Oleh : Veronica Lokbere )*
Apresiasi sangat tinggi patut diberikan kepada jajaran aparat keamanan yang dengan gerak cepat telah berhasil untuk mencegah potensi timbulnya korban jiwa dari insiden penembakan KST Papua yang dilakukan kepada Pesawat Smart Air.
Kembali terus melakukan serangkaian aksi atau ulah yang sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan bahkan bertentangan pula dengan hukum negara, Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua tidak henti-hentinya menyebarkan teror dan kejahatan kepada masyarakat hingga sangat meresahkan banyak pihak.
Baru-baru ini, gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih itu melakukan penyerangan dengan cara memberondongkan peluru ke pesawat Smart Air. Bahkan berondongan peluru yang ditembakkan oleh mereka diketahui sampai menembus badan pesawat. Di samping itu, diketahui pula bahwa pesawat Smart Air yang diberondong oleh peluru tersebut ternyata tengah membawa sebanyak 7 (tujuh) personel aparat keamanan dari Brigade Mobile (Brimob) Damai Cartenz.
Akibat dari rangkaian ulah KST Papua yang sangat meresahkan tersebut, maka pesawat Smart Air terpaksa pada akhirnya harus membatalkan penerbangan yang sebenarnya hendak mereka lakukan untuk sementara waktu, khususnya pada penerbangan di Kabupaten Nabire, Papua.
Dari adanya insiden dan kejadian yang terjadi tersebut, bahkan sampai menyebabkan sebanyak 4 (empat) peluru bersarang dibagian tubuh dan juga sayap pesawat Smart Air tersebut. Beruntungnya, meski memang gerombolan teroris asal Bumi Cenderawasih itu melakukan baku tembak dengan 7 (tujuh) personel aparat keamanan dari anggota Brimob Damai Cartenz yang berhasil langsung diturunkan di tempat kejadian perkara (TKP) tujuan, sehingga hal itu mampu untuk meminimalisasi dampak buruk lainnya.
Tidak bisa dipungkiri pula bagaimana kerja keras dari seluruh aparat keamanan negara tersebut dalam menumpas KST Papua memang patut untuk mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi, sehingga dengan gerak cepat yang mereka lakukan mampu untuk langsung meredam aksi yang dilakukan oleh gerombolan separatis itu, sehingga tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut.
Lebih lanjut, meski memang sempat terjadi hambatan akan penerbangan dari pesawat Smart Air, namun ternyata pesawat yang dikemudikan oleh Pilot bernama M. fahran dan Co-Pilot bernama Wahyu itu berhasil kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke wilayah Nabire.
Dengan adanya aksi penembakan yang dilakukan oleh KST Papua kepada badan pesawat Smart Air hingga menyebabkan gangguan pada jadwal penerbangan, yang terjadi pada hari Selasa tanggal 18 Juli 2023 lalu itu, kemudian langsung ditanggapi pula dengan gerak langkah yang sangat cepat dari jajaran aparat keamanan personel gabungan lainnya, yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) serta Badan Intelijen Negara (BIN) yang langsung bersiap siaga untuk menjaga wilayah perbatasan, khususnya ditempat terjadinya baku tembak itu.
Hasilnya, sebagai bentuk kehati-hatian yang dilakukan oleh seluruh jajaran aparat keamanan dan untuk benar-benar memastikan terciptanya situasi agar kembali kondusif serta keamanan dan kedamaian di tengah warga masyarakat bisa kembali terjadi, penjagaan dari seluruh personel langsung dilakukan di wilayah Kabupaten Nduga dan juga Intan Jaya Papua kembali langsung diperketat dengan menerjunkan beberapa tambahan anggota aparat keamanan.
Pada kesempatan lain, memang menjadi sebuah bukti konkret dari bagaimana Pemerintah Republik Indonesia (RI) diera kepemimpinan Presiden Ri, Joko Widodo (Jokowi) sangat berkomitmen kuat untuk bisa mendamaikan seluruh wilayah di Tanah Papua. Bahkan, persoalan mengenai penyanderaan Pilot maskapai penerbangan Susi Air pun juga terus dan masih diupayakan dengan sangat optimal dan semaksimal mungkin.
Pemerintah RI bersama dengan seluruh jajaran aparat keamanan sama sekali tidak ingin menggunakan pendekatan seara militer lantaran menjaga agar tidak terjadi potensi bertambahnya korban jiwa, bahkan sampai mengorbankan warga sipil yang sama sekali tidak memiliki salah.
Maka dari itu, misi evakuasi, penyelamatan dan pembebesan Kapten Pilot bernama Philips Mark Mehrtens tersebut dilakukan dengan jalan yang damai, yakni dengan membuka ruang negosiasi sangat lebar, termasuk juga ruang komunikasi agar gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya itu bersedia untuk melepaskan sandera mereka, namun juga tetap terus berpedoman kepada konstitusi yang ada, yakni dengan sangat tegas menolak permintaan mereka untuk memerdekakan Tanah Papua.
Mengenai hal tersebut, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko menuturkan bahwa pihak Pemerintah RI sama sekali tidak akan pernah gegabah dalam mengambil tindakan ataupun keputusan, khususnya yang berkaitan dengan pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Sejauh ini memang KST Papua merupakan gerombolan separartis yang sangat biadab, karena mereka bahkan tidak ada henti-hentinya terus melakukan serangkaian tindakan yang mengancam nyawa dan membahayakan banyak pihak. Terbaru, mereka melakukan penembakan pada Pesawat Smart Air sehingga sempat mengganggu penerbangan. Namun beruntungnya, dengan gerak cepat dan sigap yang dilakukan oleh jajaran aparat keamanan berhasil meredam aksi mereka dan mampu mencegah timbulnya korban jiwa.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta