Jakarta – Baru-baru ini telah beredar video yang menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang berpidato bahasa Mandari di media sosial. Diketahui video ini merupakan video hoaks yang berpotensi dapat meresahkan masyarakat.
Pakar Komunikasi dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing memastikan bahwa video Presiden Jokowi yang seolah-olah fasih berbicara mandarin merupakan berita bohong atau hoaks. Sehingga harus mendapat tindakan agar video tersebut tidak menyebar luas dan meresahkan publik.
“Video yang menarasikan bahwa Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan bahasa Mandarin jelas hoaks untuk menggiring opini negatif bahwa Presiden Joko Widodo membawa kepentingan China ke Indonesia.” ujar Emrus.
Selain itu, Emrus meminta kepada masyarakat agar mewaspadai video hoaks yang beredar tersebut, karena video itu dibuat hanya untuk membuat gaduh dan menjatuhkan pemerintah jelang pelaksanaan Pemilu 2024.
“Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan karena peredaran konten hoaks dinilai cukup masif belakangan ini, terutama mendekati momentum Pemilu 2024.” kata Emrus.
Dalam video tersebut, Presiden Jokowi tampak berbicara dengan lancar dalam bahasa Mandarin, sebuah kemampuan linguistik yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya. Meskipun video ini telah menjadi viral di media sosial, banyak pengamat dan ahli kecerdasan buatan meminta masyarakat untuk menjaga kewaspadaan karena video tersebut merupakan tidak benar adanya.
Selain itu, Emrus meminta kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk menindaklanjuti video tersebut untuk dilakukan take down agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kementerian Kominfo harus segera take down video Presiden Jokowi gunakan bahasa Mandarin karena tidak seperti asli, selain itu Kemenkominfo juga harus menjelaskan ke publik bahwa video pidato Presiden Jokowi yang seolah-olah gunakan bahasa Mandarin adalah hoaks yang tidak mendasar’” ujar Emrus.
Tak hanya itu, Emrus pun mensinyalir ada kepentingan di balik manipulasi dan penyebaran video tersebut. Selain itu, publik dari beberapa pengguna media sosial juga mendesak pihak berwenang untuk menindak tegas pelaku manipulasi dan penyebar video tersebut karena merasa hoaks dan informasi palsu dapat menjadi ancaman serius terhadap demokrasi dan stabilitas politik saat ini.
Selanjutnya, Emrus berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap provokasi yang dapat memecah belah persatuan. Sehingga di tahun politik seperti saat ini kemanan dan karukunan dapat terus terjaga seterusnya.
“Masyarakat harus sangat awas serta meningkatkan pemahaman cek dan ricek terhadap informasi yang tidak jelas asal usulnya karena sangat membahayakan stabilitas nasional” tutup Emrus.