Oleh : Diane Ronsumbre )*
Lokasi penyanderaan terbaru dari Pilot Susi Air ternyata terus berpindah dan kini Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua dengan sengaja memindahkannya ke medan yang sulit untuk dijangkau. Meski begitu, sama sekali tidak menyurutkan semangat dan kerja keras dari seluruh jajaran aparat keamanan untuk tetap mengupayakan adanya pendekatan humanis dalam misi pembebasan tersebut.
Kelicikan yang dimiliki oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua pimpinan Egianus Kogoya tengah dilakukan. Mereka dengan secara sengaja berupaya untuk bagaimanapun caranya menyembunyikan sandera mereka, yakni Kapten Pilot bernama Philips Mark Mehrtens agar tidak bisa terlacak oleh pihak jajaran aparat keamanan dari pasukan gabungan.
Mengenai hal tersebut, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Mathius Fakhiri menyampaikan bahwa meski terus disembunyikan dengan beragam upaya oleh gerombolan separatis tersebut, namun tetap saja dengan kecanggihan dan keterampilan aparat keamanan personel gabungan di Tanah Air yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) hingga Badan Intelijen Negara (BIN), maka semua langkah serta gerak-gerik yang dilakukan oleh bawahan Egianus tetap terlacak.
Diketahui bahwa saat ini lokasi penyanderaan Pilot dari maskapai penerbangan Susi Air tersebut berada di suatu medan yang sangat sulit untuk dijangkau. Pimpinan KST Papua, Egianus Kogoya pun juga seringkali berpindah-pindah lokasi penyanderaan di sekitaran wilayah Kabupaten Nduga dan Lanny Jaya dan dengan sengaja memilih medan yang sulit terjangkau untuk membuat aparat keamanan sulit mendekati lokasi mereka. Terlebih, pihak mereka juga terus melakukan penjagaan ketat kepada sandera.
Meski begitu, namun sama sekali semangat, kerja keras dan bermacam strategi sama sekali tidak pernah surut dari aparat keamanan personel gabungan untuk bisa mensukseskan misi evakuasi, penyelamatan dan pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu dari tangan gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih.
Bahkan, alih-alih kemudian menggunakan upaya pendekatan secara militer, namun ternyata sampai saat ini pilihan tindakan dan strategi yang dilakukan oleh seluruh jajaran aparat keamanan dari personel gabungan TNI, Polri serta BIN masih saja tetap mengedepankan negosiasi dengan memberikan ruang seluas-luasnya kepada para tokoh masyarakat, tokoh agama serta pihak keluarga Kogoya untuk bisa mendekati pimpinan KST Papua itu agar dirinya mau melepaskan sandera dalam keadaan selamat.
Tujuan lain dari adanya pendekatan secara sangat humanis dengan terus mengedepankan pembukaan ruang komunikasi selebar mungkin juga adalah untuk semakin meminimalisasi adanya kemungkinan kontak fisik, yang mana tentu akan sangat berpotensi untuk membahayakan dan juga mengancam keselamatan warga masyarakat orang asli Papua (OAP) sendiri.
Terlebih, gerombolan separatis itu memang merupakan kelompok orang yang penuh dengan akal bulus serta kelicikan, sehingga mereka bahkan sama sekali tidak ragu untuk menjadikan warga masyarakat setempat termasuk anak-anak dan perempuan sebagai tameng hidup mereka.
Perkembangan terbaru saat ini terkait dengan upaya negosiasi yang terus dikedepankan oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) serta jajaran seluruh aparat keamanan pasukan gabungan dalam membebaskan Philips Mark Mehrtens adalah dengan menggandeng Kepala Daerah setempat, seperti Penjabat (Pj) Bupati Nduga untuk melakukan komunikasi.
Dikabarkan bahwa Pj Bupati Nudga memang telah melakukan pertemuan dengan pimpinan KST Papua tersebut, yakni Egianus Kogoya. Tentu saja harapan sangat besar dari semua elemen masyarakat di Indonesia agar dirinya mau dan bersedia untuk menghindari kontak fisik serta melakukan pembebasan sanderanya dengan baik, lancar dan penuh akan kedamaian sehingga risiko atau kemungkinan dampak buruk lainnya bisa teratasi dengan baik.
Irjen Mathius Fakhiri bahkan menegaskan dan memberikan ultimatum kepada pihak gerombolan separatis itu agar mereka mau untuk melepaskan sandera dalam keadaan yang sehat dan selamat idak kurang apapun dari Pilot Susi Air itu. Langkah negosiasi bahkan dalam bentuk apapun sebenarnya bisa saja serta sangat terbuka luas untuk dilakukan.
Meski begitu, namun persyaratan yang harus dipenuhi oleh Egianus Kogoya dan kelompoknya adalah mereka tidak meminta suatu tuntutan yang sangat melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Dasar (UUD)Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak meminta kemerdekaan ataupun meminta senjata dan amunisi, yang mana akan sangat rawan disalahgunakan.
Sementara itu, Panglima Daerah (Pangdam) XVII Cenderawasih, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia (Mayjen TNI) Izak Pangemanan menyatakan bahwa keberadaan Philips Mark Mehrtens yang menjadi sandera KST Papua itu tetap dalam kondisi yang sehat.
Pengupayaan dengan mengedepankan pendekatan yang sangat humanis, yakni membuka ruang dialog dan komunikasi untuk bisa terjalin negosiasi terus dilakukan oleh aparat keamanan dan pemerintah kepada KST Papua. Meski dengan kelicikannya, mereka dengan sengaja terus berpindah tempat dan membawa sandera, yakni Pilot Susi Air ke medan yang sulit terjangkau, namun sama sekali itu tidak menyurutkan semangat aparat keamanan dalam menjalankan misinya.
)* Mahasiswa papua tinggal di Manado