Oleh : Melky Samuel Hansen )*
Penyaluran bantuan pangan bagi masyarakat Papua yang mengalami bencana kekeringan berpotensi terhambat gangguan keamanan Kelompok Separatis dan Teroris (KST). Oleh karena itu, masyarakat mendukung tegas Aparat Keamanan untuk tidak ragu menindak tegas kelompok tersebut.
Gerombolan KST terus melakukan teror dan tidak saja merugikan Pemerintah, namun juga masyarakat Orang Asli Papua (OAP) secara keseluruhan. Padahal saat ini masyarakat dibeberapa distrik di Papua sedang mengalami musibah bencana kekeringan, sehingga upaya penyaluran bantuan pangan yang hendak dilakukan oleh Pemerintah untuk masyarakat menjadi sangat terganggu, khususnya di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Terkait hal tersebut, Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan kedua distrik tersebut tergolong rawan karena masuk dalam wilayah pelintasan KST di tiga kabupaten, yaitu Puncak, Puncak Jaya dan Lanny Jaya. Oleh sebab itu, pihaknya tidak ingin proses pengantaran terganggu gangguan keamanan.
Pasalnya, bantuan kepada masyarakat di dua distrik tersebut hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan pesawat kecil. Selain itu, diwilayah tersebut belum terdapat pos keamanan. Berkaca pada situasi tersebut, Kapolda Papua menyampaikan bahwa mobilisasi penduduk dilokasi bencana menuju Distrik Sinak menjadi solusi paling memungkinkan.
Tidak bisa dipungkiri, saat ini masyarakat di Kabupaten Puncak memang sangatlah membutuhkan adanya bantuan akan pangan. Hal tersebut dikarenakan di wilayah itu kini sedang dilanda dengan musibah adanya kekeringan yang sangat ekstrem. Tentunya dengan musibah kekeringan itu menjadikan pasokan pangan yang dimiliki oleh warga di Kabupaten Puncak menjadi sangat menipis dan mereka terancam kelaparan karena kekurangan pasokan pangan.
Dengan adanya bencana kekeringan ekstrem tersebut juga menjadikan masyarakat diwilayah itu sangat kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Maka, dalam kondisi yang serba sulit demikian, sebenarnya Pemerintah Republik Indonesia sendiri sudah berupaya dengan sangat cepat tanggap hendak memberikan bantuan kepada warga di sana.
Namun ternyata upaya pemberian bantuan yang dikirimkan oleh pemerintah melalui penerbangan pesawat Smart Air yang mengangkut pasokan pangan demi memberikan bantuan akan bencana kekeringan ekstrem bagi masyarakat di Kabupaten Puncak tersebut justru terhalang dengan aksi biadab dari KST Papua.
Penyaluran bantuan yang seharusnya berjalan dengan lancar, baik dan aman kini justru harus terhambat lantaran gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya melakukan penyanderaan kepada Pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, dan juga mereka melakukan penembakan pada pesawat Smart Air.
Sedangkan disisi lain, memang penyaluran bantuan akan pangan tersebut sama sekali tidak bisa dilakukan apabila selain melalui jalur transportasi udara karena memang akses untuk menuju ke lokasi dan wilayah itu sangat sulit untuk dijangkau apabila dipaksakan melalui jalur darat tentu tidak memungkinkan.
Kemudian, terdapat rasa trauma tersendiri yang dialami oleh para pilot selaku pihak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan transportasi udara yang berupaya agar pesawat bisa sampai menuju ke wilayah Papua. Mereka mengaku memiliki rasa trauma tersendiri karena berkaca dari bagaimana ulah biadab yang terus dilakukan oleh KST Papua.
Sehingga jelas sekali para pilot merasa bahwa bisa jadi terdapat sebuah ancaman atau potensi risiko bagi keselamatan dan keamanan mereka apabila misalnya memaksakan untuk melakukan penerbangan ke Tanah Papua karena adanya gerombolan separatis itu yang terus saja bisa mengancam dengan tidak bisa diprediksi.
Segenap tindakan brutal yang terus saja dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris di Bumi Cenderawasih itu, mulai dari bagaimana mereka melakukan pembakaran pesawat, penyanderaan pilot hingga melakukan penembakan pada pesawat tentu sangat mengancam dan mengkhawatirkan.
Bahkan sebenarnya dari Pemerintah sendiri sudah mengupayakan dengan sebaik mungkin dan seoptimal mungkin, yakni dengan melakukan perbaikan, pembangunan dan pengaspalan pada Bandar Udara (Bandara) di Agandugume hanya demi bisa menyalurkan bantuan pangan kepada warga masyarakat di Kabupaten Puncak yang tengah menghadapi bencana kekeringan ekstrem.
Akan tetapi dengan banyaknya rangkaian kejadian dan kekerasan yang terus dilakukan oleh gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih itu, sehingga dampak buruknya menjadi sangat panjang hingga sampai sangat menghambat upaya gerak cepat yang dilakukan oleh Pemerintah RI dalam rangka memberikan kepeduliannya kepada masyarakat orang asli Papua (OAP).
Sementara itu, meski sudah diganggu dengan sedemikian rupa semenjak terjadinya rangkaian kasus serangan yang dilakukan oleh KST Papua dan berkaitan dengan pesawat, pilot ataupun didunia penerbangan, namun pemerintah juga tidak akan tinggal diam begitu saja melihat rakyatnya menghadapi kesusahan.
Bupati Puncak, Millem Wandik menyatakan bahwa saat ini pemerintah telah melakukan pembangunan pada posko utama bantuan yang terletak di Distrik Sinak. Bukan hanya itu saja, namun pemerintah juga telah membentuk adanya tim terpadu pada pencegahan bencana.
Meski hambatan demi hambatan terus terjadi dan tentunya diakibatkan oleh rangkaian tindakan keji dan biadab dari KST Papua, namun Pemerintah RI sama sekali tidak tinggal diam begitu saja dan terus berusaha dan berupaya dengan semaksimal mungkin memberikan keringanan serta bantuan kepada masyarakat di Kabupaten Puncak yang tengah menghadapi bencana kekeringan ekstrem.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Kupang NTT