ayo buat website

Ketum Jakatarub Wawan Gunawan: Awas Bahaya Laten Khilafah Ancam Eksistensi Pancasila

Suara Papua - Thursday, 21 July 2022 - 14:13 WITA
Ketum Jakatarub Wawan Gunawan: Awas Bahaya Laten Khilafah Ancam Eksistensi Pancasila
 (Suara Papua)
Penulis
|
Editor

Suarapapuanews, Jakarta– Ketua Umum Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) Wawan Gunawan mengatakan masyarakat Indonesia harus dapat mewaspadai bahaya laten Khilafah karena dapat mengancam eksistensi Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia. Pancasila sudah teruji mempersatukan Indonesia dan Pancasila merupakan anugerah bagi Indonesia yang memiliki keberagaman.

Hal tersebut diungkapkan Wawan Gunawan dalam dialog daring di program Dialog Kebangsaan Pancasila TV di Jakarta, (21/7).

Wawan Gunawan mengatakan sejarahnya Pancasila sudah sangat Islami, bagi Kelompok Kristen Pancasila itu sudah sangat Kristiani, bagi Hindu Pancasila itu sudah sangat mengakomodir Hindu, Pancasila secara historis merupakan titik temu dari bangsa Indonesia yang berbeda.

Disisi lain ada sekelompok orang yang ingin menghilangkan jejak – jejak sejarah itu dan ingin hidup secara terkotak – kotak, ingin hidup dalam lingkungan yang dipimpin dalam sistem khilafah. Mereka memiliki ketidak puasan terhadap sistem yang sudah ada. Seharusnya jika Indonesia masih dianggap kurang, seharusnya bukan membuat rumah baru namun justru mari bagun secara Bersama – sama sehingga Indonesia dapat menjadi rumah Bersama bangsa Indonesia, ujar Wawan.

Pancasilakan sudah teruji bisa mempersatukan 15.400 pulau, bisa mempersatukan 714 bahasa, bisa mempersatukan Indonesia yang beragam ini. Pancasila merupakan anugerah bagi Indonesia, tegas Wawan.

Wawan Gunawan menjelaskan dalam konteks Indonesia yang beragam dari sisi suku, agama dan lainnya, para Pendiri bangsa Indonesia seperti Soekarno, Bung hatta, KH. Hasyim Ashari, KH. Wahid Hasyim, Ki Bagus Kusumo telah memilih konsep negara Pancasila bukan konsep Khilafah. Hal ini pun sudah berdasarkan pemikiran keagamaan dan justru telah menjadi pemilikan lintas agama yang ada di Indonesia. Makanya yang menghidupi Pancasila semua agama, seperti Romo Magnis menulis konsep Pancasila dalam perspektif Katholik, kemudian almarhum Eka Dharma Putra banyak menulis Pancasila dalam konsep Kekristenan, dan Gus Dur banyak menulis Pancasila dalam perspektif Keislaman jadi Pancasila mengakomodir semuanya.

Berdasarkan Hasil survei LSI Denny JA, dalam kuran waktu 13 tahun terakhir yang pro Pancasila menurun 10 persen, yang menilai Indonesia dengan sistem NKRI bersyariat alias Khilafah naik 9 persen. Hal itu akan menjadi bahaya laten bagi eksistensi Pancasila. Jadi apa yang dikatakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Indonesia bisa bubar dalam 30 tahun mendatang bisa jadi benar jika hal itu dibiarkan. Hal tersebut tentunya harus di waspadai, ungkap Ketum Jakatarub.

Pembubaran terhadap HTI dan FPI yang dilakukan pemerintah sudah tepat karena kedua ormas tersebut secara jelas merongrong Pancasila karena sering menyebutkan Pancasila bukan dari Islam. Yang menarik pemikiran pendiri bangsa Indonesia banyak yang dari Kyai dan ahli – ahli agama yang sepanjang hidupnya sudah terus menerus di pesantren dan Islami serta dalam satu tarikan nafas juga bernegara dimana mereka menilai Pancasila merupakan ideologi yang tepat untuk Indonesia yang majemuk, tutur Wawan.

Menurut Wawan Gunawan, dinegara – negara lain konsep Khilafah dilarang namun luar biasanya Indonesia karena menjadi negara demokratis terbaik didunia sehingga para pendukung Khilafah bisa berbicara. Makanya aneh HTI mengkritik demokrasi padahal mereka bisa bicara karena Indonesia negara demokrasi. Jika Indonesia bukan negara demokrasi mereka tidak bisa banyak bicara.

Pemerintah telah menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap ancaman Khilafah dengan moderasi beragama dengan leading sectornya Kementerian Agama. Munculnya Moderasi Beragama dilatar belakangi oleh munculnya paham keagamaan yang tidak berbanding lurus dengan paham kebangsaan. Pemerintah mengeluarkan indikator moderasi beragama ada empat antara lain beragama dan berwawasan kebangsaan, toleran, anti kekerasan, dan ramah terhadap budaya lokal. Dengan empat indikator tersebut pemerintah berusaha mengatasi paham Khilafah dari perspektif politik itu, jelas Wawan.

(CA/AA)

Tinggalkan Komentar

Close Ads X
ayo buat website