JAKARTA — ASEAN telah menyepakati sejumlah hasil yang konkret untuk meluncurkan Digital Economy Framework Agreement (DEFA) melalui KTT ASEAN ke-43 di Jakarta.
Adanya kesepakatan tersebut merupakan bukti kuat akan terjalinnya kolaborasi antar seluruh negara kawasan dalam upaya mendorong terwujudnya transformasi ekonomi digital.
Sepanjang pertemuan ASEAN Economic Community Council Meeting (AECC) ke-23 yang dipimpin langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, para menteri membahas bagaimana kondisi ekonomi terkini yang memang sangat dinamis.
Dalam pertemuan itu juga dibahas lima isu penting yang terus menjadi perhatian, yakni geopolitik, fragmentasi rantai pasok, transisi hijau, inovasi digital dan pertumbuhan inklusif.
Selanjutnya juga dibahas pula beberapa isu strategis kawasan, perkembangan 16 Priority Economic Deliverables (PED), perkembangan penyusunan Visi Komunitas ASEAN Pasca 2025 yakni ASEAN Vision 2045, isu sustainability, pengembangan ekosistem kendaraan listrik hingga persiapan partisipasi Timor Leste di ASEAN.
Indonesia juga mengangat 16 PED yang bertujuan untuk terus meningkatkan daya saing, konektivitas dan mengakselerasi transformasi digital serta agenda keberlanjutan di kawasan.
Peluncuran DEFA merupakan tinggak sejarah dan langkah yang penting dalam kolaborasi antar negara ASEAN untuk terus memanfaatkan potensi besar dunia digital menuju mayarakat, ekonomi dan inovasi yang lebih baik.
Hal tersebut juga menandai landasan ekonomi digital di ASEAN yang aman serta saling terhubung, yang mana negara kawasan siap untuk memimpin komunitas digital dan kekuatan ekonomi yang berkembang.
“Apabila DEFA diberlakukan di tahun 2025, ini akan meningkatkan potensi ekonomi digital ASEAN yang business as usual itu 1 triliun dollar tetapi dengan implementasi DEFA meningkat menjadi 2 triliun dollar di tahun 2030,” kata Menko Airlangga.
Lebih lanjut, dengan adanya perjanjian kerja sama ekonomi digital tersebut, Airlangga sangat optimis bahwa potensi ekonomi digital akan terus meningkat secara signifikan di ASEAN termasuk Indonesia.
“Dengan adanya perjanjian kerangka kerja ekonomi digital, kami menargetkan ekonomi digital pada 2030 sekitar US$2 triliun di Asean, US$800 miliar untuk Indonesia,” katanya.
Pada kesempatan lain, dalam acara ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Wakil Ketum Koordinator Bidang Perekonomian Kadin Indonesia Franky Oesman Widjaja menjelaskan bahwa transformasi digital memang terbukti mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan perekonomian digotal Indonesia sendiri mampu menopang kinerja pertumbuhan ekonomi nasional, ditunjukkan dengan sebanyak 40 persen nilai transaksi ekonomi digital ASEAN pada 2022 berasal dari Tanah Air.
Indonesia juga pada tahun 2023 tercatat sebagai negara peringkat keenam dengan jumlah perusahaan startup terbanyak di dunia.
“Sejalan dengan revolusi Industri 4.0, kita harus melihat teknologi sebagai kesempatan untuk melakukan lompatan eksponensial atau leapfrog. Lonjakan eksponensial hanya dapat dicapai dengan penerapan teknologi,” kata Frengky.