Oleh : Maesywara Wulandari )*
Semua pihak diimbau untuk mewaspadai provokasi dan gerakan massa yang dapat menciptakan aksi anarkis pasca penetapan hasil Pemilu. Sebab, hal tersebut hanya berdampak pada terciptanya instabilitas keamanan dan kenyamanan masyarakat selama beribadah di bulan Ramadhan.
Sebuah aksi damai yang dikoordinir oleh kelompok massa dari Center for Indonesia Election (CIE) bersama Pemuda Moeslim Jayakarta, menghiasi depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 20 Maret 2024 lalu.
Demonstrasi ini menjadi simbol dari keinginan untuk menegakkan demokrasi yang sejati di tengah-tengah masa transisi politik yang krusial. Aksi ini bukanlah sekadar unjuk kekuatan, melainkan panggilan kepada seluruh elemen masyarakat untuk mengambil sikap bijaksana dan menjauhi godaan provokasi pasca penetapan hasil pemilu.
Menyambut hasil rekapitulasi suara yang diumumkan oleh KPU, peserta demonstrasi dengan tegas menyerukan kepada semua pihak untuk menerima hasil Pemilu 2024 dengan lapang dada. Mereka mengecam keras adanya upaya-upaya yang bertujuan untuk mempolitisasi hasil pemilu dengan cara memframing narasi kecurangan tanpa disertai bukti yang kuat.
Ketua Aksi, Muhammad Chaerul, menegaskan bahwa keputusan penuh tanggung jawab harus diambil oleh seluruh warga negara, tanpa terjebak dalam aliran provokatif yang dapat memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa.
Tidak hanya itu, dalam orasi-orasi mereka, para pendemo juga menegaskan dukungan mereka terhadap KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) agar tetap dapat bekerja secara independen tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun.
Hal ini dianggap krusial dalam menjamin integritas dan keabsahan proses demokrasi yang tengah berlangsung. Dalam suasana politik yang dipenuhi ketegangan, sikap independen dari lembaga-lembaga ini merupakan penyangga utama bagi kestabilan politik dan sosial di Indonesia.
Namun, bukan hanya isu kecurangan pemilu yang menjadi fokus protes mereka. Isu provokatif mengenai pemakzulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mereka tolak dengan tegas. Mereka menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari upaya-upaya yang dapat menghasut dan memecah belah kesatuan bangsa.
Di tengah situasi yang rawan dengan berbagai narasi yang berpotensi menciptakan keresahan, keberadaan suara-suara yang mendorong untuk menjaga kedewasaan politik dan menolak godaan provokasi sangatlah penting.
Muhammad Chaerul, dalam pidatonya yang memukau massa, menekankan bahwa sikap dewasa, negarawan, dan bertanggung jawab harus dijunjung tinggi dalam menyikapi hasil Pilpres 2024. Baginya, hasil pemilihan tersebut adalah cerminan dari suara rakyat Indonesia yang harus dihormati dan diterima dengan jiwa besar.
Tidak ada lagi tempat bagi egoisme politik atau kepentingan golongan di atas kepentingan bangsa. Dalam momentum yang penuh tantangan ini, menjaga persatuan dan kesatuan menjadi prinsip utama yang tidak boleh tergoyahkan.
Dia juga mempertegas bahwa perbedaan pendapat adalah bagian alami dari proses demokrasi. Namun, penting bagi kita untuk tetap menghormati dan menghargai perbedaan tersebut sebagai kunci untuk menghindari perpecahan yang dapat merusak fondasi bangsa.
Hal ini menegaskan bahwa kedewasaan politik dan toleransi adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan kohesi sosial di tengah-tengah dinamika politik yang tidak terhindarkan.
Dalam suasana yang penuh semangat itu, para peserta demonstrasi tidak hanya mengungkapkan aspirasi mereka melalui orasi, namun juga melalui alat peraga yang mereka bawa. Spanduk dan poster dengan pesan-pesan yang mengajak untuk menerima hasil pemilu dengan lapang dada, menolak provokasi, dan mendukung lembaga-lembaga demokrasi menjadi lambang dari semangat kesatuan dan kebijaksanaan yang mereka usung.
Tidak hanya CIE dan Pemuda Moeslim Jayakarta, kelompok aktivis lainnya juga bergabung dalam aksi damai ini. Kaukus Muda Nusantara (KMN) menjadi salah satu kelompok yang turut serta dalam menegakkan semangat demokrasi yang sehat. Dengan tema “Tegakkan Demokrasi: Dukung Hasil Pemilu 2024 dan Menolak Isu Pemakzulan Presiden Jokowi”, mereka menegaskan kembali pentingnya menahan diri dari godaan untuk memperkeruh suasana politik.
Edi, koordinator aksi dari KMN, menegaskan bahwa upaya memakzulkan kepala negara hanya akan memperlambat proses demokrasi dan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Sikap yang dewasa dan bertanggung jawab harus diambil oleh semua pihak untuk menerima hasil pemilihan dengan lapang dada.
Dia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengawal proses demokrasi dengan aman dan damai, serta menjauhi segala bentuk provokasi yang dapat mengganggu stabilitas negara.
Tidak hanya menyerukan sikap bijaksana dalam menerima hasil pemilu, Edi juga mengingatkan pentingnya mempercayakan proses hukum dalam menyelesaikan segala permasalahan terkait pemilu. Menghindari perilaku yang bersifat premanisme dan mengutuk setiap upaya untuk menyebarkan informasi palsu juga menjadi bagian dari peran aktif yang harus diambil oleh semua pihak.
Menjaga persatuan dan stabilitas negara pasca-pemilihan adalah tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dengan mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya, menghormati perbedaan, dan menolak godaan provokasi, kita dapat melangkah maju sebagai sebuah bangsa yang kuat dan bersatu.
Saatnya bagi kita untuk bersatu kembali, merangkul kedamaian, dan membangun masa depan yang lebih baik untuk Indonesia. Mari bersatu kembali, melupakan perbedaan, dan fokus pada pembangunan bersama demi kejayaan bangsa Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara