Oleh : Theresia Wopari )*
Puluhan anggota Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua melakukan penganiayaan terhadap lima anggota tenaga kesehatan (Nakes) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang sedang bertugas di Amuma, Yahukimo yang sedang bertugas untuk memeriksa masyarakat yang disinyalir mengalami kelaparan.
KST Papua dilaporkan telah melakukan penganiayaan pada sejumlah lima orang Nakes dari Kemenkes. Kejadian penganiayaan tersebut terjadi di Distrik Amuma Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Diketahui bahwa kelima korban sebenarnya ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat yang dikabarkan tengah mengalami bencana kelaparan di daerah tersebut.
Sebenarnya pada hari pertama penugakan para Nakes itu, seluruh berjalan dengan lancar dan normal, bahkan seluruh masyarakat di Amuma menyambut dengan sangat baik akan bagaimana adanya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para tenaga kesehatan tersebut. Namun, karena adanya faktor kendala berupa cuasa yang ekstrem, sehingga tidak memungkinkan bagi pesawat untuk masuk ke Amuma, maka menjadikan semua nakes harus bermalam di sana.
Salah saeorang korban penganiayaan, Danur Widuran mengungkapkan bahwa setelah mengetahui bahwa situasi tidak memungkinkan untuk pesawat melakukan penjemputan, maka mereka melakukan koordinasi dengan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat dan juga kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) dan diberikan izin untuk menginap di sana.
Akan tetapi ternyata pada keesokan harinya, pada saat para Nakes itu menunggu kedatangan pesawat yang menjemput mereka, aksi penyerangan dan penganiayaan itu terjadi. Korban lain, Angganita Mandowen bersaksi bahwa aksi penyerangan yang terjadi itu pada saat keempat rekannya pergi melakukan pemeriksaan informasi penerbangan ke lokasi yang memiliki rasio SSB karena memang di Amuma sendiri tidak terdapat jaringan telekomunikasi.
Dirinya pun mengungkapkan bahwa situasi pada hari itu tidak seperti biasanya. Kemudian secara tiba-tiba sekitar 30 orang yang tidak dikenal datang dan berteriak ke arah seluruh rekan nakes tadi yang sedang berjalan ke rumah salah seroang perawat setempat. Jelas saja adanya teriakan tersebut menimbulkan kekhawatiran tersendiri dari para anggota nakes sehingga anggota meminta rekannya untuk masuk ke dalam sebuah kamar.
Akan tetapi, terdapat salah satu korban, Adrianus Erdwarder Harapan yang tidak masuk ke dalam kamar namun berusaha untuk mencoba melarikan diri dengan cara melompat dari jendela yang ada di dalam kamar tersebut. Ternyata, puluhan orang yang tidak dikenal itu sudah berada di luar dan melakukan penyerangan terhadapnya menggunakan senjata tajam (sajam).
Para pelaku sontak melakukan penyerangan kepada Adrianus dan menangkapnya. Setelah berhasil menangkap salah satu nakes itu, kemudian para pelaku mengumpulkan seluruh korban di lapangan terbang Amuma. Ternyata para KST Papua itu mengira bahwa Nakes yang mereka tangkap adanya anggota intelijen yang dengan sengaja masuk ke Amuma.
Gerombolan separatis itu kemudian mencoba untuk melakukan interogasi kepada para korban dan terus mengira bahwa mereka merupakan anggota intelijen. Tentu saja para korban juga mengaku dan menegaskan bahwa dirinya mereka bukanlah seorang anggota intelijen, melainkan hanya merupakan tenaga kesehatan saja.
Akan tetapi, tidak puas dengan bagaimana jawaban yang diberikan oleh para korban, akhirnya KST Papua itu mulai melakukan penganiayaan. Penganiayaan yang dilakukan bahwa seluruh korban sempat ditendang hingga dipukul. Namun pada akhirnya para pelaku sempat meminta kartu identitas dari korban dan di sana memang tertulis bahwa mereka semua merupakan tenaga kesehatan, sehingga menjadikan para pelaku pun percaya pada kesaksian itu.
Akibat adanya penganiayaan tersebut dilaporkan bahwa terdapat salah seorang tenaga kesehatan yang mengalami patah rusuk hingga luka-luka di bagian wajah akibat tendangan yang dilakukan oleh gerombolan teroris tersebut.
Untuk para pelaku sendiri, mereka juga mengaku bahwa mereka berasal dari KST Batalyon Silimo Kodap XVI Yahukimo. Terkait dengan adanya kejaidan tersebut, Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli mengaku bahwa dirinya sangat kecewa dengan adanya penganiayaan yang menimpa para nakes karena justru tujuan yang mereka lakukan menuju ke Amuma merupakan hal yang sebenarnya sangat mulia. Didimus juga mengatakan bahwa ternyata masyarakat di Amuma sama sekali tidak mengenal puluhan pelaku penganiayaan tersebut. Dirinya sontak mengutuk dengan sangat keras adanya kejadian dan perbuatan yang sangat keji tersebut.
Pihak Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hubungan Masyarakat (Humas) Operasi Damai Cartenz, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bayu Suseno mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan pengusutan atas aksi kekerasan yang dilakukan kepada para nakes itu dan berkomitmen kuat untuk melakukan tindakan yang sangat tegas.
Jelas saja bahwa dengan adanya kejadian penganiayaan yang dilakukan oleh KST Papua kepada lima anggota tenaga kesehatan yang ditugaskan di Amuma, Yahukimo untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat yang disinyalir sebelumnya mengalami kelaparan sangat mengganggu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
)* Mahasiswa Papua tinggal di Bandung