Jakarta – World Water Forum (WWF) merupakan forum air global yang diadakan setiap tiga tahun sekali. Forum ini fokus membahas konservasi air, penanganan air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana alam.
Sebanyak 244 sesi dalam WWF ke-10 di Bali diharapkan mampu mendorong agenda pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil serta untuk pembentukan pusat keunggulan atau praktik yang memungkinkan sebagai ketahanan air dan iklim.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan perhelatan WWF ke-10 dapat membentuk kemitraan strategis dan kolaboratif untuk inisiatif konservasi air global.
“World Water Forum di Bali berperan memperkuat kerja sama internasional. Melalui forum ini, negara-negara dapat membentuk kemitraan strategis dan kolaboratif untuk mendukung inisiatif konservasi air global,” ujar Staf Khusus (Stafsus) Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali.
Firdaus juga mengatakan bahwa forum air dunia ini berperan dalam membuka diskusi global. World Water Forum menyediakan platform bagi para pemangku kepentingan dari berbagai negara dan latar belakang untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya air.
Kemudian, mendorong Inovasi, yang mana Bali sebagai tuan rumah dapat menginspirasi inovasi dalam teknologi pengelolaan air yang berkelanjutan, dan mempromosikan implementasinya di seluruh dunia.
“World Water Forum ke-10 di Bali juga untuk merumuskan kebijakan. Forum ini memberikan kesempatan untuk merumuskan atau memperbaharui kebijakan yang mendukung konservasi air dan pengelolaan sumber daya air yang efisien dan efektif,” tambah Firdaus.
Selain itu, meningkatkan kesadaran bahwa forum ini bisa berperan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya konservasi air, dan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Saat ini, sistem pemantauan kualitas air menjadi salah isu strategis yang juga akan dibahas di World Water Forum (WWF) ke-10. Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, mengatakan pemantauan kualitas air di Indonesia baru menjangkau 15.065 titik pemantauan.
“Jadi untuk Indeks Kualitas Air kita punya data 15.065 titik, barangkali belum ada di Indonesia yang seekstensif ini untuk pengukuran kualitas air,” ujar Sigit.
Sejauh ini, titik pemantauan kualitas air di Indonesia dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Adapun, data pemantauan kualitas lingkungan yang berasal dari pemerintah daerah meningkat pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk itu, WWF ke-10 di Bali diharapkan menjadi ajang untuk memajukan hydro diplomacy atau diplomasi air, yakni pendekatan diplomasi yang fokus pada isu-isu terkait air dan mengedepankan dialog persuasif yang solutif, termasuk masalah manajemen sumber daya air, pemerataan distribusi air, mitigasi bencana terkait air, dan kerja sama lintas batas dan pembiayaan yang saling memberikan manfaat terkait air.