Suarapapuanews, Jakarta– Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua kembali melakukan aksi brutal yang sangat melukai hati Warga Papua. Sebelumnya KST Papua melakukan penyerangan kepada Anggota Brimob Papua pada Sabtu, 18 Juni 2022 di Napua, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.
Bripda Diego Rumaropen adalah Putra Asli Papua anggota Brimob Yon D Wamena. Bripda Diego menjadi korban jiwa dari penyerangan yang dilakukan KST Papua. Peristiwa bermula ketika Bripda Diego sedang mendampingi Danki Brimob AKP Rustam untuk membantu warga menembak sapi miliknya di Napua. Setelah menembak sapi dan hendak mengecek sapi yang telah ditembak, AKP Rustam menitipkan senjata yang dibawanya kepada Bripda Diego.
Ketika Bripda Diego tengah sendirian di lokasi, datang dua orang anggota KST dengan membawa parang langsung membacok tubuh Bripda Diego, mengambil dua pucuk senjata api, lalu melarikan diri dari TKP. Almarhum tewas dengan luka bacok di bagian dada, setelah sebelumnya sempat dibawa ke rumah sakit Wamena.
Direskrimsus Polda Papua Kombes Polisi Faizal Rahmadani dalam keterangan persnya menyatakan bahwa sudah ada enam orang yang dimintai keterangan terkait kasus tersebut. Kombes Faizal menambahkan bahwa dua senjata api organik Polri yang dibawa kabur pelaku adalah AK101, dan SSG08 (sniper).
Juru bicara KST Papua, Sebby Sambom mengatakan pihaknya bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Bripda Diego. Ini merupakan bagian dari Operasi Pasukan KST sesuai Deklarasi Perang Revolusi Tahapan 2017 di Yambi, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Alasan KST menyerang Bripda Diego adalah untuk mengambil senjatanya karena mereka membutuhkan senjata. KST berdalih ingin menyelamatkan tiga juta Orang Asli Papua (OAP) walaupun harus mengorbankan Penduduk Papua sendiri.
Klaim KST yang mengatakan ingin menyelamatkan tiga juta OAP ini adalah hal yang tidak masuk di akal. Bagaimana mungkin mereka bisa menyelamatkan nyawa, kalau merekalah dalang dari kekerasan. Terlebih lagi tindakan teror ini juga menjadi ancaman bagi warga masyarakat. Masyarakat menjadi merasa tidak aman untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Tindakan brutal dari KST ini bukanlah kali pertama terjadi. Sebelumnya pada Januari 2022, Sertu (anumerta) Miskael Rumbiak gugur dalam kontak senjata dengan KST di Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Sertu Miskael adalah Putra Papua yang menjadi Prajurit TNI AD. Saat kejadian, almarhum sedang karya bakti membangun dua jembatan untuk kepentingan masyarakat.
Kejadian brutal yang menimpa petugas keamanan asli Papua menurut Kepala Suku Biak, Mananwir Hengky Korwa bukanlah bagian dari budaya OAP. Sangat disayangkan teror yang dilakukan oleh KST ini jelas menghambat pembangunan di Bumi Cenderawasih.
Senada dengan Mananwir, Samuel Kambuaya selaku masyarakat adat Maybrat di Lembaga Kultur Majelis Rakyat Papua Barat (MPRB) mengatakan bahwa pembunuhan keji yang menyasar pos-pos milik aparat keamanan, bukan budaya orang pribumi Maybrat. Dirinya meminta kekerasan yang memakan jiwa harus dihentikan. Dirinya menginginkan daerahnya aman seperti sedia kala.
Aksi brutal dari KST sudah sering terjadi di Tanah Papua. Tindakan brutal yang memakan korban jiwa baik itu OAP atau pendatang adalah hal yang sangat mengerikan bagi Warga Papua. Tindakan brutal kaum separatis ini sangat merugikan karena menghambat kemajuan di Papua.
Semoga ke depan aksi brutal seperti ini tidak terjadi lagi. Besar harapan penulis agar TNI-Polri, dan segenap unsur masyarakat dapat bersatu untuk menjaga keamanan di Tanah Papua. Kita merindukan Papua yang aman, Papua yang maju, Papua yang sejahtera tanpa teror dari KST. Semoga saat itu akan segera terwujud.
)* Penulis adalah Pengamat Papua, mantan jurnalis media lokal di Papua.
(LRW/AA)