Oleh : Galih Firmansyah )*
Kesetaraan gender menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian, emansipasi terhadap wanita sudah pasti diperlukan guna menunjang pembangunan serta pelibatan kaum perempuan dalam visi Indonesia Emas.
Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah secara tegas mengatakan bahwa dirinya berkomitmen untuk mendukung kesetaraan gender. Dirinya juga merasa optimis bahwa kaum santriwati bisa menyongsong Indonesia Emas 2045.
Ungkapan tersebut dikatakan oleh Ganjar usai berdialog bersama sejumlah santriwati dalam kesempatan seminar nasional dengan tema Transformasi dan Penguatan Karakter di Pesantren dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dirinya meyakini bahwa ilmu agama dan spiritualitas santriwati Indonesia patut diacungi jempol. Terlebih mereka belajar dari romo kiai dan ulama-ulama yang selalu mengajarkan konsep Islam rahmatan lil alamin dalam bingkai toleransi antar umat beragama.
Bakal Calon Presiden RI tersebut juga tidak meragukan kualitas serta intelektualitas para santriwati, sebab saat ini sudah banyak pondok pesantren yang menawarkan pendidikan teknologi informasi berbasis digital dengan segala prestasinya. Sehingga akses perempuan terhadap teknologi informasi semakin mudah.
Dengan bekal keyakinan tersebut, Ganjar menekankan pentingnya pendidikan kepada ribuan santri/santriwati yang hadir. Apalagi pemerintah saat ini sedang gencar mendukung kemudahan akses pendidikan lewat berbagai program beasiswa. Ganjar juga menjelaskan tentang bagaimana kemudahan akses pendidikan, jaminan pendidikan oleh pemerintah dan kemudian jangan ada pungli di sekolahan.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mengajak kepada seluruh santriwati di Indonesia untuk tekun belajar dan meraih pendidikan setinggi-tingginya, dengan didukung karakter yang kuat. Hal ini tentu saja berguna untu menjadikan santriwati sebagai generasi unggul yang mampu mendorong perwujudan Indonesia Emas.
Sebagai informasi, kepedulian Ganjar terhadap kesetaraan gender tercermin selama dua periode kepemimpinannya sebagai Gubernnur Jawa Tengah (Jateng). Hal ini terbukti dari penurunan Indeks Ketimpangan Gender di Jawa Tengah. Di mana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, angka IKG di Jateng tahun 2022 mencapai 0,371 atau turun 0,006 poin bila dibandingkan pada 2021 yang mencapai 0.377. Adapun angka IKG Jateng ini telah konsisten menunjukkan penurunan sejak tahun 2018.
Angka tersebut rupanya menobatkan Jawa Tengah sebagai Provinsi dengan kesetaraan gender terbaik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Penghargaan tersebut merupakan bentu apresiasi pemerintah pusat atas komitmen dan peran pemerintah daerah dalam pembangunan sektor perempuan dan anak, khususnya melalui strategi pengarusutamaan gender.
Perlu diketahui pula bahwa perempuan merupakan pilar penting dalam membangun keluarga yang berkualitas untuk melahirkan anak-anak yang berkualitas pula, demi visi Indonesia Emas. Apapun nantinya peran perempuan, entah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, perempuan memiliki tanggungjawab untuk mendidik anak dengan cara yang baik.
Pada tahun 2045 kelak, Indonesia dikabarkan akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045. Semua anak-anak yang kelak beranjak dewasa pada 2045 tentu lahir dari rahim seorang perempuan.
Jika merujuk pada apa yang disampaikan oleh Ganjar, bisa dipahami bahwa generasi emas juga akan lahir dari perempuan yang diberi kesetaraan dalam akses pendidikan, akses kesehatan dan juga akses atau kesempatan untuk membesarkan anak-anaknya. Sehingga, apabila hal tersebut tidak diberikan, maka generasi emas tidak akan terbentuk secara maksimal.
Sebelumnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Saraswati menyebutkan bahwa tantangan perempuan Indonesia untuk menghadapi Indonesia Emas 2045 akan semakin kompleks. Tantangan tersebut seperti kesenjangan ekonomi, ketidakpastian hukum dan minimnya rasa aman bagi perempuan. Oleh karena itu dalam rangka Indonesia Emas 2045, salah satu pilar yang dijadikan dasar adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Sehingga pencegahan dan penanganan perlindungan hak perempuan menjadi kunci dalam rangka mengantarkan bangsa Indonesia kepada Indonesia Emas pada 2045. Oleh karena itu, seluruh stakeholder tentu saja memiliki peran dalam berkolaborasi dalam mengatasi tantangan tersebut. Tak terkecuali peran pondok pesantren yang berperan penting dalam mencetak pribadi yang tidak hanya memahami ilmu agama tetapi juga memilki wawasan dan keterampilan.
Santri dengan bekal ilmu agama dan juga ilmu sains diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Jutaan santri saat ini adalah aset bangsa dimasa depan. Sehingga target Indonesia Emas 2045 harus dipersiapkan dan disambut baik oleh lembaga pendidikan seperti pesantren.
Upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 bisa diawali dengan mewujudkan kesetaraan gender. Di mana perempuan berhak untu menuntut ilmu dan memiliki kecakapan sebagai ibu ketika kelak berumah tangga.
)* Penulis adalah kontributor Gerakan Ganjar Pranowo Menang (Gagasan)