Jakarta – Pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) di Manado telah memasuki tahap yang sangat penting dalam upaya mempersiapkan pemimpin masa depan Indonesia. Romo Benny Susetyo, Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menegaskan pentingnya peran asrama lintas agama dan lintas kultur dalam pembentukan karakter mahasiswa yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
Romo Benny menekankan bahwa asrama bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga tempat di mana pendidikan karakter dan kedisiplinan ditanamkan. “Di dalam asrama, mahasiswa akan belajar untuk menghargai perbedaan agama, budaya, dan etnis, yang pada akhirnya akan memperkaya satu sama lain. Ini akan menghasilkan pemimpin masa depan yang berpikir global namun tetap bertindak lokal,” ujarnya.
Menurut Romo Benny, pembangunan AMN Manado sangat ideal karena akan diisi oleh mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya dari Manado. “Jika ingin membangun Indonesia yang majemuk, kolaborasi melalui pendidikan inklusif seperti ini sangat dibutuhkan. Ini akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter,” tambahnya.
AMN Manado digambarkan sebagai “kawah candradimuka” bagi generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu, Romo Benny mengusulkan agar lebih banyak asrama yang inklusif dibangun di masa mendatang. “Mahasiswa perlu memahami dan menerima budaya serta kultur yang berbeda, yang akan mendorong terbentuknya komitmen bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, Romo Benny menyoroti pentingnya cross culture dalam asrama. “Di AMN, mahasiswa tidak akan kehilangan jati diri mereka, karena kekhasan masing-masing daerah asal akan ditampilkan. Ini akan memperkaya keragaman budaya, bukan meleburkan identitas,” ujarnya. AMN dianggap sebagai miniatur Indonesia, wujud nyata Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, AMN memiliki peran signifikan dalam peningkatan sumber daya manusia. “Mahasiswa terpilih akan diberikan ilmu pengetahuan yang memadai, ketekunan, dan kedisiplinan, melalui metode belajar yang tepat. Di asrama, etos kerja juga dibangun melalui pendekatan saling mengingatkan, bukan kekerasan. Ini akan membentuk rasa solidaritas dan kebersamaan dalam konsep kebangsaan,” jelas Romo Benny.
Dalam konteks sebagai wadah pemersatu bangsa, AMN meningkatkan ikatan persaudaraan dengan penguatan nilai-nilai Pancasila, kewarganegaraan, wawasan kebangsaan, serta cinta pada bangsa dan negara. “Waktu yang ditempuh mahasiswa di asrama cukup lama, ditambah dengan keterampilan yang diasah, maka akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas,” tambahnya.
AMN juga menjadi wadah kaderisasi untuk mempersiapkan pemimpin menuju Indonesia Emas 2045. Dengan memilih anak-anak muda terbaik dari seluruh wilayah nusantara, regenerasi pemimpin berkarakter yang mencintai budaya dan tanah air akan tercipta. “Di AMN, mahasiswa dapat mempelajari banyak hal, seperti retorika, organisasi, dan membangun argumentasi serta opini publik. Jadi, AMN bukan hanya tempat istirahat, tetapi juga tempat beraktivitas untuk memperkaya wawasan,” tegas Romo Benny.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Romo Benny mengusulkan adanya parameter yang diukur dengan standar tertentu, seperti kedisiplinan dan prestasi akademis. “Dengan pengukuran tersebut, mahasiswa akan memiliki tanggung jawab terhadap studi mereka. Namun, tantangan seperti tenaga pendidik yang memahami generasi muda dan potensi benturan nilai selama masa adaptasi juga harus diantisipasi dengan baik,” pungkasnya.
Pembangunan AMN Manado diharapkan dapat menjadi contoh nyata dalam membentuk pemimpin masa depan Indonesia yang berkarakter, berkualitas, dan berkomitmen pada nilai-nilai kebangsaan.