tahun 2023 ini.
)* Penulis adalah kontributor pada Lembaga Siber Nusa