Assalamualaikum wr wb. Salam sejahtera. Om swasti astu. Namo budhaya. Salam kebajikan rahayu. Salam pancasila. Merdeka.
Yang saya hormati Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Bapak H. Muhammad Mardiono, Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Bapak Oesman Sapta Odang, Ketua Umum Partai Perindo Bapak Hary Tanoesudibjo, Mas Prananda dan Mbak Puan Maharani, Bapak Arsjad Rasjid Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo (TPN-GP) beserta Bapak Sandiaga Uno.
Jadi pasti banyak nanya kenapa Pak Sandiaga Uno ada di sini, jangan lupa lho beliau itu adalah PPP.
Bapak Andika Perkasa, Bapak Eddy Pramono dan Tuan Guru Bajang. Perwakilan relawan. Dan tentu rekan-rekan pers, yang pada hari ini saya lihat kenapa ya saya bilang sama Monang. Kenapa banyak banget ya persnya. Karena bolak-balik kapan diumumkan. Saya ngomongnya sabar. Sabar.
Dan seluruh rakyat Indonesia di mana pun kalian berada, yang saya cintai. Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga kita bisa berkumpul di tempat bersejarah ini. Untuk jangan lupa sejarah.
Tempat ini jadi saksi waktu kekuatan otoriter Orde Baru mencoba meluluh-lantakkan kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) belum pakai Perjuangan, pada 27 Juli 1996.
Rakyat Indonesia mengenang peristiwa itu sebagai tonggak penting demokratisasi di Indonesia. Melalui peristiwa itulah, kekuatan arus bawah bersatu guna mengoreksi total praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme atau yang dikenal dengan KKN.
Hadirin sekalian, anak-anakku dari PDIP dan semuanya. Dalam seluruh perenungan saya, sosok pemimpin Indonesia tidak boleh membutakan diri terhadap sejarah. Tidak boleh juga melupakan semangat reformasi, karena ketika ada reformasi itu kalau diingat, itu bukan jalan lenggang langkung, tapi itu pun dengan yang namanya sebuah peristiwa yang penuh cucuran air mata, darah, lalu semangat juang yang luar biasa.
Dari sejarah, kita belajar bahwa pemimpin harus lahir dari gemblengan lahir batin. Pemimpin seperti ini ditempa keteguhannya, memiliki kesetiaan pada prinsip. Kokoh pada jalan Pancasila, merakyat, visioner dan memiliki kemampuan profesional, setidaknya telah berprestasi dalam jabatan strategis di tingkat nasional, dan memiliki pengalaman konkret di pemerintahan.
Ditinjau dari karakternya, pemimpin ini selalu bergelora jiwa kemanusiaannya. Hatinya mudah tersentuh oleh penderitaan rakyat. Semangat pemimpin seperti ini yang akan selalu berkobar-kobar justru ketika menghadapi tantangan. Sosok pemimpin ini digerakkan oleh nilai-nilai moral, etika, dan selalu satu antara kata dan perbuatan.
Dengan berbagai harapan tersebut, cukup lama saya menganalisa dan berdialektika dalam alam pikir tentang apa toh yang sedang dihadapi oleh Indonesia tercinta kita, problematika yang dihadapi bangsa kita.
Oleh sebab itu, terhadap tugas konstitusi agar fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara negara, misalnya, belum sepenuhnya dapat kita lakukan. Di dalam masalah kesehatan seperti pencegahan penyakit menular seperti TBC, demam berdarah, diare, dan juga yang sekarang sangat memprihatinkan ialah upaya mencegah stunting masih menjadi pekerjaan rumah kita. Kita juga masih memiliki pekerjaan rumah di dalam memanfaatkan bonus demografi dimana waktu yang tersedia hanya 13 tahun ke depan.
Kita harus memikirkan bagaimana membuka jalan bagi anak muda yang berumur 16 sampai mereka yang sepuh 60 tahun masih memiliki penghidupan yang layak.
Pada saat bersamaan, saya mencermati seriusnya persoalan akibat liberalisasi politik dan perekonomian kita, yang akhirnya berdampak pada meningkatnya kasus korupsi. Berbagai persoalan tersebut, saya pikirkan dengan seksama sebagai latar belakang.
Saya orang yang punya pengalaman hidup dan politik cukup panjang, saya tidak begitu mudah untuk bisa mengambil siapakah yang saya jadikan di kemudian hari sebagai pemimpin dari bangsa dan negara ini.
Saya menerima masukan dari seluruh ketua umum partai yang hadir di sini. Juga mendengarkan masukan para tokoh. Kesemuanya saya kontemplasikan, siapa sosok yang tepat mendampingi Pak Ganjar Pranowo.
Nah, hari ini hari Rabu tanggal 18 Oktober 2023, saya dengan mantap, kini saya telah mengambil keputusan. Kesemuanya saya tujukan sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Karena itulah dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, maka calon wakil presiden yang dipilih yang akan mendampingi Bapak Ganjar Pranowo adalah Prof Dr Mahfud Md.
Boleh saya teruskan, beliau sosok yang tidak asing. Karena beliau pernah menjadi anggota dewan pembina di BPIP. Jadi, saya sangat bisa mengerti dari cara berpikir, jalan pikirannya dan ketika beliau dipilih menjadi Menko Polhukam, saya guyon ke beliau, walah saya ini dari presiden turun menjadi ketua dewan pembina BPIP.
Tapi saya bilang ke beliau, enggak apa-apa, karena itu ideologi Pancasila, tapi bapak langsung meroket menjadi anggota kabinet, jadi tolong ingat bapak. Sosok intelektual yang mumpuni, karena saya perhatikan pengetahuan beliau sangat cocok, sangat penuh dengan pengalaman dan pengetahuan. Sosok dengan pengalaman lengkap di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Lalu Prof Mahfud Md juga dikenal rakyat sebagai pendekar hukum, dan pembela wong cilik. Saya bilang ke beliau, ya, ini hukum ini jangan semua terus pada bungkam, saya bilang ke beliau. Ya, untuk apa ada aturan hukum kalau semua pada diam.
Ayo, Pak, kita ngomong, Pak. Dulu saya rasanya sepi, sendiri, karena kalau saya ngomong, nah, terus wartawan langsung bully. Nah, sekarang ada Pak Mahfud, nih, belain saya, ya.
Tentunya apa yang dikatakan kita akan bersama menjadi partai berempat akan mengusung Pak Ganjar dan Pak Mahfud untuk insyaallah dengan pertolongan dari Allah SWT dan rakyat Indonesia, kemungkinan kedua beliau dapat dijadikan presiden dan wakil presiden.
Lalu, masih Pak Mahfud tampil apa adanya, jujur, bernyali, dan komitmen ideologisnya tidak perlu diragukan lagi. Beliau bisa menjadi wasit yang baik di tengah persaingan politik dan bisnis yang sering kali dirasakan tidak adil. Beliau sosok yang kami tugaskan untuk melakukan Reformasi Sistem Hukum Nasional, agar tampilah wajah keadilan sejati. Sudah lama rakyat menunggu keadilan ini. Karena itulah, kepada seluruh rakyat Indonesia, kami semua mohon doa restunya.
Mudah-mudahan seperti tadi saya katakan bahwa rakyat ikut menjadikan kedua beliau menjadi pemimpin di waktu mendatang. Tapi saya tanya ke Pak Mahfud, karena kok biasanya kalau orang kerja atau apa, suka apa, ya, grenengan apa ya, jadi suka nyanyi kecil gitu, jadi saya tanya ke beliau, bapak bisa nyanyi apa enggak? Dengan malu-malu beliau berkata, kayanya kurang bisa, Bu.
Pasangan Pak Ganjar Pranowo dan Pak Mahfud Md akan menyuburkan demokrasi negeri, mereka akan bertindak sebagai sahabat rakyat sejati. Mereka lahir, tumbuh, dan menjadi mumpuni karena doa penuh kasih dari ibu-ibu sejak berada dalam kandungan.
Saya selalu kalau pidato, sekarang saya janji, ini ayo mbak Atikoh, urusan perempuan, karena perempuan harus sama dengan lelaki, kodratnya beda, tetapi haknya sama. Kasih ibu pertiwi selalu mengharapkan yang terbaik bagi seluruh anak negeri.
Kasih Ibu tidak pernah berkesudahan, hanya memberi, dan tak harap kembali, bagai Sang Surya yang menyinari dunia. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu Wata’ala meridhoi perjuangan kita. Ayo terus bergerak ke bawah, perkuat akar rumput, bertemu dengan mereka, satukan seluruh energi juang.
Kita persembahkan kemenangan untuk rakyat melalui Pak Ganjar Pranowo dan Prof Mahfud MD. Akhirnya mengakhiri sambutan ini, nah, ini saya ingin mengutip juga saya ingin menyosialisasikan kembali, mengutip lagu kebangsaan Indonesia Raya itu ternyata stanza itu bagiannya ada tiga, Pak.
Saya akan mempopulerkan kembali, tapi acaranya yang besar-besar, karena itu Indonesia. Jadi, ini Stanza III sebagai bahan perenungan bersama, Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti, di sanalah aku berdiri, menjaga Ibu sejati.
Indonesia tanah berseri, ayo sopo yang ikut? Enggak hafal, kan. Ibu juga belum hafal, kok. Sedang mencoba terus menghafalkan. Tanah yang aku sayangi, marilah kita berjanji, Indonesia Abadi. Jadi, agar Indonesia suci dan abadi, pilihlah sosok pemimpin yang baik, pemimpin yang jujur dan pemimpin yang mampu bertanggung jawab bagi lebih dari 270 juta rakyat Indonesia.
Sebetulnya pemimpin itu seperti apa, toh, saya diajari bapak saya, Bung Karno, dari mulai saya mulai dimasukkan pikiran politik, jadi, kata beliau begini, ‘pemimpin yang sebenarnya adalah ketika masa kritis dapat mengambil tanggung jawab menyelamatkan negara kita’.
Demikianlah. Terima kasih. Wassalamualaikum wr wb.