Oleh: Nelson Wamuar *)
Sejak dilantik sebagai Presiden Indonesia pada tahun 2014, Joko Widodo (Jokowi) menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai pilar utama dalam kebijakan pemerintahannya. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas, menghadapi tantangan besar dalam memastikan pemerataan infrastruktur di seluruh daerah. Fokus Jokowi sejak awal adalah membangun konektivitas fisik dan digital untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok tanah air.
Di Papua, perhatian khusus terhadap pembangunan infrastruktur menjadi bagian dari agenda besar Jokowi untuk memperkuat konektivitas antar-wilayah dan memastikan pemerataan ekonomi. Proyek-proyek besar, seperti Jalan Trans Papua dan pembangunan bandara serta pelabuhan, adalah bukti nyata dari komitmen tersebut. Proyek-proyek ini bertujuan untuk membuka akses wilayah-wilayah terpencil yang sebelumnya terisolasi, sehingga memungkinkan distribusi barang, jasa, dan orang menjadi lebih cepat dan efisien.
Salah satu proyek monumental yang menjadi perhatian di Papua adalah pembangunan Jalan Trans Papua. Jalan ini dibangun sepanjang lebih dari 4.300 kilometer dan menghubungkan berbagai wilayah penting di Papua, termasuk Sorong dan Merauke. Selain mempercepat akses antar-kota dan antar-daerah, jalan ini juga diharapkan dapat meningkatkan arus barang dan jasa, menurunkan biaya logistik, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Dalam beberapa pidatonya, Jokowi menekankan pentingnya pembangunan jalan tol, jembatan, dan infrastruktur digital untuk mendukung konektivitas wilayah. Pada perayaan HUT RI ke-79, Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah telah berhasil membangun 366 ribu kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, dan 6.000 kilometer jalan nasional. Selain itu, ada 50 pelabuhan dan bandara baru serta 43 bendungan dan 1,1 juta hektar jaringan irigasi yang juga berhasil direalisasikan. Berkat infrastruktur ini, biaya logistik berhasil ditekan dari 24 persen menjadi 14 persen, dan peringkat daya saing Indonesia naik dari posisi 44 ke 27 pada tahun 2024.
Selain jalan raya, pembangunan jembatan dan pelabuhan juga menjadi bagian dari program besar Jokowi. Salah satu proyek ikonik di Papua adalah Jembatan Holtekamp, yang diresmikan pada tahun 2019. Jembatan ini menghubungkan Kota Jayapura dengan kawasan pesisir, mempersingkat waktu tempuh dari beberapa jam menjadi hanya beberapa menit. Dampaknya sangat terasa, terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir Papua.
Selain itu, pembangunan PLBN di wilayah Papua juga memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Papua. Deputi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menjelaskan PLBN yang dibangun pada Pemerintahan Presiden Jokowi terbukti mampu mendongkrak perekonomian lokal. Seperti contohnya PLBN Skouw Wutung di Jayapura, pada Kuartal 1 Tahun 2024 sudah berhasil mencatatkan perdagangan (ekspor) sebesar Rp 12,68 Miliar.
Selain infrastruktur fisik, era Jokowi juga diwarnai dengan pembangunan infrastruktur digital. Program Palapa Ring yang menghubungkan seluruh Indonesia melalui jaringan serat optik, merupakan salah satu proyek andalan yang bertujuan memperluas akses internet hingga ke wilayah-wilayah terpencil. Di Papua, program ini dilengkapi dengan pembangunan ribuan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang memastikan seluruh masyarakat Papua dapat terhubung dengan jaringan internet.
Hingga akhir 2023, pemerintah telah menyelesaikan 4.990 BTS 4G dari target 5.618 BTS, yang tersebar di pelosok Indonesia, termasuk Papua. Dengan adanya jaringan telekomunikasi yang lebih baik, masyarakat Papua kini bisa terhubung dengan pasar-pasar nasional dan internasional. Akses internet ini membuka peluang ekonomi baru, khususnya bagi usaha kecil menengah (UKM) dan sektor kreatif, sehingga ekonomi digital dapat berkembang lebih cepat.
Pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi tidak hanya memberikan dampak positif dalam hal mobilitas dan akses perekonomian, tetapi juga menciptakan efek sosial yang signifikan. Dengan terbukanya akses jalan, bandara, dan pelabuhan, masyarakat Papua kini dapat menikmati harga bahan pokok yang lebih terjangkau. Infrastruktur yang memadai juga membuka peluang kerja baru, mendorong investasi, dan meningkatkan sektor pariwisata serta pertanian di wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi.
Ekonom senior dari CORE Indonesia, Ina Primiana, menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur fisik dan digital yang masif ini adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Meski pembangunan infrastruktur sangat penting, Ina juga menekankan bahwa perlu adanya integrasi antara pembangunan infrastruktur dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi produktif di daerah. Menurutnya, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa pembangunan ini benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, bukan hanya bagi penduduk kota besar atau mereka yang sudah memiliki akses terhadap teknologi.
Pembangunan infrastruktur di Papua di bawah pemerintahan Jokowi telah membawa dampak besar bagi percepatan konektivitas antar-wilayah dan pemerataan ekonomi. Dengan terbukanya akses darat, laut, dan udara, Papua kini memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk tumbuh menjadi salah satu pusat ekonomi baru di Indonesia. Apresiasi yang tinggi layak diberikan kepada Presiden Jokowi atas komitmennya dalam membangun Papua, yang mencerminkan keberpihakan nyata terhadap wilayah-wilayah yang selama ini terisolasi. Jokowi berhasil membangun landasan bagi masa depan Papua yang lebih sejahtera dan terhubung dengan baik, selaras dengan visi besar Indonesia menuju tahun 2045.
*) Pemuda Papua yang tergabung dalam Forum Melanesian