Saumlaki – Kelompok Separatis dan Teroris (KST) perlu untuk diberantas karena melakukan serentetan tindak kejahatan yang sampai mengancam nyawa orang lain. Masyarakat Papua juga mendukung tindakan tegas kepada kelompok tersebut agar stabilitas keamanan Papua dapat terwujud dan pembangunan dapat berlanjut.
KST merupakan sumber penderitaan rakyat Papua karena berambisi ingin memerdekakan Papua. Ambisius mereka untuk memerdekakan Papua terus berkobar dan semakin mengerikan serta menggunakan berbagai cara agar Republik Federal Papua Barat berdiri dan lepas dari Indonesia.
Masyarakat mendukung pemberantasan KST karena mereka sudah merusak perdamaian di Papua. Terlebih ketika mereka melakukan penyerangan beruntun di Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.
Tanggal 7 Januari 2023 lalu KST melakukan penyerangan terhadap seorang tukang ojek di Oksibil. Ia lalu melapor ke aparat lalu pihak kepolisian datang untuk melakukan pengamanan. Setelah itu KST dan aparat baku-tembak dan ada 3 korban luka-luka dari pihak aparat.
KST selalu menuduh warga sipil menjadi mata-mata apparat, dan bisa jadi tukang ojek tersebut juga dicurigai sebagai intel. Padahal dia hanya orang biasa. beruntung tukang ojek itu selamat dari penyerangan lalu melaporkan ke kantor polisi. Diharapkan warga lain juga melakukan hal yang sama agar selalu tercipta perdamaian di Papua.
Masyarakat Papua tentu ingin agar daerahnya aman dan damai. Apalagi saat ini mereka gencar mempromosikan Papua sebagai tempat wisata baru yang eksotis. Namun kehadiran KST bisa saja membuat para turis ketakutan, sehingga kelompok separatis ini harus dimusnahkan. Apalagi ketika mereka terus meneror rakyat, terutama di Oksibil.
Sementara tanggal 9 Januari 2023, KST juga melakukan penyerangan dan pembakaran di sebuah SMK di Oksibil. Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menyatakan bahwa KST melakukan pembakaran sekolah. Dalam peristiwa itu tidak ada korban jiwa tetapi aktivitas belajar-mengajar dihentikan untuk sementara.
Teror KST di Oksibil spontan dikecam masyarakat. Terlebih pembakaran sekolah bukan untuk pertama kalinya. Tahun 2022 lalu mereka juga melakukan pembakaran di sebuah sekolah di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya. Selain melakukan pembakaran, saat itu mereka juga menganiaya seorang guru.
Data dari Kepolisian Daerah Papua, sepanjang tahun 2022 ada 53 korban jiwa akibat serangan KST. Mereka terdiri dari warga sipil dan aparat keamanan. Hal ini dinyatakan oleh Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri.
Oleh karena itu jika ingin Papua aman dan damai, KST harus diberantas sampai tuntas. Mereka sudah nekat menyerang aparat keamanan. Padahal aparat adalah sahabat rakyat dan bertugas untuk mengamankan warga Papua. Namun oleh KST dianggap sebagai musuh dan penjajah.
Untuk memerdekakan Papua maka KST melakukan berbagai teror, mulai dari propaganda, pengancaman, sampai penembakan. KST sangat arogan sampai meremehkan kekuatan dari aparat yang menjaga di Papua.
Pemberantasan KST menjadi fokus dari para prajurit TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz. Fokus Satgas tersebut selain untuk menjaga keamanan rakyat Papua, juga mewujudkan perdamaian di Bumi Cendrawasih. Jangan sampai masyarakat ketakutan gara-gara ulah KST.
KST diberantas karena mengganggu perdamaian dan merusak kedaulatan negara. NKRI harga mati, sehingga ketika ada kelompok yang ingin memerdekakan diri dari Indonesia, wajib diberantas hingga ke akarnya. Penyisiran terus dilakukan hingga ke hutan belantara dan pegunungan, karena KST sering sembunyi di sana.
Sementara itu, Kepala Suku Besar Kabupaten Puncak Abelom Kogoya mengecam serangan beruntun KST di Oksibil karena merusak perdamaian di seluruh Papua. Ia juga menolak kedatangan KST di daerahnya. Abelom tidak ingin ada konflik bersenjata di Kabupaten Puncak. Apalagi setelah ada penyerangan dan menyebabkan delapan orang warga meninggal dunia. Abelom turut menghadiri pemakaman salah satu korban yakni Beby Tabuni dan mengecam keras serangan KST.
Sebagai seorang kepala suku, Abelom menolak KST karena tega menghabisi rakyatnya. KST tidak pandang bulu dalam menyerang. Baik pendatang maupun orang asli Papua, bisa diserang dengan senjata api dan memakan korban jiwa. Selain itu mereka juga sering mengambil harta dan makanan rakyat Papua sehingga perbuatannya termasuk tindakan kriminal.
Perdamaian di Papua harus dijaga dan caranya dengan memberantas KST. Jangan sampai ada lagi warga sipil maupun aparat keamanan yang jadi korban dari serangan kelompok separatis tersebut. Rakyat Papua selalu mendukung aparat yang tergabung dalam Satgas Damai cartenz, untuk mewujudkan keamanan dan perdamaian di seluruh wilayah Bumi Cendrawasih.