Oleh: Olivia Sabo*
Waspadai aksi demo atau unjuk rasa oleh Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang ternyata ditunggangi oleh pihak tertentu yang sama sekali tidak bertanggung jawab dan mereka terus saja menyebarluaskan berbagai macam isu provokasi hingga propaganda di tengah masyarakat.
Jangan sampai masyarakat justru mudah percaya atau termakan oleh adanya isu narasi provokasi dan propaganda dari pihak tertentu yang sama sekali tidak bertanggung jawab dan menunggangi aksi demo KNPB tersebut.
Karena sudah jelas, dalam aksi demo KNPB itu ditunggangi oleh pihak tidak bertanggung jawab yang hanya ingin merusak keutuhan persatuan serta kesatuan bangsa dengan terus menyebarkan beragam provokasi dan propaganda mereka.
Bahkan, salah satu aksi unjuk rasa atau demonatrasi yang mereka lakukan di Nabire, Papua Tengah ternyata memakan korban termasuk dari jajaran aparat keamanan. Menurut Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Nabire, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Wahyudi Satrio Bintoro bahwa sejumlah massa aksi telah aparat amankan lantaran mereka melakukan tindakan anarkis.
Padahal sebelumnya, aparat keamanan sudah memberikan imbuan namun ternyata justru mendapatkan perlakuan secara anarkis berupa lemparan batu hingga menyebabkan petugas terluka sampai harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Sudah sangat jelas bahwa aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang ternyata ujungnya hanya berakhir pada anarkisme bahkan sampai menyebabkan jatuhnya korban merupakan kegiatan yang ditunggangi oleh sekelompok pihak yang menginginkan pergerakan Papua merdeka.
Meski sejatinya negara melalui aparat keamanan sudah memberikan fasilitas agar mereka bisa menyampaikan aspirasinya dengan berunjuk rasa, karena Indonesia merupakan negara demokrasi, namun ternyata justru karena adanya provokasi dan propaganda yang menunggangi hal tersebut, maka menjadikan adanya anarkisme dan kekerasan hingga kericuhan pun pecah di lapangan.
Aksi unjuk rasa atau demo yang berujung anarkis jelas merupakan sebuah hal yang ditunggangi oleh pihak tertentu untuk menyuarakan kepentingan tertentu, dalam konteks ini kelompok tidak bertanggung jawab itu ingin menyuarakan mengenai kemerdekaan Papua sehingga mereka terus menyebarkan berbagai provokasi dan propaganda.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak aksi pelemparan batu dan juga sampai pada pengrusakan fasilitas umum, yang mana menandakan bahwa aksi massa sudah bukan lagi dalam rangka simpati, namun sudah anarkis.
Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Mayjen TNI) Izak Pangemanan menilai bahwa dalam setiap adanya aksi unjuk rasa atau demo, namun ternyata berujung pada kericuhan, maka hal tersebut pasti ulah dari kelompok tertentu yang memprovokasi massa.
Sudah pasti di sana terdapat penyusup, yang mana mereka berupaya untuk mencoba membuat situasi di Papua menjadi semakin kacau. Biasanya, para penunggang demo juga tidak jauh dari kelompok yang menginginkan kemerdekaan wilayah berjuluk Bumi Cenderawasih, termasuk mereka yang memprovokasi adanya aksi anarkis.
Keberadaan pihak tertentu yang sama sekali tidak bertanggung jawab itu memang kerap kali menjadi dalang aksi anarkis yang terjadi di Tanah Papua, karena mereka memang menginginkan Papua merdeka dan bisa terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Seluruh hal yang biasanya gerombolan itu gaungkan terkait dengan Papua merdeka, merupakan sebuah omong kosong belaka. Mereka memang seringkali menjual narasi soal Papua merdeka dengan sengaja kepada masyarakat untuk mewujudkan provokasi dan propaganda hanya demi kepentingan pribadinya saja.
Maka dari itu, hendaknya masyarakat di wilayah berjuluk Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi itu jangan sampai mudah terprovokasi dengan banyaknya omong kosong Papua merdeka karena semuanya demi kepentingan pribadi dan golongan kelompok tertentu saja.
Papua sendiri sudah sangat jelas dan tegas menjadi bagian dari NKRI, yang mana status tersebut bahkan sudah sah di mata dunia dan mendapatkan pengakuan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sontak saja, Tokoh Adat Papua, Herman Yoku meminta dengan tegas kepada KNPB atau siapapun pihak yang menunggangi demo agar mereka menghentikan upaya untuk memecah belah bangsa karena ajakan mereka selama ini telah menipu rakyat Papua dan memutarbalikkan fakta di lapangan.
Sebagai informasi, bahwa memang KNPB seringkali melakukan aksi pada setiap tanggal 15 Agustus yang mereka tujukan untuk memperingati New York Agreement sejak 1962 silam. Dalam perjanjian itu, merupakan sebuah perjanjian pemindahan Papua Barat dari kekuasaan dan jajahan Belanda ke pangkuan NKRI melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
Provokasi dan propaganda dalam aksi demo KNPB justru menyebut bahwa bulan Agustus yang seharusnya menjadi bulan HUT Kemerdekaan RI merupakan bulan rasisme. Mereka terus menggaungkan bahwa seolah masyarakat Papua terjajah oleh sistem negara kapitalis.
Kewaspadaan dari seluruh masyarakat menjadi hal yang sangat penting, terlebih pasca adanya aksi unjuk rasa atau demonstrasi dari KNPB yang jelas telah ditunggangi oleh kelompok tidak bertanggung jawab serta upaya mereka untuk menyebarkan beragam bentuk provokasi dan propaganda.
*) Mahasiswa Hukum Universitas Yapis Papua