Oleh : Dika Tambo )*
Aparat keamanan (Apkam) berhasil menduduki markas Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Keberhasilan ini tentu saja patut mendapat apresiasi luas karena menunjukkan sinergitas Apkam dalam memberantas musuh negara.
Personel gabungan lintas institusi seperti TNI, Polri, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) sukses menguasai 2 markas KST Papua pimpinan Elkius Kobak di Kabupaten Yahukimo Papua Pegunungan. Tak hanya menguasai markas, personel gabungan juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti.
Terkait hal tersebut, Kasatgas Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani mengungkapkan bahwa markas KST Papua telah dikuasai sejak Senin (30/10). Adapun kedua markas itu masing-masing bernama Markas Kali Ei dan Markas Kali Brasa. Namun saat penggerebekan, Elkius Kobak telah melarikan diri sebelum penyergapan. Akibatnya, aparat menghancurkan kedua markas yang telah dikuasai tersebut.
Sementara itu, Kasatgas Humas Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno mengatakan barang bukti yang diamankan antara lain 4 unit solarsel, 6 unit genset, 2 handy talky (HT), 2 senapan angin, 1 setel pakaian loreng khas KKB, dan sejumlah senjata tajam. Selain itu, beberapa obat-obatan yang diduga hasil rampasan dari tenaga kesehatan juga disita. Selain itu, aparat bakal tetap mengejar KST pimpinan Elkius Kobak dan tidak akan segan menghancurkan markas KST yang berada di sekitar Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo.
Sebagaimana diketahui, banyak pihak memberikan kecaman keras terhadap aksi brutal KST Papua. Kelompok Separatis itu telah memiliki rekam jejak dalam membuat kerusuhan, tidak hanya warga sipil yang menjadi korban melainkan aparat TNI–Polri juga menjadi korban akibat aksi teror KSTP. selain itu juga bermain playing victim dengan menyuarakan narasi Hak Asasi agar negara di luar Indonesia bersimpati terhadap upaya KSTP melepaskan Papua dari Indonesia.
Serangan brutal KST sangat menyengsarakan rakyat Papua. Saat ini sudah saatnya masyarakat turut bergerak memberantas KST yang selalu membuat kegaduhan di wilayah Papua, mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik juga teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya yang menimbulkan rasa takut serta trauma yang berkepanjangan dari masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Masyarakat Papua sudah pasti menginginkan perdamaian di Papua tanpa adanya desing peluru dari senjata milik KST. Jangan sampai keindahan Papua justru menjadi tempat di mana nyawa manusia bisa terancam oleh peluru yang tidak semestinya melukai serta mengancam kehidupan warga yang tidak bersalah.
Sementara itu, tokoh masyarakat Papua Yanto Eluay menyatakan bahwa NKRI harga mati, Papua sudah berintegrasi dengan Indonesia sejak penentuan pendapat rakyat tahun 1969. Tidak ada tempat bagi KST dan OPM baik di Papua maupun di Indonesia.
Masyarakat harus bersatu dalam menjaga keamanan dan ketertiban dari serangan KST. Jangan ada yang terpengaruh akan propaganda dan hoaks yang sengaja dibuat oleh anggota KST. Menurutnya, masih ada masyarakat yang terlalu mudah percaya akan hoaks, terutama di sosial media, sehingga mereka harus diperingatkan.
Aparat keamanan berterima kasih kepada masyarakat yang berani melaporkan keberadaan KST. Laporan dari masyarakat akan ditindaklanjuti tim gabungan dengan hasil menyita munisi, senjata, peralatan komunikasi, dan dokumen. Dimana para pelaku teror ini adalah penghambat pembangunan di Papua yang harus menjadi musuh bersama bagi siapa saja yang ingin Papua lebih maju lagi.
Aparat Keamanan juga terus bertindak dan bersikap tegas terhadap KSTP. Saat ini aparat keamanan di bantu dengan teknologi canggih untuk menemukan keberadaan KSTP, dimana Drone dengan gambar berkualitas tinggi merekam detik-detik prajurit Satgas Mobile Batalyon Yonif 411/Pandawa, Divisi Infanteri 2, Kostrad. Melakukan penghadang dan penyergapan terhadap Kelompok Separatis Teroris (KST) OPM Papua, Pimpinan Egianus Kogoya.
Saat itu diduga kaki tangan OPM itu disergap saat sedang mengemudikan mobil Hilux putih. Ia diamankan Pasukan Pandawa karena kepergok membawa logistik makanan untuk kelompok Egianus Kogoya.
Pasca penyergapan itu, Pasukan Pandawa menjadi sorotan masyarakat, karena semua kegiatan penyergapan didukung oleh teknologi canggih. Jadi, Pasukan Pandawa mampu mendeteksi kegiatan OPM dengan menggunakan drone alias pesawat tanpa awak.
Drone milik Pasukan Pandawa yang dioperasikan prajurit Pos Kendibam, pimpinan Kapten Inf Sudarso Purwito dapat merekam dengan jelas bagaimana tiga orang diduga OPM keluar dari hutan bersama beberapa ekor anjing menuju ke mobil Hilux yang membawa logistik. selanjutnya ketiga masyarakat yang diduga kurir logistik tersebut di bawa ke Polres Nduga untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait kegiatan mencurigakan pengantaran logistik kepada kelompok KST pimpinan Egianus Kogoya.
Dalam upaya menumpas KST tentu saja juga dibutuhkan strategi yang matang dan terukur. Masyarakat Papua berhak atas keamanan dan kedamaian untuk bisa beraktivitas di Papua. Oleh karena itu aparat keamanan memiliki tanggungjawab besar guna menjaga keamanan di Bumi Cenderawasih tersebut.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua yang tinggal di Yogyakarta