Oleh: Made Dwinita Saraswati )*
Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum (KTT WWF) ke-10 yang berlangsung di Bali mampu membuka dengan sangat lebar pintu dan peluang bagi datangnya investasi serta semakin meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Tentunya dengan banyaknya perwakilan negara sahabat datang ke Bali dalam pelaksanaan WFF ke-10, maka bukan tidak mungkin mereka juga akan membahas mengenai kegiatan penanaman modal atau investasi ke Tanah Air.
Selain itu, pelaksanaan WWF sendiri juga semakin membuka pandangan seluruh pihak mengenai bagaimana pentingnya peranan serta peningkatan infrastruktur air demi terus menjaga ketahanan pangan nasional.
Forum air terbesar di dunia yang akan terselenggara pada 18 hingga 25 Mei 2024 mendatang tersebut jelas akan memberikan beberapa kesepakatan yang sangat penting bagi bangsa ini.
Menurut Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Firdaus Ali bahwa beberapa kesepakatan penting tersebut seperti pada kerja sama bilateral maupun secara multilateral bernilai triliunan rupiah.
Indonesia selaku tuan rumah pelaksanaan WWF ke-10 tentunya bukan hanya sekedar bertekad agar perhelatan tersebut sukses terlaksana, namun juga terus mendorong adanya output dan outcome yang baik agar tereksekusi oleh berbagai negara di dunia pada level proyek hingga bagaimana aksi nyata di lapangan.
Terlebih, forum air terbesar di dunia itu sejatinya juga bukan sekedar seremoni belaka, melainkan merupakan sebuah pertemuan yang membicarakan bagaimana realita di lapangan sehingga sangat membutuhkan banyak langkah konkret.
Karena sangat pentingnya pelaksanaan tersebut, juga menjadikan Presiden Bank Dunia menyatakan diri bahwa dirinya akan turut hadir. Begitu pula dengan International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB).
Indonesia akan menawarkan sejumlah proyek strategis senilai 9,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 154 triliun. Beberapa proyek tersebut mengalami seleksi terlebih dahulu dari Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Di sela-sela pertemuan WWF ke-10 akan berlangsung sebuah forum bisnis dengan para mitra strategis untuk membahas potensi kerja saja dan investasi terkait dengan pembangunan infrastruktur air. Selaku tuan rumah, tentunya Indonesia akan meminta komitmen kuat dari para negara mitra dalam konteks kerja sama pembangunan infrastruktur air itu.
Lebih jauh, konferensi atau forum air terbesar dunia iu juga akan membahas seperti apa pentingnya peranan air bagi kehidupan manusia bahkan secara global serta mempertemukan berbagai sektor pula, seperti pada sektor pangan, energi, lingkungan dan kesehatan.
Terangkatnya peranan vital dari infrastruktur air tersebut akan semakin nyata, terlebih jika membahas mengenai upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan energi baik itu dalam taraf nasional hingga internasional.
Nantinya akan banyak diskusi terjadi dalam forum debat mengenai bagaimana strategi dalam pengelolaan infrastruktur air yang efektif untuk mendukung irigasi pertanian atau ketahanan pangan dan juga produksi energi hidroelektrik, termasuk pembangkit listrik tenaga surya apung (PLTSA) untuk menopang pencapaian bauran energi non-fosil.
Selain perdebatan dalam fosum diskusi, juga akan terjadi integrasi kebijakan dengan mendorong adanya integrasi kebijakan pada berbagai sektor seperti air, pangan dan energi untuk menciptakan sinergitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.
Pembahasan akan terjadi juga mengenai perubahan iklim yang berkaitan dengan pentingnya infrastruktur air yang tangguh dalam konteks perubahan iklim untuk meningkatkan resiliensi terhadap peristiwa cuaca ekstrem yang mampu berpengaruh pada ketahanan pangan dan energi.
Sebagai informasi, bahwa WWF ke-10 itu mengangkat tema besar yakni “Water for Shared Prosperity”. Sehingga tema tersebut sejalan dengan komitmen kuat berbagai negara di dunia yang ingin mencari solusi untuk peningkatan dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjuran sebagai langkah menghadapi perubahan iklim yang belakangan tidak pasti.
Secara garis besar, WWF akan membahas empat hal, yakni konservasi air, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan dan energi hingga mitigasi bencana alam. Sebanyak 244 sesi dalam forum itu diharapkan bisa memberikan hasil yang konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil.
Tidak hanya itu, namun diharapkan pula melalui pertemuan negara-negara dalam forum air terbesar dunia itu juga bisa terlahir pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim.
Ajang tersebut menjadi ruang berkumpulnya sejumlah negara demi membahas isu air dalam taraf mancanegara. Bahkan pihak parlemen juga ikut serta aktif membahas isu tersebut, sehingga diharapkan mampu mencegah terjadinya kelangkaan air, terlebih daat ini dunia sedang dalam perubahan iklim yang ekstrem.
Sehingga dengan kata lain, tentunya pelaksanaan WWF ke-10 di Bali tersebut mampu membuka dengan semakin lebar datangnya peluang investasi bagi Indonesia, selain itu juga menjadi upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui perbaikan akan infrastruktur air.
)* Mahasiswa Ilmu Lingkungan ITS