Oleh : Moses Waker )*
Kecaman keras terkait aksi kebiadaban serta kekerasan yang terus saja dilakukan oleh KST Papua, bahkan hingga menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78. Aparat keamanan hendaknya mampu jauh lebih tegas kepada mereka sehingga pelaksanaan HUT RI tidak terganggu lagi dan semuanya bisa dalam kondisi yang kondusif.
Rangkaian aksi kekerasan, kekejaman dan juga kebiadaban memang terus saja dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua belakangan ini. Termasuk yang terbaru adalah bagaimana mereka melancarkan aksinya di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah beberapa waktu lalu.
Gangguan demi gangguan terus digencarkan oleh gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih, bahkan salah satunya adalah menyasar kepada kegiatan upaya persiapan akan perayaan HUT RI yang ke-78 yang digelar di Puncak, Papua Tengah.
Terkait dengan adanya gangguan yang terus dilakukan oleh KST Papua tersebut, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Mobile YR 300 / Bjw Letnan Kolonel Infanteri (Letkol Inf) Afri Swandi Ritonga menjelaskan bahwa gangguan tersebut terjadi pada hari Sabtu tanggal 12 Agustus 2023 lalu.
Tim Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Puncak tengah melakukan latihan dalam rangka Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-78 dan pada saat yang bersamaan memang juga tengah dilangsungkan sebuah perlombaan voli di lapangan. Namun di tengah situasi yang kondusif tersebut, tiba-tiba terdengar adanya letusan tembakan.
Bunyi dari letusan tembakan itu mengarah secara langsung ke arah mimbar lapangan Trikora, Kampung Kago, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak. Diperkirakan arah dari tembakan tersebut berasal dari Jalan Moko, Kampung Jenggerpaga, Distrik Ilaga, Puncak. Kemudian setelah mendengarkan adanya suara letusan tembakan itu, secara gerak cepat aparat keamanan dari personel gabungan yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) segera melakukan pengejaran ke arah sumber tembakan.
Ternyata gangguan bukan hanya sekali saja terjadi di sana, melainkan terdapat sebuah kejadian kedua, yakni ketika pihak Tim Gabungan dari TNI selesai melaksanakan pemasangan Bendera Merah Putih di Bukit Ular. Kejadian mirip dengan peristiwa pertama, personel Pos Gome tiba-tiba mendengar adanya bunyi letusan tembakan sebanyak 4 (empat) kali dari arah Bukit Tepuk.
Indikasi kuat bahwa letusan tembakan dari arah Bukit Tepuk tersebut tentunya dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Bumi Cenderawasih yang berasal dari kelompok Kalenak Murib. Segera setelah mendengar adanya letusan tembakan itu, pihak personel gabungan langsung melakukan balasan tembakan ke arah yang sama.
Terkait hal itu, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kapen Kogabwilhan) III Kolonel Czi GN. Suriastawa juga membenarkan adanya kedua peristiwa yang terjadi di Puncak, Papua Tengah itu. Berkat aksi cepat tanggap yang dilakukan oleh aparat keamanan dari personel gabungan dengan melakukan pengejaran dan juga penembakan balasan, kemudian terdapat anggota dari KST Papua yang terkena tembakan.
Informasi yang disampaikan oleh Dansatgas Mobile Batalyon Infanteri 300, terindikasi terdapat pihak gerombolan separatis tersebut yang terkena luka tembakan dari anggota Satgas Mobile 300. Semua anggota KST langsung berhamburan melarikan diri dengan masuk ke arah hutan belantara. Meski adanya kejadian dan gangguan tersebut, dari pihak aparat keamanan tidak ada yang menjadi korban.
Meski berbagai macam gangguan telah dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut, IGN Suriastawa tidak terlalu menganggap terlalu serius hal itu dan justru dirinya hanya menilai bahwa pihak KST Papua sedang mencari perhatian kepada Pemerintah Daerah (Pemda) setempat karena mereka sedang menunggu adanya dana anggaran desa.
IGN Suriastawa menegaskan bahwa serangan yang dilakukan oleh gerombolan separatis tersebut hanyalah untuk menunjukkan eksistensi keberadaan mereka saja. Kesiapan serta pasukan atau personel gabungan yang sangat terlatih, maka keberadaan dari KST Papua sama sekali bukanlah sebuah hal yang besar dan tidak terlalu mengancam. Terbukti ketika dilakukan pengejaran, justru pihak KST langsung melarikan diri dan masuk ke hutan belantara.
Menjelang pelaksanaan perayaan HUT Kemerdekaan RI seperti sekarang ini, seharusnya semua pihak bisa bersama-sama saling menciptakan situasi dan kondisi yang aman serta kondusif. Aksi yang dilakukan KST Papua sama sekali tidak bisa dibenarkan dan patut dikecam, seluruh aparat keamanan pun patut untuk memberantas habis mereka.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Makassar