ACEH — Kearifan lokal masyarakat Aceh berpadu dengan dukungan kuat negara dalam menghadapi bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah pada akhir 2025.
Perpaduan nilai budaya, solidaritas komunal, dan kehadiran aktif pemerintah pusat membentuk respons kebencanaan yang cepat, terukur, dan berkelanjutan.
Masyarakat Aceh mengandalkan modal sosial yang telah mengakar kuat selama berabad-abad.
Tradisi gotong royong serta pengetahuan lokal seperti Smong di Simeulue terus menjadi rujukan penting dalam membangun kewaspadaan terhadap ancaman alam.
Smong, yang diwariskan melalui syair dan cerita rakyat, terbukti menyelamatkan ribuan nyawa saat tsunami 2004 dan kini dipahami sebagai fondasi kesadaran kebencanaan berbasis budaya.
Di tengah bencana banjir 2025, nilai solidaritas tersebut kembali terlihat.
Kepala Sekretariat Lembaga Wali Nanggroe Aceh atau Katibul Wali, Abdullah Hasbullah, menegaskan bahwa masyarakat Aceh kuat dan tetap harus dapat bersatu dalam menghadapi setiap bencana yang melanda.
“Kebersamaan adalah warisan paling berharga di tengah bencana. Meski Aceh sedang dilanda duka, masyarakat membuktikan bahwa kita tidak pernah menyerah untuk bangkit. Solidaritas yang mengalir hari ini adalah fondasi terkokoh menuju pemulihan. Dengan semangat kebersamaan ini, kami yakin Aceh akan kembali tegak, lebih kuat, dan semakin kompak menyongsong masa depan,” pungkasnya.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto meninjau langsung lokasi terdampak di Aceh Tamiang untuk memastikan penanganan berjalan optimal.
Presiden menyampaikan komitmen pemerintah pusat dalam pemulihan.
“Insyaallah bersama-sama kita akan memperbaiki keadaan ini. Pemerintah akan turun, akan membantu semuanya,” ujar Presiden saat berada di posko pengungsian.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf apabila masih terdapat layanan dasar yang belum sepenuhnya pulih akibat beratnya kondisi lapangan.
Di sektor infrastruktur, Kementerian Pekerjaan Umum menggenjot percepatan pemulihan akses jalan dan jembatan.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan komitmen tersebut.
“Atas arahan Bapak Presiden, seluruh sumber daya Kementerian PU bergerak maksimal untuk memastikan akses darat dapat segera pulih,” katanya.
“Kami terus bekerja karena ini menyangkut mobilitas warga, distribusi bantuan, dan aktivitas pemulihan di lapangan,” jelasnya.
Sinergi antara kearifan lokal Aceh dan dukungan penuh negara tersebut menegaskan bahwa penanganan bencana tidak hanya bertumpu pada teknologi dan anggaran, tetapi juga pada kekuatan budaya dan kepercayaan masyarakat.
Kolaborasi tersebut menjadi fondasi penting dalam menjaga ketangguhan Aceh menghadapi bencana.