Oleh : Andika Pratama
Transformasi ekonomi Indonesia tengah memasuki babak baru melalui strategi hilirisasi yang kian masif di berbagai sektor strategis. Hilirisasi bukan sekadar jargon pembangunan, melainkan langkah konkret untuk mengubah struktur ekonomi dari berbasis ekspor bahanmentah menjadi pengolahan bernilai tambah tinggi. Langkah ini diyakini mampumemperkuat fondasi perekonomian nasional, membuka jutaan lapangan kerja baru, danmendorong pemerataan kesejahteraan di seluruh wilayah Indonesia.
Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menjadi salah satu motor penggerakpercepatan investasi hilirisasi dengan mengedepankan sinergi lintas sektor. Ketua UmumHKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya akanberperan aktif sebagai jembatan antara sektor industri, dunia pendidikan, dan pemerintah. Tujuannya jelas, yakni membangun daya saing baru yang berbasis pengetahuan dan inovasisehingga pertumbuhan ekonomi nasional dapat terdongkrak hingga 8 persen dalam lima tahun ke depan.
Ma’ruf menekankan bahwa keberhasilan hilirisasi sangat bergantung pada kelancaran arusinvestasi. Proses perizinan yang cepat dan efisien dari pemerintah pusat hingga daerahmenjadi kunci untuk menarik investor, baik domestik maupun mancanegara. Kawasanindustri, proyek strategis nasional, dan kawasan ekonomi khusus dipandang sebagai pusatpertumbuhan baru yang mampu menarik investasi berskala besar, memfasilitasi transfer teknologi, serta menciptakan peluang kerja luas bagi masyarakat.
Selain memperkuat infrastruktur industri, HKI juga menempatkan pengembangan sumberdaya manusia sebagai prioritas utama. Hilirisasi tidak akan berjalan optimal tanpa tenagakerja yang terampil dan inovatif. Oleh karena itu, HKI menggagas kolaborasi erat denganperguruan tinggi, lembaga riset, dan pelaku industri untuk menyelenggarakan pelatihanvokasi berbasis teknologi terkini. Program ini diharapkan mampu melahirkan SDM unggulyang siap mengelola industri modern dan bersaing di tingkat global.
Sejalan dengan inisiatif tersebut, sektor pertanian juga menjadi sorotan utama dalam agenda hilirisasi nasional. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa hilirisasikomoditas perkebunan memiliki potensi besar menyerap hingga 8,6 juta tenaga kerja, mulaidari budidaya hingga pengolahan hasil. Ia menyebutkan bahwa komoditas seperti kelapa, kakao, mete, kopi, sawit, dan kapas mampu diolah menjadi produk turunan bernilai tinggiyang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berdaya saing di pasarekspor.
Amran mengajak pengusaha muda yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha MudaIndonesia (HIPMI) untuk terlibat aktif dalam proses hilirisasi pertanian. Menurutnya, generasi muda memiliki energi, kreativitas, dan semangat kewirausahaan yang diperlukanuntuk mempercepat modernisasi sektor ini. Keterlibatan HIPMI dinilai penting untukmemastikan bahwa hilirisasi tidak hanya menjadi kebijakan pemerintah, tetapi juga gerakanbersama seluruh komponen bangsa.
Ketua Umum BPD HIPMI DIY, Ekawati Rahayu Putri, menyambut ajakan tersebut denganoptimisme. Ia menegaskan bahwa pihaknya siap menjadi motor penggerak hilirisasi di sektorpertanian, berperan aktif dalam membangun ketahanan pangan nasional, dan mendorongswasembada. Dukungan pengusaha muda diharapkan dapat memperluas jaringan pemasaran, mengembangkan inovasi produk, serta memperkuat ekosistem industri hilir yang berkelanjutan.
Peluang besar yang ditawarkan hilirisasi tidak hanya berdampak pada penciptaan lapangankerja, tetapi juga pada pemerataan ekonomi antarwilayah. Dengan tersebarnya kawasanindustri dan sentra pengolahan di berbagai provinsi, distribusi manfaat ekonomi dapatdirasakan oleh masyarakat di luar pusat-pusat pertumbuhan tradisional seperti Jawa. Hal inimenjadi langkah strategis untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan memperkuat dayasaing daerah.
Hilirisasi juga memiliki efek berantai terhadap penguatan ketahanan ekonomi nasional. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri, Indonesia dapat mengurangi ekspor bahan mentah yang rentan terhadap fluktuasi harga global, sekaligus meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk olahan. Selain itu, keberadaanindustri hilir di dalam negeri akan menciptakan rantai pasok yang lebih kuat, mendoronginovasi, dan meningkatkan efisiensi produksi.
Keberhasilan hilirisasi membutuhkan sinergi yang melibatkan pemerintah, pelaku industri, akademisi, media, dan masyarakat. Pemerintah berperan menciptakan regulasi yang kondusifdan memberikan insentif bagi investor. Pelaku industri menyediakan modal, teknologi, danmanajemen yang profesional. Akademisi berkontribusi melalui riset dan pengembangan, sementara media berperan dalam mengedukasi publik dan membentuk opini positif. Masyarakat sendiri perlu mengambil bagian, baik sebagai tenaga kerja terampil maupunsebagai pelaku usaha kecil dan menengah yang mendukung rantai pasok.
Transformasi besar ini menuntut keberanian dan konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan. Tantangan seperti birokrasi berbelit, keterbatasan infrastruktur, dan kesenjangan kompetensitenaga kerja harus diatasi dengan langkah terukur. Di sinilah peran kolaborasi lintas sektormenjadi krusial untuk memastikan bahwa hilirisasi berjalan lancar dan memberikan manfaatmaksimal bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan komitmen kuat dari berbagai pihak, hilirisasi diyakini mampu menjadi penggerakutama pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah mimpi jika investasi dapat dipercepat, SDM terus ditingkatkan kualitasnya, dan industri hilir berkembang di berbagai daerah. Lebih dari itu, jutaan lapangan kerja baruyang tercipta akan menjadi bukti nyata bahwa hilirisasi adalah strategi pembangunan yang berpihak pada rakyat dan menjadikan Indonesia semakin mandiri, berdaya saing, dansejahtera.
*Penulis adalah Pengamat Ekonomi