Oleh: Elisa Kambuaya*
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, tanpa terkecuali Di Tanah Papua, aksespendidikan terus dibenahi pemerintah melalui berbagai intervensi, termasuk bagi anak-anak di wilayah terpencil. Pemerintah memberi perhatian besar terhadap pemerataanpendidikan sebagai upaya memutus rantai kemiskinan di Papua. Untuk menjawabtantangan tersebut, pemerintah pusat dan daerah bersinergi dalam menghadirkanprogram Sekolah Rakyat — sebuah solusi konkret dan progresif dalam mewujudkankeadilan pendidikan di wilayah Papua.
Sekolah Rakyat dirancang sebagai sekolah inklusif yang menyasar anak-anak darikeluarga tidak mampu. Seleksinya dilakukan secara ketat dan menyeluruh denganpendekatan berbasis data lapangan. Pemeriksaan dilakukan langsung terhadap kondisitempat tinggal, pekerjaan orang tua, hingga latar belakang pendidikan keluarga, agar bantuan pendidikan diberikan secara tepat sasaran. Program ini mencerminkansemangat keberpihakan negara terhadap masyarakat yang selama ini mengalamiketerbatasan dalam mengakses layanan pendidikan.
Kepala Balai Besar Regional VI Kementerian Sosial Republik Indonesia, Jhon Mampioper, mengatakan bahwa pada tahun ajaran 2025–2026 nanti, sebanyak 300 siswa tingkat SMA telah disiapkan untuk diterima dalam program Sekolah Rakyat di Papua. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah tidak tinggal diam dalam menghadirkanpemerataan pendidikan. Jhon menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat akan mulai dibangundi Kabupaten Kepulauan Yapen, Sarmi, dan Biak Numfor, dengan pola pendidikanberbasis asrama guna menampung siswa dari wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
Pemerintah Provinsi Papua juga telah menunjukkan komitmennya dengan mengusulkanlahan seluas 10 hektare di Kampung Maribu, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, sebagai lokasi pembangunan Sekolah Rakyat untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Usulan ini menjadi langkah awal penting dalam mendukung pembangunan fisik dan sistempembelajaran yang terpadu.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Papua, Yohanes Walilo, menilai bahwa keberadaan Sekolah Rakyat akan sangat membantudalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di Papua. Pemerintah daerahmenyambut baik perhatian pemerintah pusat terhadap masa depan pendidikan anak-anak Papua, yang menjadi pondasi penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Di wilayah Papua Barat Daya, semangat yang sama juga digaungkan. Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, menjelaskan bahwa pihaknya telah meminta pemerintahkabupaten/kota menyiapkan lahan untuk pembangunan Sekolah Rakyat yang akandifasilitasi oleh pemerintah provinsi dan pusat. Ia menekankan bahwa program inidirancang untuk menjawab kesenjangan pendidikan di kalangan masyarakatprasejahtera, serta menjadi jembatan agar anak-anak dari keluarga kurang mamputidak lagi terputus dari sistem pendidikan formal.
Gubernur Elisa juga menyampaikan bahwa beberapa daerah telah menyatakan kesiapanmenyiapkan lahan, seperti Kabupaten Sorong Selatan dengan dua titik strategis, sertaKabupaten Maybrat, Raja Ampat, Sorong, dan Tambrauw masing-masing satu titik. Namun, ia menambahkan bahwa dokumen usulan dari kabupaten/kota tersebut masihdalam proses penyusunan dan diharapkan segera diserahkan ke pemerintah provinsiuntuk diteruskan ke pemerintah pusat agar pembangunan bisa segera dimulai.
Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Papua Tengah menunjukkan tekad kuat dalammembangun masa depan pendidikan inklusif di wilayahnya. Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, menyatakan bahwa pembangunan gedung Sekolah Garuda di Nabire — yang merupakan bagian dari program Sekolah Rakyat — akan segera dimulai. Lahan seluas empat hektare telah disiapkan lengkap dengan pagar dan rumah jaga. Iamenargetkan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek tersebut dilakukanpada Oktober 2025.
Gubernur Meki juga menekankan pentingnya kerja sama antara Pemerintah ProvinsiPapua Tengah dengan Kementerian Sosial, agar implementasi program Sekolah Rakyat berjalan maksimal. Menurutnya, program ini ditujukan untuk anak-anak yang rentan, termasuk yang terdampak konflik sosial, agar tetap mendapatkan haknya ataspendidikan yang layak dan berkelanjutan.
Tidak hanya itu, Papua Tengah juga meluncurkan Program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) untuk jenjang SMA dan SMK, yang akan dimulai pada Agustus 2025. Program iniakan diperluas ke jenjang SD dan SMP pada 2026. Gubernur Meki menegaskan bahwasetiap sekolah yang akan diikutsertakan harus memiliki data pokok pendidikan yang jelas, tenaga pengajar yang memadai, dan fasilitas belajar yang siap. Pemerintahprovinsi bahkan bersedia membiayai sekolah swasta yang belum memiliki guru tetap.
Yang menarik, menurut Gubernur Meki, program pendidikan ini tidak hanyadiperuntukkan bagi masyarakat asli Papua, tetapi juga terbuka untuk semua wargaPapua Tengah tanpa diskriminasi. Dengan prinsip keadilan dan keterbukaan, Papua Tengah ingin menjadi contoh bagi provinsi lain dalam membangun sistem pendidikanyang inklusif dan modern di Tanah Papua.
Melalui langkah-langkah nyata ini, Sekolah Rakyat tidak hanya menjadi simbolkomitmen negara dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga menjadijembatan harapan bagi ribuan anak-anak Papua yang selama ini terhambat oleh kemiskinan dan keterbatasan akses. Pembangunan ini merupakan fondasi pentingdalam menciptakan generasi Papua yang cerdas, tangguh, dan mampu berkontribusidalam pembangunan daerah dan nasional.
Dengan sinergi kuat antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintahkabupaten/kota, Sekolah Rakyat di Papua menjadi bukti bahwa negara hadir untuksetiap anak bangsa, tanpa memandang latar belakang ekonomi dan geografis. Sebuahlangkah besar telah dimulai, dan masa depan yang lebih cerah kini terbuka lebar bagigenerasi muda Papua.
*Penulis merupakan Jurnalis dan pemerhati pendidikan di Papua