Jakarta, suarapapuanews– Pemerintah memastikan bahwa stok kebutuhan pokok akan aman saat Ramadhan. Namun demikian, masyarakat diharapkan untuk tetap bijak dan dapat berbelanja sesuai kebutuhan.
Masyarakat kerap merasa gelisah jelang Ramadhan, hal ini dikarenakan bahan pangan di pasaran mulai diburu oleh banyak orang, sehingga kerap terjadi kelangkaan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjamin ketersediaan barang pokok akan aman menjelang Hari Raya Suci Ramadhan. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu gelisah ataupun khawatir adanya kelangkaan.
Kepala Pusat Ketersediaan Pangan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan, Andriko Noto Susanto memaparkan, berdasarkan catatan, hingga Mei 2022 beras surplus 8,7 ton, kemudian jagung surplus 3,2 juta ton dan juga kedelai.
Dalam kesempatan diskusi virtual, Andriko menjelaskan, “Prognosa kami hingga Mei 2022, kebutuhan pokok aman. Kedelai disupport oleh realisasi impor pada Januari-Februari 2022 itu ada 338.900 ton sudah terealisasi tapi kita harapkan juga nanti rencana impor pada Maret-Mei 2022 sebesar 774.000 ton berjalan lancar sehingga kalau hal tersebut bisa dicapai, maka hingga Mei 2022 kita masih surplus 142.300 ton.”
Kemudian, bawang merah, surplus 92.000 ton dan bawang putih surplus 104.900 ton. Untuk jenis bawang putih, Andriko berharap rencana impor pada Maret hingga Mei 2022 sejumlah 145.000 ton dapat terealisasi dengan baik. Dengan begitu, stok di dalam negeri akan terus tercukupi.
Berikutnya, dia menerangkan bahwa cabai besar posisinya juga aman. Berdasarkan prognosa Badan Pangan Nasional, Surplus 27.900 ton. Sementara cabai rawit surplus 40.383 ton.
Selanjutnya, daging ayam surplus 357.700 ton, kemudian telur ayam ras surplus 98.500 ton dan gula surplus 544.000 ton. Begitu pun dengan minyak goreng juga kondisinya surplus sekitar 663.493 ton.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa dalam aspek ketersediaan pangan, penyediaan sarana dan prasarana produksi serta akses pasar dan kelancaran distribusi menjadi fokus utama bagi pemerintah.
Pemerintah terus berkomitmen untuk memastikan ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat, khususnya disaat bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1443 H. Kolaborasi berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memastikan agar pangan tersedia di masyarakat.
Airlangga mengatakan, monitoring daerah surplus dan defisit pangan terus dilakukan agar pemerintah dapat merespon dengan cepat apabila ditemukan daerah yang mengalami defisit pangan. BUMN di bidang perhubungan dan transportasi, khususnya yang masuk dalam jaringan tol laut, akan dioptimalkan untuk menjamin kelancaran distribusi pangan ke berbagai daerah.
Terkait dengan komoditas minyak goreng, pemerintah telah menerbitkan sejumlah kebijakan terkait dengan harga jual di tingkat konsumen, yakni sesuai harga keekonomian untuk minyak goreng sawit (MGS) kemasan di pasar modern ataupun dengan harga Rp 14.000 / liter untuk MGS curah di pasar tradisional. Selain memberikan subsidi dalam penyediaan MGS curah, Pemerintah juga melakukan koordinasi dengan produsen guna menjamin ketersediaan minyak goreng di pasar.
Di samping itu, untuk komoditas kedelai, Pemerintah telah menugaskan Perum BULOG untuk melaksanakan program bantuan pembelian kedelai kepada pengrajin tahu dan tempe sehingga diharapkan tahu dan tempe bisa tetap dinikmati oleh masyarakat sebagai alternatif sumber protein.Terhadap komoditas kedelai juga akan diberikan subsidi, sehingga harga jual bisa dijaga dikisaran Rp 11.000/kg.
Lebih lanjut, untuk komoditas daging sapi, pemerintah telah mendorong industri maupun Perum Bulog untuk mempercepat penyediaan daging sapi guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalani bulan puasa dan perayaan Idul Fitri.
Airlangga menambahkan, dukungan kepada masyarakat selaku konsumen, baik dalam bentuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan maupun bantuan pangan kepada masyarakat yang membutuhkan terus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menjaga daya beli dan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan.
Dalam rangka peningkatan kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat, pemerintah juga mendorong upaya diversifikasi konsumsi pangan melalui pemanfaatan keanekaragaman pangan lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Masyarakat tentu saja dihimbau untuk tidak terlalu khawatir, karena pemerintah telah menyusun berbagai strategi mulai dari persiapan, pengawasan hingga pemberian subsidi agar kebutuhan bahan pokok dapat terpenuhi dan bisa dibeli oleh berbagai kalangan masyarakat, hal ini perlu didukung dari peran serta masyarakat, salah satunya adalah dengan tidak melakukan panic buying selama Ramadhan.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(AI/AA)