Oleh: Yohana Wanimbo*
Stabilitas keamanan adalah syarat utama bagi keberlangsungan pembangunan dan terciptanya kesejahteraan masyarakat. Tanpa kondisi yang aman, seluruh proses pemerintahan, pelayanan publik, maupun pembangunan ekonomi akan terhambat. Di tengah dinamika politik nasional dan berbagai isu yang berkembang, sejumlah tokohPapua menyerukan imbauan penting agar masyarakat tidak terprovokasi oleh aksidemonstrasi anarkis yang dapat merusak harmoni sosial maupun menggangguketertiban umum. Pesan ini menjadi sangat relevan mengingat Papua, khususnya Papua Barat, memiliki kekayaan sosial, budaya, dan sumber daya yang harus dijaga bersamademi masa depan generasi mendatang.
Salah satu tokoh yang menyampaikan pesan moral ini adalah Dr. Ismail Sirveva, anggota Pokja Politik Hukum dan Keamanan BPP3OKP RI Provinsi Kuar Barat sekaligusKetua Dewan Kua Majelis Muslim Papua Provinsi Papua Barat. Ia menegaskanpentingnya menjaga stabilitas keamanan agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik, aman, dan berkelanjutan dalam kerangka otonomikhusus. Menurutnya, masyarakat Papua Barat, khususnya di Manokwari, harusmemperkuat harmonisasi sosial, kebersamaan, dan toleransi dalam membangunpersatuan dan kesatuan. Ajakan ini lahir dari kesadaran bahwa keberhasilanpembangunan daerah tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pemerintah, tetapi juga partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan kedamaian.
Dalam konteks ini, ajakan untuk tidak mudah terprovokasi menjadi sangat penting. Sering kali, isu-isu politik maupun sosial yang bersifat nasional dipelintir dan dipakaiuntuk memicu aksi-aksi yang berujung anarkis di daerah. Padahal, tindakan seperti ituhanya akan merugikan masyarakat sendiri. Papua yang kaya dengan potensi alam dan keberagaman budaya seharusnya menjadi contoh bagaimana perbedaan bisa dipeliharadalam bingkai harmoni. Jika masyarakat mampu bersikap arif dan bijaksana dalammenghadapi isu-isu yang beredar, maka stabilitas keamanan dapat terjaga dan pembangunan berjalan sebagaimana mestinya.
Senada dengan itu, Fauzian Fimbai, Ketua Forum Intelektual Risa Turi Bersatu, juga memberikan penekanan yang serupa. Ia mengimbau warga Teluk Bintuni agar senantiasa menjaga toleransi antarumat beragama dan antar-suku, baik tujuh suku aslimaupun suku-suku Nusantara yang hidup berdampingan di wilayah tersebut. Menurutnya, jangan sampai masyarakat terprovokasi oleh isu-isu nasional yang belumtentu relevan dengan kehidupan lokal. Dengan memahami konsep dasar negara dan sistem trias politika, ia menegaskan bahwa setiap perbedaan pandangan dalamkehidupan bernegara sudah ada mekanisme penyelesaiannya. Karena itu, tidak adaalasan untuk menyalurkan ketidakpuasan melalui aksi-aksi yang bersifat merusak, apalagi mengganggu kehidupan bersama.
Pesan Fauzian mengandung makna mendalam bahwa Papua, khususnya Teluk Bintuni, adalah rumah bersama. Julukan “rumah tujuh suku” bukan sekadar simbol, melainkansebuah pengingat bahwa keberagaman adalah kekuatan. Jika setiap suku mampumenjaga toleransi, solidaritas, dan keamanan bersama, maka wilayah tersebut dapatterus berkembang menjadi daerah yang sejahtera dan harmonis. Dengan demikian, imbauan agar tidak terprovokasi demonstrasi anarkis bukan hanya peringatan, tetapijuga sebuah ajakan untuk memperkokoh identitas bersama sebagai satu keluarga besarPapua dan Nusantara.
Sementara itu, dari Kabupaten Manokwari Selatan, Kepala Suku Biak, Erens Wakum, menyampaikan imbauan agar semua kepala suku, baik Papua maupun Nusantara, turutmenjaga ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat. Seruan ini memperlihatkanbahwa tokoh adat juga memiliki kepedulian besar terhadap keberlangsungan kehidupansosial yang damai. Kepala suku sebagai figur panutan dalam komunitas memiliki peranpenting untuk mengarahkan masyarakat agar tidak mudah terhasut oleh isu-isu yang bisa menimbulkan konflik. Jika para pemimpin adat berdiri di garda depan dalammenjaga keamanan, maka masyarakat akan lebih patuh dan cenderung mengikuti jalurdamai.
Ketiga tokoh ini menegaskan hal yang sama: stabilitas keamanan adalah fondasipembangunan, dan aksi-aksi anarkis hanya akan membawa kerugian. Imbauan merekasejalan dengan prinsip-prinsip dasar kehidupan berbangsa, di mana setiap perbedaanpendapat harus diselesaikan melalui jalur konstitusi, bukan dengan kekerasan atautindakan destruktif. Demonstrasi memang dijamin sebagai hak dalam demokrasi, tetapibila dilakukan dengan cara-cara anarkis, maka substansi aspirasi itu sendiri menjadihilang dan justru merugikan masyarakat luas.
Opini publik perlu diarahkan agar lebih bijaksana dalam menilai informasi yang berkembang. Arus informasi di era digital yang begitu cepat sering kali membuatmasyarakat rentan terhadap provokasi. Oleh sebab itu, literasi media dan kemampuanmemilah informasi menjadi kunci untuk menghindari manipulasi isu. Imbauan tokoh-tokoh Papua ini dapat dijadikan pegangan moral agar masyarakat tidak terjebak dalamprovokasi yang merusak kehidupan bersama.
Lebih jauh, penting bagi seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, tokohagama, tokoh adat, maupun intelektual, untuk terus bersinergi dalam memperkuatpersatuan masyarakat Papua. Kehadiran tokoh-tokoh seperti Dr. Ismail Sirveva, FauzianFimbai, dan Erens Wakum adalah contoh nyata bahwa suara perdamaian dan persatuanmasih terus bergema dari tanah Papua. Suara ini perlu diperkuat dengan aksi nyataberupa peningkatan toleransi, penyelesaian masalah secara musyawarah, sertapembangunan yang merata dan berkeadilan.
Dengan demikian, menjaga keamanan bukan hanya tugas aparat, tetapi juga tanggungjawab setiap individu. Kesadaran kolektif bahwa Papua adalah rumah bersama harusterus dipupuk agar tidak ada ruang bagi provokasi atau tindakan destruktif. Pembangunan hanya akan berhasil jika masyarakat berdiri di atas pondasi perdamaiandan solidaritas. Oleh karena itu, pesan para tokoh Papua agar tidak terprovokasi aksidemonstrasi anarkis merupakan cermin dari kearifan lokal yang harus dihargai dan diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.
Papua yang damai adalah harapan bersama. Dengan komitmen menjaga persatuan dan menolak segala bentuk provokasi, Papua dapat terus melangkah maju menuju masa depan yang lebih baik, sejahtera, dan bermartabat dalam bingkai Negara KesatuanRepublik Indonesia.
*Penulis merupakan Jurnalis Independen Papua