Oleh : Emilia Surachman )*
Pemerintah telah menggulirkan program makan bergizi gratis (MBG), yang tidak hanya menyasar peningkatan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar untuk menggerakkan roda perekonomian lokal. Program ini menjadi angin segar bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di berbagai daerah, sekaligus menjadi solusi konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata.
Melalui skema penyediaan makanan sehat dan bergizi yang menyasar peserta didik di berbagai jenjang pendidikan, pemerintah melibatkan pelaku UMKM sebagai mitra utama dalam proses pengadaan, produksi, hingga distribusi makanan. Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi mengatakan dengan pendekatan ini, warung makan, katering rumahan, hingga pedagang kecil di lingkungan sekolah dapat turut serta sebagai penyedia makanan bagi anak-anak. Mereka mendapatkan akses pesanan secara berkala, sehingga pendapatan mereka menjadi lebih stabil.
Di sisi lain, program MBG bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak Indonesia, menekan angka stunting, dan memastikan setiap anak mendapatkan asupan nutrisi yang tercukupi. Menurutnya, pemerintah bersama mitra kerja Badan Gizi Nasional (BGN) terus melakukan sosialisasi untuk menambah pengetahuan dan mengedukasi masyarakat mengenai program MBG.
Dampak positifnya langsung terasa di berbagai sektor. Para petani lokal yang sebelumnya kesulitan memasarkan hasil panennya kini memiliki peluang lebih besar karena bahan baku makanan seperti sayuran, buah, telur, dan daging diprioritaskan berasal dari hasil pertanian dan peternakan dalam negeri. Rantai pasok pendek antara petani, pedagang, dan penyedia makanan tidak hanya mempercepat distribusi, tetapi juga menekan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi ekonomi lokal.
Sementara itu, Tenaga Ahli Sekretaris Deputi Promosi Gizi dan Kerja Sama BGN, Kolonel Andy Charman mengatakan program MBG dirancang bukan sekadar untuk memberi makanan gratis, melainkan juga sebagai instrumen pembangunan ekonomi dan sosial yang berdampak jangka panjang. Pemerintah mendorong model gotong royong antara sekolah, masyarakat, pelaku UMKM, dan pemerintah daerah.
Keterlibatan berbagai pihak ini menjadikan program lebih inklusif dan berkelanjutan. Sekolah, misalnya, dilibatkan dalam proses pengawasan kualitas dan kebersihan makanan. Sementara itu, pemerintah daerah membantu melakukan verifikasi kelayakan UMKM mitra serta memberikan pelatihan dalam pengolahan makanan bergizi dan manajemen usaha.
Di sisi lain, manfaat program ini juga sangat terasa bagi anak-anak dan keluarga mereka. Dengan asupan makanan bergizi setiap hari di sekolah, siswa dapat lebih fokus belajar, memiliki energi yang cukup, dan berpotensi meningkatkan prestasi akademik. Bagi keluarga berpenghasilan rendah, program ini membantu mengurangi beban pengeluaran harian, karena kebutuhan makan anak-anak mereka sebagian telah ditanggung oleh negara. Ini merupakan bentuk intervensi sosial yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, terutama di wilayah-wilayah dengan angka kemiskinan dan kekurangan gizi yang tinggi.
Program ini juga membuka lapangan kerja baru, terutama bagi ibu rumah tangga, pemuda desa, dan komunitas lokal lainnya. Banyak dari mereka yang dilibatkan dalam proses memasak, pengemasan, hingga distribusi makanan ke sekolah-sekolah. Dengan demikian, program ini memberikan dampak ekonomi yang berlipat: memberdayakan tenaga kerja lokal, memperkuat UMKM, serta menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Penting juga dicatat bahwa keberhasilan program MBG sangat bergantung pada sinergi antarinstansi serta komitmen dari pemerintah pusat hingga ke tingkat desa. Dalam pelaksanaannya, diperlukan sistem pengawasan yang ketat untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga, anggaran digunakan secara transparan, dan pelaku UMKM mendapatkan haknya secara adil. Evaluasi rutin juga diperlukan untuk melihat sejauh mana program ini berdampak terhadap penurunan angka stunting, peningkatan indeks pembangunan manusia, serta pertumbuhan ekonomi lokal di daerah-daerah terpencil.
Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan mengatakan program MBG bukan hanya upaya meningkatkan gizi masyarakat, tetapi juga peluang besar bagi petani lokal, UMKM, dan peternak untuk mengembangkan usaha mereka. Oleh karena itu, masyarakat terus diedukasi untuk mendukung program positif ini sekaligus menyukseskan untuk menjamin gizi anak anak Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah pelaku UMKM terbesar di ASEAN, Indonesia memiliki potensi luar biasa jika kekuatan ekonomi rakyat ini dikelola dengan baik. Program makan bergizi gratis dapat menjadi motor penggerak kebangkitan UMKM nasional, sekaligus alat strategis untuk memulihkan ekonomi pascapandemi dan memperkuat ketahanan pangan. Dengan dukungan dan partisipasi dari semua pihak, program ini bukan sekadar solusi jangka pendek, melainkan juga strategi pembangunan yang visioner dan menyeluruh.
Saat ini, banyak warga yang sebelumnya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi kini mendapatkan peran dan penghasilan dari program ini. Semangat kolaborasi, keadilan sosial, dan pemberdayaan ekonomi lokal menjadi roh dari gerakan ini. Dengan demikian, makan bergizi gratis bukan sekadar janji politik, melainkan upaya nyata menuju Indonesia yang lebih sehat, adil, dan sejahtera.
)* Penulis merupakan Kontributor Ruang Baca Nusantara