ayo buat website

Akses Air Bersih Mulai Pulih, Warga Aceh Tamiang Bisa Kembali Beraktivitas

Suara Papua - Saturday, 20 December 2025 - 22:40 WITA
Akses Air Bersih Mulai Pulih, Warga Aceh Tamiang Bisa Kembali Beraktivitas
 (Suara Papua)
Penulis
|
Editor

Oleh: Bara Winatha*)

Pemulihan pasca bencana banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan perkembangan positif, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar air bersih bagi masyarakat terdampak. Setelah beberapa waktu mengalami krisis air akibat rusaknya sumber air dan jaringan distribusi, kini akses air bersih mulai pulih secara bertahap. Dukungan dan kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat, aparat keamanan, lembaga kemanusiaan, hingga partisipasi swasta dan masyarakat, menjadi kunci utama dalam mempercepat pemulihan tersebut.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menyampaikan bahwa keterlibatan Pemerintah melalui Polri dalam pemulihan pasca bencana merupakan bagian dari komitmen institusi dalam membantu masyarakat bangkit dari dampak bencana. Polri tidak hanya fokus pada aspek keamanan, tetapi juga berperan aktif dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, termasuk penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi. Pemulihan akses air bersih menjadi prioritas karena berkaitan langsung dengan kesehatan, aktivitas sehari-hari, dan pemulihan ekonomi warga.

Sebagai wujud konkret dari komitmen tersebut, Polri melakukan perbaikan sumur bor yang rusak sekaligus membangun sumur bor baru di sejumlah titik strategis di Aceh Tamiang. Selain itu, Polri juga membangun tandon air dan fasilitas MCK untuk memastikan ketersediaan air bersih dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat. Bantuan perlengkapan pendukung seperti genset, pompa air, instalasi pipa, dan jaringan distribusi air juga disalurkan guna mendukung operasional fasilitas tersebut.

Kehadiran fasilitas air bersih yang lebih dekat dengan permukiman warga dinilai sangat membantu, terutama bagi mereka yang sebelumnya harus berjalan jauh atau menunggu bantuan air tangki. Dengan mulai pulihnya akses air bersih, warga perlahan dapat kembali menjalankan aktivitas normal, seperti membersihkan rumah, memasak, beribadah, dan memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti akibat bencana.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang, Iman Suhery, mengatakan bahwa pemerintah daerah terus mengintensifkan distribusi air bersih ke desa-desa terdampak. Ia menjelaskan bahwa BPBD, dengan dukungan dari BNPB dan berbagai pihak, telah mengoperasikan armada tangki air untuk menyuplai air bersih secara rutin. Menurutnya, dalam beberapa hari terakhir, distribusi air bersih sudah berjalan lebih lancar dan menjangkau wilayah yang sebelumnya sulit diakses.

Selain mengandalkan suplai dari mobil tangki, pihaknya juga berupaya memulihkan kembali sumber-sumber air lokal, termasuk optimalisasi PDAM dan sumur-sumur warga. Pendekatan kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan komunitas sangat membantu dalam mempercepat pemulihan, karena banyak pihak yang secara sukarela menyalurkan air bersih langsung ke rumah-rumah warga. Sinergi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat ini dinilai menjadi faktor penting dalam mengatasi krisis air bersih pasca bencana.

Dari sisi lembaga kemanusiaan, Ketua Blood For Life Foundation (BFLF), Michael Octaviano menyampaikan bahwa organisasinya berkomitmen mendukung pemulihan masyarakat Aceh melalui penyaluran bantuan air bersih dan kebutuhan dasar lainnya. Ia mengatakan bahwa BFLF mendistribusikan ribuan liter air bersih yang dilengkapi dengan tandon penampungan dan mesin pompa air guna memastikan ketersediaan air dalam jangka menengah. Bantuan tersebut merupakan bagian dari dukungan pemulihan pasca bencanayang berfokus pada kebutuhan paling mendesak masyarakat.

Selain air bersih, BFLF juga menyalurkan bantuan berupa kebutuhan pokok, makanan siap saji, perlengkapan kebersihan, pakaian, perlengkapan ibadah, obat-obatan, serta layanan internet berbasis satelit. Layanan internet menjadi penting agar masyarakat tetap dapat berkomunikasi, mengakses informasi, dan menghubungi keluarga atau pihak terkait di tengah keterbatasan pasca bencana. BFLF juga mendirikan posko kemanusiaan dengan melibatkan relawan yang mendistribusikan bantuan secara door to door agar tepat sasaran. Secara Optimis, melalui kerja sama berbagai pihak, kondisi masyarakat akan terus membaik dan pemulihan dapat berjalan lebih cepat.

Dari perspektif warga, mulai pulihnya akses air bersih membawa harapan baru untuk kembali menjalani kehidupan sehari-hari. Warga yang sebelumnya harus menghemat air untuk kebutuhan paling dasar kini mulai bisa membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Beberapa warga bahkan mulai berinisiatif membangun sumur bor mandiri sebagai langkah antisipasi agar tidak sepenuhnya bergantung pada bantuan jika bencana serupa terjadi di masa depan. Kesadaran ini menunjukkan adanya pembelajaran kolektif dari pengalaman bencana yang dialami.

Kembalinya akses air bersih juga berdampak langsung pada pemulihan kesehatan masyarakat. Risiko penyakit akibat sanitasi buruk dan penggunaan air tercemar dapat ditekan seiring tersedianya air bersih yang layak konsumsi. Anak-anak, lansia, dan kelompok rentan lainnya kini memiliki kondisi lingkungan yang lebih sehat untuk beraktivitas. Hal ini menjadi fondasi penting bagi pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat Aceh Tamiang secara keseluruhan.

Secara keseluruhan, pemulihan akses air bersih di Aceh Tamiang mencerminkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam penanganan bencana. Peran pemerintah melalui BPBD, keterlibatan aktif Polri, serta kontribusi nyata lembaga kemanusiaan menunjukkan bahwa penanganan bencana tidak dapat dilakukan secara parsial. Sinergi yang terbangun menjadi contoh bagaimana kerja bersama dapat mempercepat pemulihan dan mengembalikan harapan masyarakat terdampak.

Dengan terus berlanjutnya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan pemulihan Aceh Tamiang tidak hanya berhenti pada pemenuhan kebutuhan darurat, tetapi juga berlanjut pada pembangunan ketahanan masyarakat terhadap bencana di masa depan. Akses air bersih yang mulai pulih menjadi simbol bangkitnya kehidupan warga, sekaligus fondasi bagi kembalinya aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan masyarakat Aceh Tamiang secara berkelanjutan.

*)Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.

Close Ads X
ayo buat website