Suarapapuanews, Jakarta– Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan arus investasi di Indonesia. Dengan banyaknya investasi di Indonesia, maka pemulihan ekonomi yang sebelumnya terdampak pandemi Covid-19 dapat berjalan maksimal.
Salah satu upaya yang dapat mendorong pemulihan ekonomi adalah Investasi. Pertumbuhan investasi di kuartal I/2021 tercatat sebesar Rp 219,7 triliun atau tumbuh 2,3 persen secara tahunan. Komitmen pemerintah untuk mengakselerasi reformasi struktural ini disambut secara positif oleh lembaga pemerintah, mitra pembangunan dan berbagai lembaga internasional.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, transformasi ekonomi dari ekonomi berbasis komoditas menuju yang berbasis pada nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat mendorong pemulihan pasca pandemi. Berdasarkan penilaian atas ketahanan ekonomi Indonesia dan proses pemulihan yang berkelanjutan, Bank Dunia mendukung pendanaan sebesar 800 juta US Dollar untuk reformasi kebijakan investasi dan perdagangan Indonesia serta membantu mempercepat pemulihan dan transformasi ekonomi.
Pendanaan ini akan dioperasikan melalui dua pilar. Pilar pertama bertujuan untuk mempercepat investasi dengan membuka lebih banyak sektor untuk investasi swasta, khususnya investasi langsung dan mendorong investasi swasta dalam energi terbarukan. Pilar kedua, mendukung reformasi kebijakan perdagangan untuk meningkatkan daya saing dan pemulihan ekonomi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan komoditas pangan pokok dan bahan baku serta untuk memfasilitasi akses ke input manufaktur.
Program ini juga merupakan salah satu perwujudan dari Kemitraan Indonesia dan Bank Dunia sebagaimana tertuang dalam Kerangka Kerja Kemitraan Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia Tahun 2021-2025. Kerangka Kerja Kemitraan ini mengidentifikasi penguatan daya saing dan ketahanan ekonomi sebagai jalur utama untuk menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran.
Sementara itu Bank Indonesia meyakini, investor optimis dengan prospek pemulihan ekonomi domestik dan iklim investasi di Indonesia. Hal ini ditandai netto investasi langsung pada kuartal I 2022 sebesar 4,5 miliar dolar AS. Meski demikian, ketidakpastian pasar keuangan global karena meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan rencana percepatan normalisasi kebijakan moneter negara maju mungkin masih menjadi faktor penentu.
Transaksi modal dan finansial pada kuartal I 2022 ini defisit 1,7 miliar dolar AS, lebih rendah dibanding defisit 2,2 miliar dolar AS pada kuartal IV 2021. Salah satu penyebabnya yaitu defisit pada transaksi modal dan finansial meskipun di sisi lain transaksi berjalan menikmati surplus. Jumlah defisit transaksi modal dan finansial sebesar 1,7 milyar dolar AS pada kuartal I 2022 lebih tinggi dibanding capaian surplus pada neraca transaksi berjalan yang sebesar 0,2 miliar dolar AS, sehingga NPI kembali defisit seperti Kuartal IV 2021.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam publikasi Laporan NPI di Jakarta menyebutkan, NPI pada kuartal I 2022 tetap baik dan mampu menopang ketahanan eksternal. Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. Sedangkan cadangan devisa hingga akhir Maret 2022 tercatat sebesar 139,1 miliar dolar AS atau secara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2023 ditargetkan bisa mencapai 5,3 hingga 5,9 persen. Untuk mencapai target tersebut, konsumsi dan investasi akan menjadi penopang utama. Ditargetkan, konsumsi bisa kembali tumbuh di atas 5 persen, meningkat dari tahun 2021 sebesar 2 persen. Sementara investasi di 2022 ditargetkan tumbuh di 6,1 persen. Target tersebut lebih baik dari pada masa pandemi tahun lalu, di mana investasi turun sampai 3,8 persen.
Sri menuturkan, Kinerja di Bidang Investasi dan Perdagangan, transformasi di sektor manufaktur baik itu industri mesin, elektronik, alat komunikasi kimia dan hilirisasi mineral menjadi sangat penting untuk menjadi roda bagi pemulihan ekonomi. Namun yang perlu untuk terus ditingkatkan adalah kesadaran ekonomi hijau, di mana nilai ekonomi yang berasal dari karbon dan teknologi energi terbarukan akan menjadi sumber atau diandalkan menjadi sumber pertumbuhan yang baru.
Saat ini masih terdapat ketimpangan investasi yang cukup besar di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Ketimpangan tersebut bisa ditutup dengan cara mendorong investasi yang lebih berkelanjutan, khususnya di bidang energi terbarukan. Investasi berkelanjutan menjadi penting karena hal ini dapat menciptakan lapangan kerja yang berdampak pada ekonomi lokal.
Masyarakat diminta untuk tidak alergi dengan investasi, karena bertujuan positif untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan adanya peningkatan investasi ini, maka kesejahteraan rakyat diharapkan dapat terus meningkat dan Indonesia dapat terhindar dari ancaman resesi global.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi institute
(DA/AA)