Oleh : Melky Samuel Hansen )*
Apresiasi sangat tinggi patut diberikan kepada aparat keamanan yang berhasil melakukan tindakan tegas kepada Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua penyerang para pekerja proyek Puskesmas di Puncak Papua demi membatasi langkah gerak mereka yang kian hari terus mengganggu, bahkan merugikan masyarakat Papua sendiri dan menghambat adanya pembangunan di Bumi Cenderawasih.
Pihak Satuan Tugas Pasukan Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Mobile Yonif Raider 300 / Bjw melakukan penembakan mati pada satu anggota KST, yang mana mereka telah terlibat ke dalam penyerangan terhadap pekerja proyek pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Pegunungan.
Mengenai tindak tegas yang dilakukan oleh aparat keamanan tersebut, Kepala Staf Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kaskogabwilhan) III Marsma Tentara Nasional Indonesia (TNI) Deni Hasoloan Simanjuntak menjelaskan bahwa sebelumnya mereka melakukan aksi pengejaran, yang kemudian berujung pada aksi penembakan.
Keseluruhan peristiwa tersebut terjadi setelah pihak aparat keamanan mendapatkan laporan dai Pos bandar udara (Bandara) Ilaga mengenai sebanyak 6 (enam) orang yang dicurigai sebagai gerombolan kelompok separatis dan teroris (KST) di Bumi Cenderawasih yang kerap kali menggencarkan banyak aksi teror.
Kecurigaan sangat kuat dari pihak aparat keamanan kepada keenam orang tersebut lantaran kala itu mereka membawa satu senjata laras panjang dan juga sebanyak dua senjata laras pendek berjenis pistol berada di Honai, Arumaga, Omukia, Puncak, Papua Pegunungan. Lantas pihak aparat keamanan langsung menerjunkan tiga tim yang dipimpin langsung oleh Pasiops Satgas 300 / BJW dan bergerak ke sana untuk melakukan pemeriksaan serta dalam rangka memastikan akan laporan yang diterima tersebut.
Dalam pemantauan yang dilakukan oleh aparat keamanan, ternyata tim gabungan justru mendapati sebanyak 12 orang anggota KST Papua yang memang membawa senjata api, panah hingga senjata tajam (sajam). Setelah melihat adanya gerombolan teroris itu yang berusaha untuk melarikan diri, maka petugas langsung melakukan tembakan peringatan ke atas, akan tetapi sama sekali tidak diindahkan oleh mereka.
Sehingga sudah sangat jelas bahwa dalam hal ini, aparat keamanan tidak langsung melakukan tindak kontak fisik terlebih dahulu, melainkan memberikan upaya persuasif dan pendekatan humanis terlebih dahulu. Namun, alih-alih tembakan peringatan itu diindahkan, mereka justru malah melakukan penembakan ke arah petugas.
Sontak, mengetahui adanya KST Papua yang justru tidak mengindahkan tembakan peringatan dan tetap mencoba melarikan diri serta justru memulai penyerangan dengan menembak langsung para petugas. Maka dari itu, dalam upaya untuk melawan balik dan menjaga diri, aparat keamanan pun juga melakukan tindak tegas kepada aksi mereka.
Maka dari itu, langsung personel Satgas TNI melakukan tembakan dan membidik mereka sehingga satu diantara gerombolan KST itu terkena tembakan ke arah punggungnya dan mayatnya kemudian dibawa lari oleh rekan mereka dan masuk ke dalam hutan. Setelah adanya kontak tembak yang menegangkan itu, kemudian aparat keamanan langsung terjun ke lokasi dan melakukan pengecekan.
Ternyata setelah dicek, mereka sudah melarikan diri, namun masih terdapat beberapa barang bukti untuk diamankan. Adapun beberapa barang bukti tersebut yang berhasil disita adalah sebuah drone, kemudian satu buah popor senapan angin, satu buah Handy Talkie (HT) Icom bertipe IC-V8, satu buah HT Baopeng, dan satu set laser scop untuk senjata.
Selanjutnya, terdapat lagi beberapa barang bukti berupa tiga buah handphone Android berjenis Advan, Smartfren dan Cross, kemudian empat buah handphone berjenis dua buah Nokia, Evercross, Strawberru dan 3 buah charger HP dengan dua buah charger barerai dan dua buah lampu serta 12 buah foto.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda (Laksda) TNI Julius Widjojono menduga bahwa kelompok yang sempat mereka kejar itu berada di bawah pimpinan Titus Murib yang sempat menyerang pekerja proyek pembangunan Puskesmas.
Sebelumnya, diketahui bahwa satu pekerja proyek pembangunan Puskesmas di wilayah Kabupaten Puncak, Papua tewas setelah diserang oleh KST. Atas kejadian itu, Kepala Operasi (Kaops) Satgas Damai Cartenz, Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Faizal Ramadhani mengatakan bahwa selain korban tewas, terdapat pula dua pekerja bangunan di Puskesmas yang terkena anak panah.
Jelas sekali bahwa dengan banyaknya kasus dan tindak kekerasan yang sangat biadab serta keji tersebut, semakin menunjukkan bahwa KST Papua sama sekali tidak memiliki hati nurani dan tidak berprikemanusiaan. Untuk ke sekian kalinya mereka terus melakukan penyerangan pada warga sipil yang sama sekali tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa, bahkan mereka merupakan warga biasa yang sedang beraktivitas untuk mencari nafkah demi keluarga mereka.
Setelah terjadinya kasus penyerangan para pekerja proyek Puskesmas di Puncak Papua oleh KST, kemudian aparat keamanan langsung melakukan pengejaran kepada mereka dan berhasil melakukan tindak yang sangat tegas setelah gerombolan teroris itu terlebih dahulu melakukan tembakan ke arah petugas.
)* Mahasiswa Papua tinggal di Kupang