Kupang – Menyadari kompleksitas ancaman radikalisme yang kian membesar menjelang Pemilu 2024, masyarakat perlu mengadopsi sikap berpikir kritis untuk melawan penyebaran paham-paham yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas bangsa. Pernyataan ini disampaikan oleh sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Muhammad Saleh, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Kupang dan
Indra Ramadhan, Ketua Himapala Universitas Muhammadiyah Kupang.
Muhammad Saleh menekankan bahwa penggunaan isu radikalisme dalam politik dapat merusak kompetisi pemilihan umum.
“Masyarakat perlu berpikir kritis terhadap isu-isu yang diangkat, mengingat kompleksitas latar belakang sosial dan ekonomi yang sering kali menjadi akar permasalahan. Sikap kritis masyarakat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya politisasi berlebihan yang dapat menciptakan atmosfer ketegangan dan ketakutan,” ujar pemuda ini.
Dalam menyikapi ancaman radikalisme, penting juga untuk berpikir kritis terhadap pemberitaan media.
Muhammad mengingatkan bahwa penanganan isu radikalisme yang berlebihan dapat merugikan, menciptakan atmosfer yang tegang, dan menghambat partisipasi demokratis masyarakat.
“Berpikir kritis dalam mengonsumsi informasi media adalah langkah pertama dalam menjaga keseimbangan antara keamanan dan kebebasan, serta menghindari terjerumus ke dalam retorika yang tidak membangun,” imbuhnya.
Dalam menghadapi ancaman radikalisme, berpikir kritis juga diterapkan dalam pembentukan tim siber anti radikalisme oleh pemuda lintas agama. Mereka memahami betul bahwa melalui berpikir kritis, mereka dapat menyaring informasi yang sesat dan berbahaya di dunia digital.
“Kampanye di media sosial yang interaktif dan intensif adalah sebagai strategi yang efektif untuk menangkal pemahaman keliru yang berujung pada paham radikal,” kata Muhammad.
Indra Ramadhan pun menambahkan pentingnya pemahaman generasi muda terhadap ciri-ciri kelompok radikal yang mungkin mencoba memanfaatkan momentum Pemilu untuk meraih dukungan.
“Berpikir kritis adalah kunci dalam mengenali pola-pola radikalisme yang menggunakan politik identitas, hoaks, kebencian, dan politisasi agama untuk mencapai tujuan mereka,” jelas Indra.
Indra juga menyoroti peran media sosial yang harus diawasi dan dijaga agar tidak menjadi tempat subur bagi narasi intoleran dan ujaran kebencian.
Pentingnya berpikir kritis juga tercermin dalam upaya antisipasi pemuda lintas agama di Kota Kupang. Mereka tidak hanya berfokus pada pemahaman ciri-ciri kelompok radikal, tetapi juga mengajak adanya tim siber anti radikalisme untuk menyaring informasi yang beredar di dunia digital. Dengan berpikir kritis, pemuda mampu menangkal informasi sesat dan berbahaya yang dapat merusak pemahaman masyarakat.
berpikir kritis menjadi landasan utama dalam menghadapi ancaman radikalisme menjelang Pemilu 2024. Pemahaman cermat terhadap isu-isu yang diangkat, pemberitaan media, serta penyebaran informasi di media sosial adalah langkah-langkah kritis yang dapat diambil oleh masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjaga keamanan dan kestabilan bangsa.