Jakarta – Dalam pidato perdana sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menegaskan pentingnya persatuan dan mengajak seluruh elemen bangsa untuk melupakan perbedaan demi membangun masa depan yang lebih baik.
“Saya Prabowo Subianto dan saudara Gibran Rakabuming Raka telah mengucapkan sumpah untuk mempertahankan UUD kita, menjalankan semua UU dan peraturan yang berlaku, serta berbakti pada negara dan bangsa,” ujar Prabowo di Gedung MPR/DPR, Minggu (20/10)
Ia menegaskan bahwa sumpah tersebut akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan segenap kekuatan jiwa raga.
Prabowo mengingatkan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh mengabaikan tantangan yang ada.
“Marilah kita bangun masa depan bersama, marilah menganggap rekan-rekan kita walaupun berbeda suku, partai, agama, golongan kita adalah sama-sama anak Indonesia. Bertanding semangat, sesudah bertanding mari kita berhimpun kembali,” katanya.
Sebagai pemimpin baru, Prabowo juga mengingatkan untuk menghindari caci maki dan demokrasi yang santun.
“Kita menghendaki demokrasi yang cocok dan berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi harus santun, demokrasi beda pendapat harus tanpa permusuhan, demokrasi tanpa caci maki,” ujar Prabowo.
Presiden RI kedelapan itu juga menyampaikan ajakan untuk bersatu, seperti yang pernah dilakukan Presiden Jokowi saat mengalahkannya.
“Presiden Joko Widodo mengalahkan saya, berapa kali ya saya lupa, tapi begitu beliau menang, beliau mengajak saya bersatu, dan saya menerima ajakan itu. Sekarang saya yang menang, dan saya mengajak semua pihak ayo bersatu,” pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ahmad Dhani mengapresiasi pidato yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, pidato tersebut disampaikan dengan penuh semangat.
“Sehingga anggota MPR itu semuanya carried away, suasana baru, harapan baru kepada bapak Presiden Prabowo,” katanya.
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto -Gibran Rakabuming Raka berlangsung khidmat. Acara tersebut dihadiri tidak saja sejumlah petinggi pemerintahan dan mantan pejabat negara, namun juga sejumlah undangan serta utusan dari negara sahabat.