Oleh : Nhoplent Gloria Kapayai )*
Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua masih menahan Pilot Susi Air, Capt Philip Mark Mehtrenz. Aparat keamananpun melakukan operasi penegakan hukum di Kabupaten Yakuhimo Provinsi Papua Pegunungan. Alhasil dua anggota KST tewas sedangkan seseorang berinisial AS berhasil ditangkap hidup-hidup.
Pihak keamanan pun berhasil menyita senjata api, panah serta amunisi yang mereka simpan sebagai barang bukti perkara. Penangkapan ini terjadi tidak lama setelah bakutembak antara aparat keamanan dengan KST pimpinan Kopi Tua Heluka pada 1 Agustus 2023.
Diketahui markas mereka yang berada di kawasan hutan disergap sehari setelah kelompok tersebut menyerang pos Brimob di Distrik Dekai, Ibu Kota daerah itu. Kontak tembak juga sempat pecah hingga situasi mencekam.
Pada awalnya, tidak ada tanda-tanda kalau aparat keamanan akan bertemu dengan KST di area hutan, tidak jauh dari pemukiman penduduk. Namun suasana berubah, ketika dari kejauhan terlihat beberapa orang sedang berjalan menuju arah datangnya para prajurit TNI Polri.
Melalui teropong, prajurit TNI Polri menyaksikan pergerakan orang yang tidak dikenal yang saat itu tertangkap kamera sedang membawa senjata api. Bahkan disaksikan pula betapa pergerakan oknum tersebut sepertinya juga sedang was-was apabila berpapasan dengan aparat keamanan.
Tak berapa lama berselang, prajurit TNI Polri menemukan sebuah lokasi yang diduga sebagai markas KST Papua. Rupanya pergerakan anggota KST tersebut sedang menuju tempat persembunyiannya di tengah hutan Yakuhimo.
Seakan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, anggota KST yang menyadari sedang berpapasan dengan aparat keamanan, langsung melepaskan tembakan. Dari kabar yang beredar menyebutkan bahwa insiden baku tembak tersebut berlangsung sekitar satu jam lamanya. Peristiwa tersebut terjadi ketika prajurit TNI Polri menyergap salah satu tempat persembunyian KKB Papua di hutan Yakuhimo, Selasa 1 Agustus 2023.
Dalam peristiwa bakutembak tersebut, salah satu anggota Brimob dikabarkan hingga mengalami luka tembak yang cukup serius, atas luka tersebut ia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Sepertinya memang sudah saatnya KST diberantas, demi mewujudkan Papua yang aman dan damai. Apalagi KST sudah kerap menebarkan teror dan melancaran aksi brutal yang membahayakan warga setempat. Meski demikian, pemberantasan KST di Papua tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa perhitungan. Tidak selamanya cara kekerasan bisa dilakukan.
Ancaman dan teror dari KST seakan terus membayangi masyarakat sipil di Papua, apalagi KST juga pernah berbuat onar di tempat umum seperti pasar, sehingga hal tersebut membuat masyarakat takut untuk melakukan aktivitas jual beli. Hal ini tentu saja tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena roda perekonomian adalah hal yang vital.
Selama ini TNI melakukan pendekatan humanis kepada KKB dan simpatisannya, namun pendekatan tersebut harus tetap membutuhkan ketegasan dan sikap waspada. Eksistensi KST di Papua dengan semua aksi kejinya selama ini pasti menimbulkan rasa takut yang tak berkesudahan bagi masyarakat Papua. Tidak salah jika warga Papua meradang dan mengekspresikan kecemburuan mereka terhadap saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air di wilayah lain yang boleh menikmati dinamika kehidupan normal tanpa rasa takut oleh serangan dadakan dari KST.
KST kerap berlindung di balik HAM ketika aparat melancarkan tugasnya, tetapi kenyataannya KST juga memiliki persenjataan yang kerap digunakan untuk mengancam masyarakat Papua yang tidak bersalah. Keberadaan KST seperti benalu yang merusak rasa persatuan yang telah dibentuk. Mereka tak henti-hentinya mengkampanyekan kemerdekaan yang ternyata mereka hanya diperalat oleh kepentingan segelintir orang.
Sebelumnya, KST sempat mengklaim bahwa kelompoknya mendapatkan dukungan dari rakyat Papua. Namun hal tersebut ternyata dibantah oleh Pdt. Jupinus Wama. Menurutnya salah besar jika KST dicintai rakyat. Karena faktanya KST justru melakukan teror tidak hanya kepada masyarakat sipil, tetapi juga melancarkan serangan ke aparat keamanan.
Bahkan KST sendiri sempat mengusir penduduk Papua hanya karena mereka tidak mau mendukung KST dan mengibarkan bendera berlogo bintang kejora. Tentu saja apa yang dilakukan oleh KST sungguh tidak pantas disebut sebagai perjuangan. Karena perjuangan tidak dilakukan dengan cara menebar ancaman kepada warga sipil.
Jika selama ini KST menyatakan berjuang untuk melepaskan Papua dari NKRI, aksi tersebut nyatanya hanya membuat masyarakat merasa geram karena kelompok tersebut hanya bisa berbuat onar. Pengrusakan terhadap fasilitas umum, pembakaran pesawat sampai penyanderaan kepada pilot Susi Air Capt Philips merupakan tindakan yang sama sekali tidak mencerminan perjuangan.
Aparat keamanan yang bertugas di Papua tentu saja layak diapresiasi mengingat tugas yang diembannya tidaklah mudah. Aparat keamanan baik TNI maupun Polri harus tetap siaga dan waspada terhadap serangan yang datang secara tiba-tiba oleh KST. Masyarakat Papua juga harus merasa aman dalam melakukan segenap aktivitasnya.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Kupang