Jakarta – Pemerintah terus mempercepat pembangunan Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) sebagai tulang punggung ekonomi rakyat dan pusat ritel modern di tingkat desa. Inisiatif besar ini menjadi salah satu strategi penguatan ekonomi nasional berbasis komunitas, dengan target menghadirkan 80.000 gerai berstandar modern yang dapat menjadi pusat layanan ekonomi, sosial, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, mengatakan bahwa progres pembangunan Kopdes Merah Putih menunjukkan perkembangan signifikan. Ia menyebutkan bahwa hingga hari ini terdapat sekitar 36.000 lokasi tanah yang telah siap dibangun oleh PT Agrinas Pangan Nusantara sebagai pelaksana konstruksi.
“Saat ini sudah ada kurang lebih 36.000 lahan yang siap dikerjakan, dan hampir 29.000 unit Kopdes Merah Putih telah berdiri. Ini capaian penting untuk memperkuat ekosistem ekonomi desa,” ujar Ferry Juliantono.
Untuk mempercepat pembangunan, PT Agrinas Pangan Nusantara telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan TNI. Menurut Ferry, kolaborasi tersebut sangat membantu percepatan penyediaan infrastruktur hingga ke wilayah pelosok.
“Sinergi ini sangat penting agar pembangunan bisa berlangsung lebih cepat dan terkoordinasi, terutama di wilayah yang memiliki tantangan geografis,” ungkapnya.
Pemerintah menargetkan seluruh 80.000 Kopdes Merah Putih memiliki bangunan fisik pada tahun mendatang. Meski demikian, Ferry menekankan bahwa berbagai tantangan masih harus diselesaikan, terutama terkait kesiapan infrastruktur dasar di desa.
Ia menyoroti beberapa kendala utama, seperti masih adanya ribuan desa yang belum memiliki listrik memadai, belasan ribu desa yang belum terjangkau internet, serta maraknya praktik rentenir yang membebani masyarakat.
“Di sejumlah desa pesisir dan nelayan bahkan tidak tersedia solar dan pabrik es. Padahal dua komponen itu sangat vital untuk pengelolaan hasil tangkapan,” jelas Ferry Juliantono.
Sementara itu, Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara, Joao Angelo De Sousa Mota, mengatakan bahwa proses pembangunan dilakukan secara terukur serta disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Ia menjelaskan bahwa anggaran pembangunan satu unit Kopdes Merah Putih mencapai Rp1,6 miliar.
“Biaya ini sudah kami hitung berdasarkan kebutuhan konstruksi di berbagai wilayah. Nilainya sekitar Rp2,9 juta per meter persegi, dan itu masih sangat rasional,” ujar Joao Angelo De Sousa Mota.
Joao menegaskan bahwa jika pembangunan mengikuti indeks harga konstruksi daerah, maka kebutuhan anggarannya bisa jauh lebih besar.
“Di Papua, biaya per meter bisa mencapai Rp24 juta, sementara di beberapa wilayah Sumatera atau NTT sekitar Rp12 juta. Jawa menjadi wilayah paling rendah, yaitu sekitar Rp1 juta. Jadi anggaran yang dipakai saat ini adalah angka paling optimal,” tuturnya.
Pemerintah berharap keberadaan 80.000 Kopdes Merah Putih dapat menjadi ekosistem ritel modern yang memperkuat ekonomi desa, membuka lapangan kerja baru, serta menjadi pusat distribusi produk lokal agar ekonomi nasional dapat tumbuh lebih merata dan inklusif.