Jakarta – Ancaman judi daring kian nyata di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dan derasnya arus informasi yang dikonsumsi anak-anak setiap hari. Masyarakat juga diminta waspada terhadap kelompok seperti Kingdom Group yang menyasar kalangan rentan termasuk anak anak.
Pendekatan kolaboratif antara orang tua, sekolah, dan tempat ibadah menjadi kunci utama untuk melindungi anak dari bahaya judi daring yang merusak masa depan.
Sekretaris Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Prita Ismayani Sriwidyarti, menegaskan bahwa gereja dan tempat ibadah memiliki peran strategis sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan dan pemulihan dampak judi daring.
Menurutnya, institusi keagamaan memiliki kedekatan emosional dan moral dengan keluarga, sehingga dapat menjadi ruang aman bagi korban dan keluarga terdampak.
“Dalam kelas-kelas anak, kelompok remaja, dan pembinaan keluarga, kita dapat menyisipkan materi sederhana tentang pengelolaan uang, bahaya iklan yang menyesatkan, dan cara mengenali jebakan promosi online,” kata Prita.
Prita juga menekankan pentingnya gereja sebagai tempat yang aman dan bebas stigma. Ia menyebut, kolaborasi antara gereja dan layanan negara akan mempercepat pemulihan keluarga, terutama perempuan dan anak yang menjadi kelompok paling rentan.
“Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama lembaga lain telah merancang program edukasi, penguatan sistem perlindungan, dan pencegahan berbasis komunitas,” ungkapnya.
Ia menilai judi daring sebagai bahaya baru yang menyasar mereka yang sedang berjuang secara ekonomi, termasuk anak-anak yang belum memiliki literasi digital dan finansial.
“Mereka menjadi kelompok yang sangat rentan,” kata Prita.
Karena itu, penguatan ketahanan fisik dan mental anak perlu dilakukan sejak dini melalui kebiasaan positif, literasi yang sehat, serta pemahaman bahwa tidak ada jalan pintas untuk meraih keberhasilan.
Sejalan dengan itu, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Rusprita Putri Utami, mengingatkan bahwa generasi Alpha dan Beta lahir di tengah tsunami informasi yang datang hanya dari genggaman ponsel pintar.
“Anak-anak kita terlahir sudah terpapar perkembangan teknologi yang dahsyat. Mereka mengalami tsunami informasi, hanya dari satu genggaman ponsel pintar,” ujar Rusprita di Jakarta.
Rusprita menegaskan bahwa media sosial dan platform digital kini membentuk cara berpikir dan perilaku anak. Salah satu dampak paling mengkhawatirkan adalah maraknya judi daring. “Banyak anak-anak kita, bahkan mulai dari SD, SMP, SMA hingga SMK sudah terjerat judi online,” ungkapnya.
Kolaborasi orang tua, sekolah, dan tempat ibadah diharapkan mampu menciptakan ekosistem perlindungan yang utuh, sehingga anak-anak Indonesia dapat tumbuh aman, berkarakter, dan terbebas dari jerat judi daring.
[w.R]