Jakarta – Literasi terkait pentingnya mewaspadai Hoax Pemilu, dinilai sangat penting untuk dilakukan demi terciptanya Pesta Demokrasi yang aman dan damai.
Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan bahwa Ekosistem digital yang inklusif dan demokratis penting untuk mengangkal hoax menyebar di masyarakat jelang Pemilu 2024.
“Kemampuan pemilih untuk mendeteksi dan mengungkap hoax Pemilu, termasuk ujaran kebencian juga perlu diperkuat,” kata Titi dalam wawancara yang digelar radio MNC Trijaya (15/11).
Selain itu ,jelasnya, memperkuat konsolidasi dan koordinasi masyarakat sipil dalam pencegahan penanganan hoax Pemilu dan ujaran kebencian. Untuk itu literasi mewaspadai hoax Pemilu harus dilakukan secara masif, karena hoax tidak mengenal usia, gender, dan batasan geografis.
“Isu global sentimennya selalu bertumpu pada agama, meskipun di satu sisi tetap ada persoalan kemanusiaan yang dibangun untuk meningkatkan solidaritas dunia. Tetapi di sisi lain, ketika isu tersebut dikaitkan dengan politik maka potensi manipulasi dan penyebaran disrupsi informasi menjadi meningkat,” ungkapnya.
Titi juga menjelaskan bahwa dalam pemilu, segala sesuatu yang berkolerasi dengan kontestasi politik, akan dihubung-hubungkan dengan aktor-aktor yang tengah berkompetisi.
“Oleh sebab itu, selain penguatan literasi masyarakat, teladan elit politik juga penting dalam mengantisipasi hoax dan ujaran kebencian di Pemilu 2024,” ujar Titi.
Dirinya menekankan juga bahwa pihak eksternal seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pemantau politik dan media yang independen diperlukan dalam menjaga netralitas dan membantu meluruskan penyimpangan informasi yang tersebar di masyarakat.