ayo buat website

Ulama Serukan Kewaspadaan Terhadap Hoaks yang Picu Aksi Anarkis

Suara Papua - Sunday, 7 September 2025 - 13:41 WITA
Ulama Serukan Kewaspadaan Terhadap Hoaks yang Picu Aksi Anarkis
 (Suara Papua)
Penulis
|
Editor

Oleh: Nurul Fikri Hasbullah *)

Gelombang demonstrasi yang sempat diwarnai kericuhan di berbagai daerahmenjadi perhatian serius pemerintah. Presiden Prabowo Subianto langsungmerespons dengan mengajak para pemuka agama ke Istana Negara untuk berdialogdan mencari solusi bersama. Dari forum itu, suara ulama mengemuka sebagaipengingat bahwa menjaga ketenangan, persatuan, dan kewaspadaan terhadaphoaks merupakan kunci agar bangsa tidak terjerumus pada aksi anarkis yang merugikan semua pihak.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa ulama siap mendampingi pemerintah dalam membina umat. Iamenyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu resah berlebihan karena aspirasi yang disuarakan lewat demonstrasi telah didengar dan bahkan ditindaklanjuti. Salah satucontohnya adalah pembatalan tunjangan rumah anggota DPR RI. Menurutnya, langkah ini membuktikan bahwa pemerintah bersungguh-sungguh merespons suararakyat. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melanjutkan aksi anarkis yang hanya akan menimbulkan kerugian. Gus Yahya juga mengingatkan pentingnya peranulama dalam mengarahkan umat agar tetap tenang, semakin mendekat kepadaTuhan, dan tidak larut dalam provokasi.

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menambahkan bahwa perbedaan pendapatadalah hal wajar dalam kehidupan demokratis, namun penyampaiannya harusditempuh dengan cara damai dan bermartabat. Ia menegaskan, warga NU di semuatingkatan sebaiknya menjadi peneduh di tengah masyarakat. Seruan ini menegaskankembali identitas NU sebagai pengayom yang memelihara persaudaraan, keamanan, dan ketertiban sosial. Bagi Miftachul Akhyar, demonstrasi yang berujung anarkisjustru menodai cita-cita memperjuangkan aspirasi, karena korban yang lahir darikerusuhan tidak pernah membawa kebaikan bagi bangsa.

Sikap serupa datang dari Muhammadiyah. Ketua Umum Pimpinan PusatMuhammadiyah, Haedar Nashir, menyerukan agar seluruh elemen bangsa menahandiri. Ia meminta masyarakat tidak terjebak dalam provokasi yang kerap bersumberdari isu-isu destruktif di media sosial. Haedar menekankan bahwa kepentinganbangsa harus didahulukan di atas kepentingan kelompok. Dengan bijak memilahinformasi, masyarakat bisa menghindarkan diri dari jebakan hoaks yang berpotensimenyalakan api konflik. Ia juga menekankan pentingnya dialog dan musyawarahsebagai jalan utama menyelesaikan masalah bangsa, bukan tindakan kekerasanyang memecah belah persatuan.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pembina PP Muslimat NU sekaligus GubernurJawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengajak masyarakat menjadikanperingatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum meneguhkansemangat persaudaraan. Ia mengingatkan bahwa Nabi Muhammad berhasilmenyatukan masyarakat Arab yang terpecah akibat konflik kesukuan. Nilai inimenurutnya patut diteladani di Indonesia yang kaya akan keberagaman. Denganmenahan diri dari perkataan yang menyakitkan dan menjauhi tindakan yang merugikan orang lain, masyarakat dapat membangun kehidupan yang damai danrukun.

Seruan para ulama tersebut bukan sekadar wacana, tetapi merupakan langkah nyatauntuk menguatkan agenda pemerintah dalam menjaga persatuan. Di tengahderasnya arus disinformasi, kehadiran ulama menjadi penyeimbang. Mereka memilikiotoritas moral dan kedekatan dengan umat, sehingga pesannya lebih mudahditerima oleh masyarakat luas. Ketika ulama mengingatkan umat agar tidakmenyebarkan berita bohong dan tetap mengedepankan sikap damai, maka peluanguntuk meredam potensi kerusuhan semakin besar.

Ulama juga menegaskan perlunya masyarakat waspada terhadap penyebaran hoaksdi media sosial. Berita bohong kerap muncul dengan narasi provokatif yang sengajadirancang untuk menimbulkan kebencian. Jika masyarakat terjebak dalam informasiyang tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka emosi massa dapat tersulut danberkembang menjadi aksi anarkis. Kehadiran ulama di ruang publik menjadi filter penting agar umat tidak mudah terhasut. Dengan bahasa agama yang menyejukkan, ulama mengajak masyarakat untuk mengutamakan persaudaraan dan menjauhifitnah.

Dalam konteks lebih luas, peran ulama sebagai penjaga moral bangsa tidak dapatdilepaskan dari tanggung jawab kebangsaan. Seruan para ulama untuk menahandiri, menjaga persatuan, serta menjauhi provokasi merupakan bentuk kontribusinyata terhadap agenda pemerintah dalam menciptakan stabilitas nasional. Ulamamemahami bahwa tanpa stabilitas, berbagai program pembangunan akan sulitdiwujudkan. Karena itu, mereka berdiri di garda terdepan, memastikan umat tidakmudah terjebak dalam jebakan hoaks yang berpotensi menggoyahkan keutuhanbangsa.

Seruan kewaspadaan terhadap hoaks yang disampaikan para ulama sekaligusmenjadi pengingat bahwa damai adalah jalan utama menuju kemajuan. Indonesia yang plural hanya bisa bertahan jika masyarakatnya memilih jalan persaudaraan, bukan perpecahan. Ulama dengan wibawa moralnya telah mengingatkan umat untukmenjaga ketenangan, mendukung pemerintah, dan menghindari segala bentukprovokasi. Dalam situasi apapun, pilihan untuk tetap damai dan rasional adalahwarisan nilai yang harus dijaga bersama.

Dengan demikian, pesan yang muncul dari ulama tidak hanya relevan untuk kondisisaat ini, tetapi juga menjadi pedoman jangka panjang. Hoaks akan terus hadirselama ruang digital terbuka lebar, namun dengan bimbingan ulama dan kesigapanpemerintah, bangsa ini dapat melewati berbagai ujian. Seruan ulama untuk waspadaterhadap hoaks pada akhirnya menegaskan bahwa menjaga persatuan bangsaadalah bagian dari ibadah, dan menolak anarkisme adalah wujud nyata cinta tanahair.

*) Pegiat Literasi KebangsaanSantri Ponpes Darunnajah

Close Ads X
ayo buat website