Oleh : Rebecca Marian )*
Tokoh adat memuji terangan pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden Jokowi. Mereka mengapresiasi karena saat ini Papua berubah jadi lebih baik setelah beliau menjadi pemimpin Indonesia. Kemajuan di Papua tersebut juga menjadi cermin keberpihakan Pemerintah terhadap rakyat di Bumi Cenderawasih tersebut.
Selama ini Papua identik dengan tempat yang terpencil dengan masyarakatnya yang masih mengolah sagu dan ubi dengan cara tradisional. Citra Papua sebenarnya kurang benar, karena yang dibayangkan banyak orang hanya hutan belantara, pegunungan, dan masyarakat yang masih memakai koteka. Padahal sebenarnya mereka salah besar.
Papua sudah berubah menjadi wilayah modern dan setara dengan kota-kota besar lain di Indonesia. Bahkan di Mimika keadaannya diklaim mirip dengan San Fansisco. Modernitas Papua adalah hasil kerja keras pemerintah di bawah komando Presiden Jokowi, yang menginginkan kesetaraan antara Indonesia barat dan timur.
Tokoh adat memuji kemajuan Papua yang terwujud berkat pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan Presiden Jokowi. Berkat perhatian dari beliau maka Papua saat ini menjadi wilayah yang memiliki berbagai fasilitas dan infrastruktur yang sangat memadai.
Salah satu tokoh Papua yang tinggal di Kota Malang Jawa Timur Matthew Makuker menegaskan dirinya anti terhadap gerakan yang mengadu domba dan menggiring opini Papua Merdeka. Matthew mengimbau dan mengajak kepada Mahasiswa Papua di Kota Malang harus tetap fokus menempuh pendidikan dan ingin menjadi orang yang bermanfaat.
Matthew Makuker melanjutkan, program Otonomi Khusus dan pembentukan DOB sudah luar biasa karena itu adalah upaya untuk mensejahterakan masyarakat Papua. Sangat keliru kalau ada yang mengatakan bahwa Papua kurang sejahtera.
Dalam artian, tokoh adat yang notabene orang asli Papua (OAP) sangat mangapresiasi pemerintah yang sangat memperhatikan wilayahnya. Presiden Jokowi ingin agar Papua maju dan ada pemerataan di seluruh Indonesia. Papua adalah bagian Indonesia, oleh karena itu wajib dibangun juga, terutama infrastrukturnya.
Sementara itu, masyarakat di Bumi Cendrawasih merespon positif mengenai pesatnya pembangunan infrastruktur di daerahnya. Pertama, mereka senang karena di sana tidak lagi identik dengan keterbelakangan, karena modernitas terus ditingkatkan demi kemajuan Papua. Sedihnya memang dahulu ada saja yang mengira bahwa di Papua hanya ada pegunungan dan hutan perawan padahal modernitasnya begitu pesat.
Citra tentang Papua langsung berubah ketika PON XX dilaksanakan di sana. Dalam perlombaan level nasional yang diselenggarakan 2 tahun lalu, diperlihatkan banyak venue yang representatif dan modern, mulai dari kolam renang hingga track balapan.
Masyarakat di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia, melihat stadion Papua Bangkit begitu megahnya dan menjadi yang paling besar se-Indonesia Timur. Uniknya, di stadion ini didesain dengan arsitektur khas Indonesia, dengan penambahan ornamen ukiran tradisional Papua. Dengan ornamen tersebut maka diperlihatkan ciri khas Papua dalam stadion yang menjadi kebanggaan rakyatnya.
Kedua, dengan banyaknya infrastruktur yang dibangun tentu yang diuntungkan adalah masyarakat. Misalnya di dalam Stadion Papua Bangkit, pasca PON XX masih bisa digunakan, misalnya untuk pertandingan sepakbola (Persipura Jayapura), atletik, atau cabang olahraga lain yang bisa diselenggarakan di dalamnya. Para penonton tak lagi berdesakan di Stadion Mandala, tetapi bisa menyaksikan tim kesayangannya di Stadion Papua Bangkit.
Jika ada Stadion Papua Bangkit maka juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Papua untuk berolahraga, misalnya di minggu pagi. Mereka bisa jogging tau sekadar jalan santai untuk mencari keringat dan menjadi makin bugar. Stadion itu tak hanya jadi pajangan tetapi sangat bermanfaat untuk kemaslahatan warga Papua.
Ketika ada banyak yang jogging di seputaran Stadion Papua Bangkit maka bisa meningkatkan nilai ekonomi masyarakat sekitarnya. Mereka bisa berjualan air mineral, es teh, atau roti dan makanan lain, sehingga warga yang habis olahraga bisa langsung beristirahat sambil makan pagi. Dengan pembangunan infrastruktur ini maka memiliki banyak manfaat, tak hanya di bidang olahraga.
Sedangkan yang ketiga, sebuah bangunan hasil proyek infrastruktur juga bisa dijadikan objek wisata, misalnya di Jembatan Youtefa. Jembatan yang gagah dan berwarna merah ini diminati oleh banyak wisatawan lokal dan mancanegara. Sehingga pendapatan dari pemda Papua akan meningkat karena sektor pariwisatanya juga meningkat.
Pemerintah memang berniat membangun Papua melalui infrastrukturnya dan semua proyek ini demi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Warga sipil di Bumi Cenderawasih juga berterima kasih karena mereka sangat diperhatikan oleh pemerintah, terutama di era Presiden Jokowi.
Pembangunan infrastruktur di Papua menjadi hal positif karena menguntungkan masyarakat. Mereka bisa menikmati akses jalan yang bagus dan mulus, bukan jalan setapak yang susah dilewati oleh kendaraan bermotor. Oleh karena itu tokoh adat Papua memuji pembangunan infrastruktur Papua sehingga wilayahnya makin dinamis dan modern.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta