Suarapapuanews, Jakarta– Perekonomian Indonesia kedepannya diyakini masih resilien dalam menghadapi krisis global. Di sisi lain, Pemerintah terus berupaya maksimal memberikan kepastian hukum melalui penyederhanaan regulasi, sehingga investasi di Indonesia masih positif kedepannya.
Iklim investasi yang terjadi di Indonesia juga masih dipandang positif karena memang sejauh ini stabilitas kondisi perekonomian di Tanah Air sama sekali tidak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan di tengah gejolak sentimen negatif pada makroekonomi dunia, nyatanya Pemerintah masih terus membuktikan keberhasilannya dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang tahan banting sehingga sama sekali tidak terpengaruh.
Presiden Direktur dari BNP Paribas Asset Management, Priyo Santoso menyatakan jika prospek ke depan dari investasi di Indonesia akan sangat cerah. Hal tersebut dikarenakan peran yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan memberlakukan reformasi ekonomi pada beberapa tahun terakhir hingga mampu membawa kembali stabilitas perekonomian di Tanah Air. Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam reformasi ekonomi di Indonesia adalah dengan mempermudah proses perizinan usaha.
Priyo Santoso juga menyatakan bahwa kondisi stabilitas makroekonomi yang ada di Indonesia ini jauh melebihi kondisi ekonomi negara maju lainnya, karena bisa tetap terjaga meski di tengah gempuran ancaman inflasi serta resesi dan juga terus menegangkan konflik geopolitik di Eropa yang membuat sejumlah komoditas harganya langsung meroket akibat stoknya menjadi langka.
Lebih lanjut, pihak analis dari BNP Paribas Asset Management juga menambahkan kalau saat ini yang tengah menjadi trend investasi di masyarakat dunia adalah beberapa sektor seperti ESG atau jika diuraikan adalah sektor lingkungan, sosial dan juga tata kelola perusahaan, maka dari itu para analis ini berharap supaya trend ESG tersebut bisa menular kepada masyarakat Indonesia.
Konflik geopolitik utamanya adalah yang terjadi di Rusia dan Ukraina, yang mana sebenarnya bermula dari pengumuman operasi militer yang diberikan oleh Vladimir Putin dengan meledakkan beberapa kota di Ukraina seperti Jyiv, Odessa, Mariupol hingga Kharkiv. Hal tersebut kemudian memancing sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk melumpuhkan ekonomi dan perdagangan yang dilakukan di Rusia.
Kemudian upaya penanganan krisis tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah saja, namun menurut Presiden Direktur tersebut kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) mengenai pengaturan suku bunga acuan dan juga likuiditas menjadi kunci penting pula untuk terus menjaga kestabilan yang dimiliki oleh nilai tukar Rupiah. Tentunya pihak BI dan juga Pemerintah akan terus bersinergi dalam upayanya mengendalikan laju inflasi global sehingga antusiasme yang dimiliki oleh para pelaku pasar terus bagus.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Lebih lanjut, Bahlil Lahadalia menambahkan bahwa Pemerintah juga terus memberikan sejumlah insentif kepada perusahaan untuk bisa melakukan ekspansi termasuk juga memberikan fasilitas relokasi investasi negara lain.menambahkan bahwa Pemerintah juga terus memberikan sejumlah insentif kepada perusahaan untuk bisa melakukan ekspansi termasuk juga memberikan fasilitas relokasi investasi negara lain.
Di sisi lain, terdapat pula rilisan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menunjukkan bahwa hingga akhir bulan Desember tahun 2021 lalu saja masyarakat Indonesia sendiri terlihat sudah mulai lebih sadar akan pentingnya melakukan investasi. Hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya para pelaku pasar yang mulai berinvestasi pada reksa dana hingga mencatatkan kenaikan sampai 92 persen atau sekitar 6,8 juta masyarakat jika dibandingkan dengan tahun 2020 silam.
Jika ditelisik lebih lanjut, bahkan dana kelolaan yang saat ini tengah dikelola oleh salah satu manajemen keuangan, yakni BNP Paribas saja juga terus mengalami pertumbuhan bahkan hingga 5 kali lipat per akhir Mei 2022 hingga mencapai angka Rp 5,5 triliun. Maka tak heran bahwa iklim investasi di Indonesia sendiri memang sangatlah menarik.
Bukan hanya pada sektor instrumen investasi reksa dana saja, namun antusiasme para pelaku pasar di Tanah Air untuk mulai aktif dalam aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia juga terus menerus bertambah setiap harinya. Hal tersebut kemudian memicu beberapa startup baru dengan bisnis baru bermunculan seperti pada bagaimana berfokus untuk memberikan edukasi khususnya untuk para pemula yang hendak terjun di dunia investasi saham.
Masyarakat sudah mulai sadar betapa pentingnya melakukan investasi karena kondisi ancaman inflasi seperti sekarang ini terus berhembus ditambah dengan upaya yang dilakukan oleh Bank Sentral AS, The Fed dengan menaikkan suku bunga acuan demi segera memberantas adanya inflasi, yang mana sedikit-banyak nantinya juga akan mempengaruhi bagaimana BI bertindak. Maka sangat penting untuk memiliki sejumlah dana cadangan yang aman di masa mendatang.
Adanya krisis yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina, juga membuat kenaikan yang cukup signifikan pada beberapa sektor komoditas andalan Indonesia di IHSG seperti batu bara, emas hingga sektor energi seperti minyak dan gas. Kenaikan yang dimiliki oleh komoditas andalan tersebut tentunya masih terus berpotensi secara positif ke depannya dan mampu menarik para pelaku pasar dalam berinvestasi.
Pemerintah tetap berkomitmen kuat untuk menjaga keperkasaan pasar Tanah Air dalam menghadapi makroekonomi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Di sisi lain Pemerintah, juga terus menjamin keberadaan investasi Indonesia, sehingga investor diharapkan tidak ragu untuk mengembangkan usahanya di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute
(FR/AA)