Oleh : Loa Murib
Pembangunan di Tanah Papua selalu menjadi perhatian utama pemerintah pusat, terutamadalam menjawab tantangan kesenjangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu program yang kini menjadi sorotan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuahinisiatif strategis yang bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak, tetapijuga membawa dampak luas bagi kesehatan, pendidikan, hingga penguatan ekonomi lokal.
Program MBG di Papua telah disambut baik oleh berbagai elemen masyarakat, dari tokohadat hingga pemimpin masyarakat lokal. Dukungan ini menunjukkan bahwa kehadirannegara tidak hanya dirasakan dalam bentuk pembangunan infrastruktur, tetapi juga melaluikebijakan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Bagi Papua, MBG adalahlangkah nyata untuk menyiapkan generasi emas yang sehat, cerdas, dan siap berkompetisi di masa depan.
Tokoh masyarakat Papua, Nikolas Demetouw, melihat MBG sebagai investasi jangka panjangyang sangat penting. Menurutnya, masa depan Papua tidak bisa dilepaskan dari kualitas anak-anak yang hari ini sedang bertumbuh. Dengan makanan bergizi yang terjamin, anak-anakPapua akan lebih sehat, daya pikir mereka berkembang, dan mereka mampu bersaing dengandaerah lain di Indonesia. Nikolas menekankan bahwa program ini harus dijalankan secarakonsisten, agar tidak ada lagi kesenjangan kualitas sumber daya manusia antara Papua dan provinsi-provinsi lain.
Selain aspek gizi, program MBG juga dinilai sebagai sarana pemerataan pembangunan. Dengan adanya dukungan dari masyarakat Papua, MBG berpotensi menjadi tonggak pentingyang memastikan anak-anak tidak tertinggal dalam proses pembangunan nasional. Nikolas berharap program ini diperluas hingga ke pelosok, agar manfaatnya tidak hanya dirasakan di perkotaan, tetapi juga hingga ke wilayah pedalaman yang sering terpinggirkan.
Sejalan dengan pandangan tersebut, dukungan terhadap MBG juga datang dari berbagaitokoh adat Papua. Di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya, Badan Gizi Nasional bersamaMajelis Rakyat Papua Provinsi Papua Barat Daya telah melakukan sosialisasi MBG. AnggotaMRP-PBD, Demas Idie, menegaskan bahwa keberhasilan program ini akan membawadampak besar bagi masa depan anak-anak Maybrat. Ia melihat MBG sebagai simbol hadirnyapemerintah pusat dalam membangun dari pinggiran, sesuatu yang selama ini menjadi aspirasimasyarakat Papua.
Ketua Korwil BGN Maybrat, Defilson Kambu, bahkan menekankan bahwa MBG bukansekadar program bantuan makanan. Melalui keterlibatan masyarakat lokal, program ini juga memberdayakan petani, penyedia pangan, hingga pengelola dapur. Artinya, MBG memberikan dampak ganda: meningkatkan gizi anak-anak sekaligus memperkuat ekonomimasyarakat sekitar. Dengan begitu, kesejahteraan yang dibangun tidak hanya berhenti pada pemenuhan nutrisi, tetapi juga mengalir ke rantai ekonomi lokal.
Kepala Suku Besar Meepago, Melkias Keiya, menilai pentingnya peran kepala suku untukmemastikan masyarakat memahami program ini dengan benar. Baginya, MBG adalah saranamemperkuat persatuan dan kedamaian di Papua Tengah, sekaligus jalan untuk mewujudkanPapua yang aman, sejahtera, dan terang. Hal ini memperlihatkan bahwa keberhasilan MBG tidak hanya diukur dari aspek kesehatan, tetapi juga dari kontribusinya dalam menjagastabilitas sosial dan membangun rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Di Jayapura, apresiasi juga datang dari tokoh masyarakat kampung Kayo Pulau, Nicolaas Jouwe. Ia menilai program MBG adalah bentuk nyata kehadiran pemerintah di tengahmasyarakat. Menurutnya, kegiatan ini sebaiknya tidak hanya bersifat sementara, tetapi harusdijadikan agenda rutin yang berkelanjutan. Pernyataan Jouwe menggambarkan betapa besarharapan masyarakat Papua agar MBG benar-benar menjadi bagian dari pola pembangunanjangka panjang.
Di sisi lain, Majelis Rakyat Papua (MRP) juga memberikan catatan penting terkaitkeberlanjutan program ini. Ketua MRP, Nerlince Wamuar Rollo, menekankan bahwapelaksanaan MBG harus mengutamakan penggunaan bahan pangan lokal. Ia menilai, denganmemprioritaskan petani lokal sebagai pemasok utama, program ini tidak hanya mengurangibiaya, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat Papua, khususnya para petani.
MRP melihat masih ada yayasan MBG yang bergantung pada pemasok dari luar Papua, sehingga potensi petani lokal kurang teroptimalisasi. Padahal, banyak kelompok tani di Jayapura dan sekitarnya yang siap menjadi mitra penyedia bahan pangan. Dengan melibatkanmereka, MBG bukan hanya menjadi program pemenuhan gizi, tetapi juga motor penggerakekonomi kerakyatan yang berakar dari tanah Papua sendiri.
Dari beragam pandangan tokoh masyarakat, adat, dan lembaga representatif Papua, terlihatbahwa MBG diterima bukan hanya sebagai program gizi, melainkan juga sebagai strategi pembangunan holistik. Program ini mampu menyatukan berbagai kepentingan: meningkatkankualitas anak-anak, memberdayakan masyarakat lokal, memperkuat ekonomi petani, sertamempertegas kehadiran negara di Tanah Papua.
Keberhasilan MBG di Papua akan sangat ditentukan oleh sinergi antara pemerintah, tokohadat, masyarakat, hingga yayasan pelaksana program. Konsistensi dan keberlanjutan menjadikunci utama agar manfaat yang dihasilkan tidak berhenti pada generasi saat ini, melainkanterus diwariskan pada masa depan. Papua yang maju, mandiri, dan sejahtera bukan lagisebatas mimpi, tetapi bisa diwujudkan melalui langkah nyata seperti MBG.
Pada akhirnya, MBG harus dipandang sebagai investasi jangka panjang bagi masa depanPapua. Dengan anak-anak yang sehat dan cerdas, dengan masyarakat yang diberdayakan, serta dengan petani yang sejahtera, Papua akan mampu berdiri sejajar dengan daerah lain di Indonesia. Dukungan penuh dari tokoh masyarakat dan adat adalah modal sosial berhargayang memastikan program ini berjalan dengan baik. Ke depan, jika seluruh pihak dapatmenjaga semangat kebersamaan ini, maka Papua akan menjadi salah satu pilar penting dalammewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.