Jakarta – Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing mengatakan video Presiden Joko Widodo gunakan Bahasa Mandarin yang beredar di Media Sosial merupakan rekayasa belaka. Video yang menampilkan AI (kecerdasan buatan) menggambarkan Presiden Joko Widodo berbicara dalam bahasa Mandarin mencerminkan akan semakin maraknya hoaks yang bisa mempengaruhi opini publik jelang pemilu 2024.
Hal tersebut di sampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan yang juga Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing saat berada di Jakarta, Kamis 26/10/2023.
Menurut Emrus, video yang beredar tersebut memunculkan kejanggalan – kejanggalan mulai dari tidak menggunakan Bahasa aslinya yaitu Bahasa Inggris, hingga tidak ada terjemahan teks dalam bentuk kalimat dibawahnya.
“Yang saya pertanyakan ketika itu dibuat dalam bahasa mandarin, yaitu dalam bahasa mandarin tapi lisan tidak dalam bentuk tulisan padahal seharusnya video yang menerjemahkan apa yang disampaikan oleh sumber (Presiden Jokowi) harusnya isi pidatonya itu tetap disampaikan dengan bahasa yang aslinya yaitu bahasa Inggris”, ujar Emrus.
Ditambahkannya, kalaupun ada terjemahan baru dalam bentuk teks, dalam bentuk kalimat di bawahnya, sehingga pengakses atau penonton video tersebut bisa sekaligus mengontrol apakah memang yang disampaikan dalam bentuk lisan sama dengan apa yang bentuk tertulis.
Di sisi lain, juga bahwa karena itu disampaikan dalam bentuk bahasa mandarin, dalam bentuk suara, yang mirip suara daripada Bapak Joko Widodo sehingga bisa menimbulkan multitafsir seolah-olah Bapak Joko Widodo adalah bagian daripada kekuatan kepentingan ekonomi yang ada di China atau di Tiongkok, ucap Emrus.
Pada Kesempatan yang sama, Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing minta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk segera “take down” video tersebut karena dapat menimbulkan kekacauan di ruang publik.
“Saya berpendapat ini video yang disampaikan dalam bentuk bahasa mandarin yang disampaikan secara lisan seperti itu, harusnya ini segera di take down oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika atau paling tidak bahwa Kemenkominfo harus secara massif menjelaskan itu ke ruang publik tentang pidato Bapak Presiden yang disampaikan seolah-olah itu lisan dalam bahasa mandarin”, pungkas Emrus.
Untuk diketahui, video asli pidato Presiden Jokowi yang sebenarnya saat Gala Dinner di Amerika Serikat tahun 2015. Video tersebut merupakan hasil editing atau rekayasa menggunakan AI agar seolah – olah Presiden Jokowi menggunakan Bahasa mandarin dengan fasih sehingga terkesan Presiden Jokowi merupakan kaki tangan China.
Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan untuk dapat secara cerdas melihat dan menilai video yang beredar di media sosial termasuk video pidato Presiden Jokowi yang menggunakan Bahasa mandarin karena dapat berpotensi merupakan video yang telah direkayasa ataupun hoaks yang berimplikasi pada keresahan diruang publik.