Jakarta, suarapapuanews– Vaksinasi booster dan Prokes merupakan kunci untuk mencegah kenaikan kasus Covid-19. Kedua hal tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan maksimal kepada masyarakat mengingat pandemi virus Corona masih terjadi hingga saat ini.
Meski sempat terjadi penurunan dan pelandaian kurva Covid-19 di Indonesia, namun bukan berarti bahwa kondisi pandemi sudah berakhir sepenuhnya. Hal tersebut ditunjukkan dari sikap World Health Organization (WHO) yang hingga saat ini masih belum mencabut status pandemi. Selain itu ternyata belakangan kembali terjadi peningkatan kasus aktif Covid-19.
Diketahui bahwa setidaknya sejak empat pekan terakhir ini di Jakarta sendiri jumlah kasus positif Covid-19 kian meningkat, dari 616 kasus menjadi 782 kasus, kemudian beralih ke angka 1.165 kasus dan kini sudah mencapai 1.940 kasus. Sebagaimana data dari hasil pemeriksaan PCR sendiri, bahkan presentase positif juga meningkat dari yang semua 1,3 persen sekarang menjadi 4,6 persen.
Dari data tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia menyatakan dengan tegas bahwa memang pandemi Covid-19 sendiri masih belum berakhir. Menurutnya, masyarakat juga berperan sangat penting untuk turut bersama membantu pencegahan dan juga pengendalian penularan Covid-19 dengan tetap dengan patuh menjalankan protokol kesehatan.
Lebih lanjut, Dwi Oktavia juga menambahkan bahwa tren kenaikan angka positif Covid-19 tersebut terjadi di semua latar belakang usia mulai dari anak-anak berusia di bawah 6 tahun hingga usia remaja 18 tahun. Meski begitu, hanya peningkatan kasus positif saja yang terjadi namun sama sekali tidak ada peningkatan presentase kematian akibat Covid-19 setidaknya hingga satu minggu terakhir ini.
Bahkan bukan hanya melakukan protokol kesehatan saja, namun Dwi Oktavia menambahkan bahwa masyarakat juga harus melakukan vaksinasi Covid-19 secara lengkap termasuk dosis ketiga atau booster. Hal tersebut merupakan sebuah ikhtiar bersama yang bisa dilakukan karena dirinya mengkhawatirkan bahwa jangan sampai kondisi pandemi kembali memuncak dan mengulang momen pahit beberapa waktu silam.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta tersebut juga menyebutkan bahwa setidaknya terdapat beberapa kemungkinan yang bisa dipahami sebagai penyebab kenapa kasus Covid-19 bisa kembali meningkat belakangan di Ibu Kota. Menurutnya hal tersebut dikarenakan adanya mobilitas masyarakat yang cukup tinggi dan diperparah dengan masyarakat yang sudah mulai abai dan melonggarkan penerapan protokol kesehatan mereka.
Selain itu, Dwi menambahkan bahwa ternyata akan ada penurunan kekebalan atau antibodi tubuh pada seseorang yang meski sudah melakukan vaksinasi dua dosis namun tidak segera melaksanakan vaksinasi untuk dosis ketiga atau booster. Hal lain yang juga bisa dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melaporkan masalah kesehatan di lingkungan masing-masing agar penanganan menjadi lebih cepat dan mudah untuk terkendali. Pelaporan tersebut bisa melalui Kader Kesehatan, Petugas Puskesmas atau kanal-kanal aduan yang telah disiapkan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Sementara itu, Epidemiolog lapangan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa sejatinya memang Covid-19 ini akan terus melakukan mutasi dan berusaha untuk menginfeksi kekebalan tubuh manusia yang sudah terbentuk.
Epidemiolog tersebut mengaku sangat khawatir dengan adanya kebijakan pelonggaran pemakaian masker untuk tempat terbuka yang tidak ramai. Hal tersebut dikarenakan menurutnya dengan adanya pelonggaran tersebut, kemudian masyarakat menjadi menganggap bahwa seolah memang pandemi sudah berakhir sehingga banyak ditemui di lapangan masyarakat yang bahkan sama sekali tidak memakai masker.
Berkaca pada hal diatas, maka sudah jelas bahwa Prokes dan vaksinasi booster perlu untuk kembali digencarkan. Dengan adanya ketaatan publik terhadap kedua hal tersebut, maka kenaikan kasus positif Covid-19 secara signifikan dapat dihindari dan transisi pandemi ke endemi dapat segera diwujudkan.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute
(AP/AA)